Aku sayang Magnivic, tapi...

July 15, 2014

Aku sayang Magnivic, tapi...

...di awal kebersamaan kita, di tahun pertama keberadaan di IC, aku merasa sendiri. Aku merasa tidak ada artinya peduli dengan angkatan. Aku merasa cukup bahagia dengan dunia kecilku sendiri. Kalian ada, tapi saat itu bagiku tak kentara.

Aku sayang Magnivic, tapi...

...saat waktu mulai berjalan. Aku malah semakin tidak mengerti dengan kalian. Kalian melihatku sinis tanpa aku tahu kenapa. Kalian memandangku tinggi tanpa merangkulku agar sama rendah, dan aku-pun semakin tidak peduli. Kupikir, tiga tahun bukanlah waktu yang lama. Jadi, aku santai saja.

Aku sayang Magnivic, tapi...

...kalian masih saja sungkan di awal tahun kedua. Masih memberikan pandangan tanpa tahu keadaan. Aku mulai lelah dan akhirnya belajar untuk tidak peduli. Dari kalian-lah aku belajar, bahwa memang ada beberapa hal yang memang tidak perlu aku pedulikan. Dan saat tidak peduli, perlahan aku berusaha mengamati dan memahami.

Aku sayang Magnivic, tapi...

...baru dipertengahan tahun kedua aku benar-benar merasa memiliki kalian. Dimulai sejak LDK, aku merasakan bagaimana berjuang untuk kalian. Rasa egois dalam diriku kuenyahkan, kugantikan dengan rasa cinta dan rasa sayang. Untuk kalian, teman-teman.

Aku sayang Magnivic, tapi...

...di awal tahun ketiga rupanya aku kembali diuji. Saat aku harus melakukan hal yang sedikit "keras" dan mendapat tatapan benci dari beberapa anak angkatan. Saat itu aku hanya punya satu niat lurus dan tak berbelok, maka dengan "bismillah", aku terus berjalan. Masih terngiang di telingaku luapan tidak suka teman-teman berapa kalipun aku menjelaskan. Jadi pada akhirnya aku hanya memutuskan untuk tersenyum.

Aku sayang Magnivic, tapi...

...saat kebersamaan kita sedang indah-indahnya, ternyata waktu kita telah habis. Hari itu akhirnya datang saat kita sudah bisa berangkulan ringan, saling memahami kekurangan, saling mengerti watak dan tindakan, banyak menghabiskan waktu bersama, saat kita merasa bahwa angkatankulah yang paling mengerti aku yang sebenarnya dan hanya bersama merekalah aku bisa menjadi diriku sendiri. Sang waktu datang di saat yang tepat, ketika sebuah perpisahan akan terasa sakit.

Aku sayang Magnivic, tapi...

...sekarang saat ulang tahun ketiga kita, kita tak berkumpul bersama. Kita ada di tempat masing masing, dengan rindu yang mungkin sama dalamnya.

Aku sayang Magnivic, tapi...

...yang bisa kukirim malam ini hanya doa dan harap pada Sang Pencipta. Semoga kalian baik baik saja, semoga tanggal 16 nanti membawa kabar gembira untuk kita semua.

Aku sayang Magnivic, tapi...
...tidak hanya kelebihannya, juga kekurangannya.

You Might Also Like

1 comments

  1. Anaaa, taunggak sih na, wisuda kalian itu bener2 bikin aku inget
    bahwa kalian itu dulu masih adik2 yang bener2 baru masuk IC, kemudian melalui serangkaian PTS, kemudian belajar banyak hal baru untuk penyesuaian di IC. Tahu nggak, rasanya bener2 *aaah undefinable* kalo ngeliat foto2 kalian di sosmed. Misalnya A yg dulu aku liat jalannya sama B aja, eh sekrang udah foto-foto sam ayg lain juga. aaaa rasanya kalian bener2 adik aku, aku bener2 ngeliat perubahan yg banyak di angkatan kalian. meski halnya semua angkatan di IC pun aku yakin sama : sudah melalui serangkaian proses pengakraban yang pada akhirnya, siapa yang rela akan perpisahan?

    Entah ya Na, barangkali IC merupakan salah satu wujud kasih sayang Allah buat kita. Juga Magnivic bagi kamu, dan Gycen bagi aku. Dan antar angkatan, tentu juga banyak belajar satu sama lain :")) Karena mau mengakui atau nggak, kita masing2 menyadari bahwa selama tiga tahun di IC yang kita dapet bukan cuma pelajaran formal, tapi nilai-nilai nggak tergantikan yg mungkin nggak bisa didapet di sekolah lain :")

    ReplyDelete