Andaikata,,

June 16, 2010

Andaikata,,
aku punya sayap. Sayap itu akan aku bentangkan dan aku akan meninggalkan bumi dan seluruh masalah yang ada di dalamnya. Kenapa kehidupan manusia itu nggak pernah lepas dari masalah ? Katanya, cobaan tak akan melebihi batas kemampuan manusia. Tapi, nyatanya masalah ini udah berlarut larut dan lebih dari sekadar mencapai klimaks.

Andaikata,,
aku bisa memutar waktu kembali ke masa lalu. Aku nggak akan pernah mau merasakan perasaan ini. Rasa ini. Rasa yang harusnya indah, tapi malah menusuk dengan tajam. Menghujam jantung sekali libas. Rasa sakitnya sama dengan ditembak shotgun dalam jarak satu meter tanpa jaket antipeluru dan D-pad. Langsung masuk ke jantung dan tembus ke belakang. Melubangi tubuh. Ya, rasanya persis seperti itu. Sakit, sakit, dan sakit.

Andaikata,,
aku egois sedikit saja. Mungkin, aku akan merasakan kebahagiaan itu. Tapi, saat impian itu di depan mata, seseorang datang. Menghempaskan tubuhku dari impian itu. Orang yang sangat kupercaya, apapun keadaannya. Namun, orang itu menjadi Silver Bullet ku. Yang dalam sekali hentakkan mampu membunuhku dengan pelurunya. Peluru perak. Indah, namun tajam. Menusuk.

Andaikata,,
aku bisa masuk ke dunia fiksi. Saat aku membaca, aku merasa larut dan ikut merasakan apa yang sang tokoh rasakan. Namun, ketika aku sadar aku harus kembali ke kehidupan nyata, aku menyesal kenapa aku tidak menjadi tokoh novel saja. Itu adalah salah satu alasan mengapa aku suka membaca. Karena, setiap aku membaca, aku merasa kehidupanku adalah di dalam buku. Merasakan setiap hal yang diceritakan di dalamnya.

Andaikata,,
manusia bisa memilih. Apa yang diinginkan terjadi dan tidak diinginkan terjadi.

Andaikata,,
satu kata berupa khayalan. Satu kata yang bisa membuat manusia sejenak tersenyum dan melupakan masalah hidupnya. Berjuta harapan diterbangkan melalui satu kata ajaib itu. Harapan yang punya dua kemungkinan. Antara terkabul atau nggak. Dua kemungkinan yang merupakan jawaban dari sebuah harapan.

Hidup manusia tak pernah lepas dari harapan. Seperti juga tak pernah lepas dari masalah. Setiap harapan punya jalan masing masing. Sama seperti masalah. Dan sama juga dengan masalah, nasib harapan kita bergantung pada sikap kita. Kalau sikap terbaik menghadapi masalah adalah Tegar, Berpikir Jernih, dan Pasrah. Maka, untuk menentukan nasib sebuah harapan diperlukan Doa, Usaha, dan Keyakinan. I believe it.

You Might Also Like

0 comments