...kamu kan perempuan...
February 24, 2016
Sedang ingin menulis dan tetiba aku teringat tentang suatu pengalaman di suatu malam. Malam itu, aku pulang agak malam lantaran memang sudah dekat sekali dengan hari H suatu acara yang dimana aku menjadi bagian dari EOnya. Aku tentu bukan satu-satunya orang yang pulang malam. Banyak teman-temanku yang lain yang pulang di waktu yang sama. Beberapa bahkan lebih malam lagi.
Alhamdulillah, saat ini aku telah memiliki kendaraan sendiri sehingga tidak perlu menyusahkan orang lain. Jalan di Bandung pun cukup ramai meski hari sudah malam.
Saat berpamitan pulang, kami ditanya satu per satu daerah kepulangan dan akomodasi sampai ke tempat tinggal masing-masing. Seorang teman menawarkan untuk mengantarkanku dan menyarankan aku untuk meninggalkan kendaraanku di kampus. Aku menolaknya dengan gayaku seperti biasanya.
"Santai aja, aku bisa kok pulang sendiri."
Temanku itu membujuk lagi, tapi aku hanya menggeleng sambil tertawa.
Tidak aja bujukan lagi. Jadi aku hanya diam sambil bersiap-siap.
Tapi, kemudian ada sebuah komentar.
"Na, Na.. Pantes aja kamu jomblo. Kamu itu terlalu strong. Kamu kan perempuan, agak lemah dikit lah."
Aku melongo.
Malam itu adalah pertama kalinya aku mendapat komentar yang begitu terang-terangan. Aku bingung harus merespon apa pada saat itu karena yang berkomentar juga adalah seorang perempuan. Aku memahami paradigma masyarakat secara umum tentang bagaimana posisi laki-laki dan perempuan. Aku sendiri bukan seorang feminis (walaupun banyak orang menyangka aku begitu). Aku paham bagaimana Al-Qur'an menjelaskan tentang laki-laki dan perempuan, aku paham bahwa sebagai seorang perempuan, suatu hari nanti jika memang Allah mengkendaki, bukan lagi ayahku yang bertanggungjawab atas aku, tapi pendamping hidupku yang insya' Allah adalah seorang laki-laki. Aku paham (karena banyak orang memberitahuku) bahwa secara umum seorang laki-laki tidak ingin "kalah" dari seorang perempuan.
Tapi...
"Hahaha.. aku memang perempuan kok. Aku juga pasti akan lemah, aku juga pasti akan luluh. Tapi cuma ke satu orang yang memang sudah sepantasnya aku begitu. Kalau ke yang lain mah aku nggak mau lah..."
Yah, begitulah jawabanku. Mungkin pos ini juga sekaligus menjawab pertanyaan beberapa teman. Bukan ingin dianggap superior, bukan berambisi dan tidak mau kalah. Aku hanya ingin bertindak sepantasnya. Tidak ingin membuat seseorang yang seharusnya kuistimewakan suatu saat nanti merasa tidak teristimewakan karena misal aku nyatanya pernah bergantung pada banyak orang.
Aku seperti perempuan lainnya kok: ingin ceritanya didengarkan, ingin diperhatikan, ingin dilindungi, dan bahkan punya mimpi untuk mendidik generasi manusia berikutnya. Itu hal yang normal.
Tapi, aku tidak mungkin memintanya dari semua orang, 'kan?
Alhamdulillah, saat ini aku telah memiliki kendaraan sendiri sehingga tidak perlu menyusahkan orang lain. Jalan di Bandung pun cukup ramai meski hari sudah malam.
Saat berpamitan pulang, kami ditanya satu per satu daerah kepulangan dan akomodasi sampai ke tempat tinggal masing-masing. Seorang teman menawarkan untuk mengantarkanku dan menyarankan aku untuk meninggalkan kendaraanku di kampus. Aku menolaknya dengan gayaku seperti biasanya.
"Santai aja, aku bisa kok pulang sendiri."
Temanku itu membujuk lagi, tapi aku hanya menggeleng sambil tertawa.
Tidak aja bujukan lagi. Jadi aku hanya diam sambil bersiap-siap.
Tapi, kemudian ada sebuah komentar.
"Na, Na.. Pantes aja kamu jomblo. Kamu itu terlalu strong. Kamu kan perempuan, agak lemah dikit lah."
Aku melongo.
Malam itu adalah pertama kalinya aku mendapat komentar yang begitu terang-terangan. Aku bingung harus merespon apa pada saat itu karena yang berkomentar juga adalah seorang perempuan. Aku memahami paradigma masyarakat secara umum tentang bagaimana posisi laki-laki dan perempuan. Aku sendiri bukan seorang feminis (walaupun banyak orang menyangka aku begitu). Aku paham bagaimana Al-Qur'an menjelaskan tentang laki-laki dan perempuan, aku paham bahwa sebagai seorang perempuan, suatu hari nanti jika memang Allah mengkendaki, bukan lagi ayahku yang bertanggungjawab atas aku, tapi pendamping hidupku yang insya' Allah adalah seorang laki-laki. Aku paham (karena banyak orang memberitahuku) bahwa secara umum seorang laki-laki tidak ingin "kalah" dari seorang perempuan.
Tapi...
"Hahaha.. aku memang perempuan kok. Aku juga pasti akan lemah, aku juga pasti akan luluh. Tapi cuma ke satu orang yang memang sudah sepantasnya aku begitu. Kalau ke yang lain mah aku nggak mau lah..."
Yah, begitulah jawabanku. Mungkin pos ini juga sekaligus menjawab pertanyaan beberapa teman. Bukan ingin dianggap superior, bukan berambisi dan tidak mau kalah. Aku hanya ingin bertindak sepantasnya. Tidak ingin membuat seseorang yang seharusnya kuistimewakan suatu saat nanti merasa tidak teristimewakan karena misal aku nyatanya pernah bergantung pada banyak orang.
Aku seperti perempuan lainnya kok: ingin ceritanya didengarkan, ingin diperhatikan, ingin dilindungi, dan bahkan punya mimpi untuk mendidik generasi manusia berikutnya. Itu hal yang normal.
Tapi, aku tidak mungkin memintanya dari semua orang, 'kan?
0 comments