Perenungan dalam Kegagalan

March 29, 2012

Hari ini, aku kembali mempelajari sebuah hal yang begitu berharga.
Tampaknya selama ini aku hanya bisa berpepatah tanpa bisa menjalani dan meresapinya secara pribadi. Aku selalu bilang, hidup adalah sebuah pilihan. Jangan menunggu dipilih oleh seseorang atau sesuatu, tapi pastikan kita yang memilih jalan kehidupan kita sendiri.
Tapi kenyataannya, aku belum bisa melaksanakan apa yang sering kukatakan. Aku memang memilih, tapi aku memilih hal yang sebenarnya tidak ingin aku pilih.
Aku menunggu hal yang ingin aku pilih itu memilihku. Itulah kesalahan terbesar yang kulakukan selama lebih dari 15 tahun aku hidup.
Aku memilih untuk tidak mengikuti tes seleksi KBS untuk OSK. Aku yang memilihnya dengan meyakinkan diriku sendiri. "Hidup selalu penuh dengan pilihan..."
Saat itu, aku lebih memilih menuntaskan tanggungjawabku dalam berorganisasi. Menjalankan tugasku sebagai salah satu panitia acara yang entah ada hubungannya atau tidak dengan masa depanku.
Aku tidak mempersiapkan diri dengan baik. Aku tidak berusaha mempelajari apa yang seharusnya kupelajari. Aku menyerah pada anggapan diriku sendiri yang mengatakan kalau tahun depan aku masih punya kesempatan.
Tapi, aku lupa.
Aku lupa kalau Allah yang menentukan hidup matiku. Aku lupa bahwa tidak ada yang bisa menjamin aku tetap hidup dan sehat wal afiyat tahun depan. Aku lupa bahwa tidak ada yang bisa mengatakan bahwa tahun depan dunia ini masih ada. Bumi masih berputar pada porosnya. Matahari masih memiliki cahaya yang cukup untuk menunjang adanya siang dan malam di bumi.
Aku melupakan hal-hal yang paling esensial itu. Aku lupa bahwa aku hanyalah seorang manusia yang tidak bisa mengubah sunatullah.
Bahkan, parahnya aku lupa bahwa aku memiliki sebuah mimpi.
Memiliki sebuah mimpi yang awalnya tergambar begitu nyata.
Dan pada akhirnya saat ini aku hanya bisa menyesal. Merenungi apa yang tidak kulakukan, bukan apa yang telah kulakukan. Memaki apa yang tidak kupilih, bukan apa yang telah kupilih.
Aku menyesal karena aku tidak pernah berusaha. Mundur sebelum mulai bertempur.
Dan aku menyadarinya hanya karena sebuah kejadian sederhana.
Karena aku menyesal tidak pernah mencoba belajar dan mengikuti tes seleksi KBS.
Aku sadar aku menginginkannya. Aku menginginkan itu jauh sebelum aku mengenal Insan Cendekia. Saat aku masih semangat dalam hal menuntut ilmu.
Sekarang, rasanya banyak sekali beban yang membuatku semakin berat untuk belajar, atau cuma alasanku saja?
Tulisan ini akan menjadi saksi. Ya, saksi bahwa mulai saat ini aku akan berjuang untuk mimpi yang sama. Memulai segalanya dari awal, karena aku yakin tidak ada kata terlambat. Bahkan jika sisa waktuku tak lama lagi, biarlah aku tak menyesal untuk kedua kalinya.
Untuk kesekian kalinya dalam tulisan ini aku ingin mengungkapkan sebuah kalimat yang kuharap tak pernah terjadi dalam kehidupan orang lain, apalagi teman-temanku.
Aku menyesal tidak pernah mencoba, dan mundur sebelum aku perjuang. Dan penyesalan itu nyata. Bukan sebuah omong kosong belaka.
Yah, berlama-lama menyesal tetap saja tidak ada gunanya kan? Jadi, saat ini aku hanya bisa belajar dan membuktikan, bahwa apa yang aku pilih saat itu bisa aku pertanggungjawabkan.

You Might Also Like

0 comments