Stabil

March 17, 2022

Hidupku yang rasanya belum pernah lepas dari drama perlahan mulai mencapai titik stabil sementara. Kondisi pekerjaan, akademik, dan bahkan (untuk pertama kalinya selama aku hidup) kisah romansaku juga sedang stabil.


Menjalani tahun ke-26 hidup, aku belum pernah membayangkan sebelumnya bahwa aku mencapai kondisi sebegini stabilnya, meskipun aku tahu kondisi ini pasti hanya sementara. Mungkin... pada akhirnya semua lelah dan pemikiran-pemikiran yang telah lalu itu terjawab.

Mari kita ingat-ingat sedikit apa saja yang kulalui sampai di titik stabil ini supaya tulisan ini masih punya makna dan pembelajaran, dibanding hanya pamer bahwa sekarang aku sedang lega-leganya.

Struggle luar biasa di awal-awal bekerja ternyata memberiku kesempatan untuk menunjukkan kemampuanku sepenuhnya. Tetap terjaga hingga larut dan bahkan tidak mendapatkan libur ternyata terbayarkan dengan kepercayaan dari para pimpinan. Untuk saat ini, aku cukup menjaga profesionalitas dan kinerja supaya bisa bertahan dalam beberapa waktu ke depan, setidaknya sampai aku lulus S2 dan siap berpindah ke rencana hidup berikutnya.

Akademik memang sejak awal tidak begitu masalah, selain memberikan banyak tuntutan tambahan sampai bikin nggak bisa tidur selama dinas. Mendekati akhir ini... di luar dugaan ternyata tesis tidak semenakutkan kelihatannya. Perlu kerja keras, jelas. Tapi bukan yang sampai sebegitunya menguras emosi (seperti ketika S1 dulu hehehe).

Romansa.... nah, mungkin ini yang paling berasa mewarnai awal tahun ke-26 hidupku. Menghadapi diriku sendiri yang kufikir sudah siap tapi ternyata belum, menghadapi ketidakpercayaan diri dan fikiranku yang berlebihan, menghadapi situasi dimana "akhirnya" perasaanku mengalahkan akal sehat sampai-sampai jadi nggak produktif, memaksakan situasi dan kondisi, ketidaksanggupan menerima penolakan lebih jauh, usaha yang tidak tahu harus selesai dimana, kecemburuan yang muncul belakangan dan tidak pada tempatnya, serta ekspektasi yang jelas-jelas tidak realistis tapi sulit sekali ditepis.

Tapi... syukurlah, akhirnya, setelah berbulan-bulan tergiur untuk mundur saja, aku masih ada disini dengan sisa-sisa perasaanku yang sudah mulai putus asa. Untungnya aku masih ada disini untuk menyambutnya datang, dia yang akhirnya mau memperjuangkan aku seperti aku memperjuangkan dia. Mungkin benar nasihat para pendahulu bahwa yang terbaik memang harus diperjuangkan :")

Untuk sekarang, aku sudah merasa cukup stabil, apapun namanya hubungan ini. Memang pernah terbesit keinginan untuk punya perayaan monumental semacam hari jadi, atau momen romantis seperti dilamar di waktu yang tidak terduga dan melihatnya get on one knee. Tapi... setelah 6 bulan terakhir ini jungkir balik dan melempar semua pertanyaan yang tidak bisa dijawab orang lain, lalu dia menjawab keraguanku, rasanya hal-hal seremonial itu menjadi tidak begitu penting lagi (note: kalau ada nggak nolak lho wkwkwk).

Yah, begitulah kurang lebih. Pada intinya, kestabilan ini tidak didapat dari "tidak melakukan apa-apa", melainkan buah dari proses panjang yang menguras tenaga dan perasaan.

Mungkin sekarang waktunya bernafas, sebelum berlari lagi setelah ini.

You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook