Ceritera

Sudah berlalu lama sekali, tapi sampai saat ini masih saja belum bisa memalingkan wajah.
Sudah pernah terpukul luar biasa, tapi jauh di dalam hati masih ingin bertemu walau sekali.
Sudah punya hidup yang luar biasa menyenangkan, tapi kalau ada kesempatan mampir melihat hidup yang lain masih saja diambil.
Sudah menerima masa lalu dan sanggup menertawakan, tapi masih suka berandai jika saja kembali ke waktu itu dan bisa mengubah banyak hal.

Sudah bangkit dari kejatuhan, tapi belum siap jatuh lagi pada yang lainnya.

@30haribercerita#30haribercerita #30hbc18 - Rehat

Di tengah kepadatan yang luar biasa, salah satu hobi saya adalah rehat. Berhenti bahas pekerjaan, berhenti berpikir keras, dan hanya bernapas. Menikmati dunia disekitar yang terkadang justru lebih terasa hidup daripada hidup yang kita jalani.

Dengan rehat, ada waktu sejenak untuk kemudian mengevaluasi. Sudah benarkah apa yang kita kerjakan selama ini? Apakah sudah menjadikan sekitar kita lebih baik, atau justeru membuat lebih buruk.

Mari rehat!

Karena terkadang dengan rehat, ada kegagalan yang bisa kita hindari, dengan rehat ada teman yang menyamankan, dengan rehat pikiran bisa lebih jernih setelahnya. Siapa tau jawaban masalahmu adalah rehat?

@30haribercerita#30haribercerita #30HBC18 - Menyetir

Dulu saya tidak bisa menyetir. Sama sekali. Membiarkan orang lain yang melakukannya dan membawa saya ke tempat yang diinginkan atau disepakati, meski tak jarang saya harus pasrah kemana sang pengemudi membawa.

Seringkali tidak sepakat dengan arah yang dituju oleh si pengemudi. Saya tidak suka, tapi saya sendiri tidak bisa menyetir jadi tidak bisa berbuat apa-apa. Sampai detik itu saya tidak memiliki keberanian untuk mulai menyetir.

Lalu datang kesempatan dimana saya bisa belajar menyetir. Dengan kendaraan milik seorang teman, saya nekat menyetir meski sebelumnya belum pernah sama sekali duduk di kursi pengemudi. Dan akhirnya saya bisa melakukannya. Saya bisa menyetir. Meski tentu belum semulus mereka yang sudah pandai dan ahli.

Di kesempatan berikutnya, saya kemudian memiliki kendaraan saya sendiri. Lalu semakin lama kemampuan saya dalam menyetir semakin meningkat. Dan kini, saya tidak lagi membiarkan orang lain membawa saya.

Saya yang membawa mereka. Saya lah sang pengemudi.

Mungkin cara saya menyetir kadang kurang pas di hati beberapa orang yang saya bawa. Mungkin mereka yang duduk di kursi penumpang merasakan ketidaknyamanan yang dulu saya rasakan.

Tidak masalah. Boleh jadi karena itu mereka akan tergerak untuk belajar menyetir.

Dan tidak membiarkan siapapun membawa mereka, melainkan mereka yang membawa diri mereka sendiri.

Pertanyaannya, menyetir apa?

@30haribercerita#30haribercerita #30HBC18 - 'Teman'

Saya pernah menulis beberapa bulan lalu bahwa 'teman' adalah satu-satunya bentuk hubungan yang saya miliki (saat ini) dengan orang-orang selain keluarga. Saya tidak mendefinisikan bentuk hubungan lain. Hanya 'teman'. Lantas apa semua 'teman' ini sama dekatnya?

Tidak, tentu saja. Seberapa dekat 'teman' bagi saya tergantung kepada percakapan yang kami lakukan.

Apa yang bisa saya bicarakan dan apa yang tidak, sejauh apa kami mendiskusikan suatu masalah, seberapa banyak kami mencampuri urusan masing-masing, seberapa sering intensitas kami berkomunikasi. Satu 'teman' dan 'teman' yang lain pasti berbeda. Meski tetap saja hanya 'teman'. Kualitas dan intensitas percakapan akan sangat bergantung dengan situasi dan kondisi yang tentunya senantiasa berubah terhadap waktu. Ada kalanya kami butuh banyak bercakap-cakap dan ada masanya dimana kami harus banyak memberi ruang setelah saling menampar dengan kejujuran.

Boleh jadi di suatu waktu seorang 'teman' menjadi begitu dekat, tapi tidak di waktu yang lain. Boleh jadi seorang 'teman' yang sebelumnya hanya numpang lewat kemudian menjadi ia yang selalu dicari ketika perlu membuka suatu percakapan tentang topik tertentu.

Tapi, sekali 'teman' tetap 'teman', 'kan?
Mana ada mantan 'teman'? Yang ada mantannya 'teman'. Wkwkwk.

Dan,
Teman hidup juga sepertinya bisa dihitung 'teman' ya.

Terima kasih kepada semua 'teman-teman' yang sudah berbagi percakapan dengan saya. Bukan hanya yang ada di gambar ini, karena dua adalah jumlah yang terlalu sedikit untuk disebut cukup. Masih ada 'teman' di gambar lainnya, percakapan lainnya yang tidak kalah berkualitas.

Hari ini kami yang bercakap. Mungkin esok giliran kita. Anna Kumala