Aku Sedang Kalah

January 04, 2022

Hai, kamu!


Aku yakin 75% bahwa kamu tidak akan membaca tulisan ini, makanya aku menulis disini. Sudah pasti mengulik blog pribadi bukanlah caramu menyukai seseorang. Mendadak menjadi detektif bukanlah cara laki-laki mendekati seorang perempuan, lain sebaliknya.

Maaf ya, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menulis karena sungguh aku sedang sangat kalah hari ini. Aku sedang tidak bisa tidak kangen kamu hari ini, tidak bisa tidak ingin berbincang, tidak bisa tidak ingin bertemu. Hari ini aku menyerah saja dengan kekalahan ini, besok aku akan berusaha lagi, mungkin hasilnya bisa lebih baik.

Oh ya, tapi kalau ternyata kamu membacanya... berarti bisa jadi kamu juga sedang sama kalahnya. Nggak apa, kok. Yuk, semangat menjalani hidup masing-masing dulu. Kalau kamu sudah yakin, kamu bisa datang lagi karena kamu akan selalu ada di urutan teratas sampai nanti saat aku tidak boleh punya urutan lagi.

...
...
...

Ah, kamu tau nggak? Karena terlalu banyak hal yang mau kutulis, akhirnya aku malah nggak bisa nulis apa-apa. Yang jelas, aku lagi kangen banget hari ini dan aku selalu kefikiran, "ini tuh aku kangen sendiri atau dia juga? ini tuh aku uring-uringan sendiri atau dia juga?"

Terus selalu terngiang di kepalaku saat kamu bilang, "aku nggak mungkin membawa pasanganku ke dalam kehidupan yang seperti ini," juga waktu kamu bilang, "aku bilang sama mereka bahwa ada orang yang sedang kuperjuangkan."

Meskipun aku mengingatkan diri berulang kali bahwa betapa mudahnya kamu melupakan hal-hal yang kamu dengar dan katakan, aku selalu berharap bahwa perempuan beruntung yang sedang kamu bicarakan adalah aku. Aku selalu berandai bahwa minimal pada saat kamu mengatakannya, orang yang terbayang di kepalamu adalah aku. Nggak, aku nggak apa kok meskipun setelahnya kamu lupa. Aku sudah terlalu kenal kamu, aku tau kamu sudah atau akan melupakan kata-kata itu.

Kamu sering bilang kalau menurutmu aku layak mendapatkan yang lebih baik. Tapi, kamu sama sekali nggak terfikir bahwa kata-katamu kemarin, "aku nggak mau kamu melepaskan mimpi kamu demi aku, kalau kamu punya mimpi jadi Menteri, kamu harus jadi Menteri, jangan pernah mengompromikan itu," membuat aku tidak lagi bisa melihat orang lain. Kamu tau kenapa? Karena untuk pertama kalinya dalam hidupku aku bertemu orang yang tidak memintaku berubah, meskipun aku sudah bersiap.

Aku hidup di tengah lingkungan yang biasa menasihatiku, "jangan terlalu berambisi, nanti nggak ada laki-laki yang mau sama kamu." Tapi kamu membuktikan bahwa seorang kamu yang selalu rendah diri tidak memintaku menahan diri. Belumkah kamu sadar bahwa hanya dari satu hal itu saja sudah terlihat bahwa yang aku butuh adalah kamu?

Setiap kali menyetir sendirian di pagi dan malam hari, aku selalu bertanya-tanya dan merenung, lalu menyelipkan doa kepadaNya, "bolehkah kami berjodoh di saat yang tepat nanti? Saat aku sudah siap dan dia sudah siap? Bolehkah aku tidak lagi ingin mencari yang lain? Karena sungguh selama 10 tahun ini aku bertemu dengan beragam orang, hanya dia satu-satunya yang bisa membuatku merasa percaya diri untuk berkeluarga."

Hai, kamu!

Sebagai manifestasi imanku kepadaNya, aku tau persis bahwa pun kita tidak berjodoh, Allah pasti siapkan skenario yang lebih baik untuk kita masing-masing. Tapi, sungguh, aku tidak tau apakah aku mampu untuk merasakan patah hati lagi. Aku sungguh punya ekspektasi terhadap kisah aku dan kamu ini. Jadi, kalau seandainya kamu pilih orang lain... bisakah kita pergi saja dari hidup masing-masing? Sepertinya... aku nggak bisa melihat kamu dengan orang lain.

Hiks, kok jadi sedih begini. Sudahlah, aku tidur dulu. Semoga tidak ada mimpi apapun, terlebih tentangmu. Sebab aku sedang kalah sekalah-kalahnya. Mungkin kalau pesan darimu masuk malam ini, aku malah bisa menangis. Kamu sudah tau kan kalau aku cengeng.

You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook