Esai Revolution 2012 : Wujud Nasionalisme Pemuda Indonesia
November 01, 2012REVOLUTION. Acara tahunan Insan cendekia dalam rangka memperingati bulan bahasa yang jatuh pada Bulan Oktober, bulan sumpah pemuda.
“Gaung
nasionalisme pemuda Indonesia tak perlu lagi diragukan. Tetapi, wujudnya patut
di pertanyakan...”
Teriakan cinta
tanah air menggaung di langit. Teriakan itu bukan berasal dari negara adidaya
dunia, Amerika Serikat. Bukan pula benua paling maju saat ini, Eropa. Tapi,
teriakan itu berasal dari sini. Nama wilayah tempat anda berdiri saat ini.
Indonesia, negeri kepulauan yang ‘kaya’ di Asia Tenggara. Yang paling banyak
menyumbang teriakan itu adalah para pemuda Indonesia. Tidakkah anda mendengar
gaungnya? Makian mereka terhadap para perusak bangsa? Atau tekad mereka
mengenai Indonesia lebih baik?
Faktanya,
teriakan itu tak satu suara, terdengar sahut-sahutan, dan sangat menampakkan individualisme. Semua ingin
memajukan bangsa. Semua idealis. Namun, semua terlalu ingin kemajuan bangsa ada
di tangannya, sehingga tak ada otoritas yang diakui telak. Semua ingin
memimpin, ingin punya kekuasaan. Tengok saja persaingan dalam pemilihan Ketua
Badan Eksekutif Mahasiswa, yang kadang sampai menghalalkan berbagai cara yang
bertentangan dengan idealisme, hanya demi memperoleh tambahan satu atau dua
suara.
Ironisnya, disaat
sisi yang satu begitu mengobarkan rasa ‘ingin maju’, sisi lainnya
berlomba-lomba untuk apatis. Asik dengan dunia mereka sendiri. Merasa tak perlu
sekadar menoleh, atau bahkan menyertakan tangan untuk ikut campur. Contohnya
saja, saat bangsa kita sedang krisis ekonomi, masih saja ada para pemuda yang
membuang uangnya untuk membeli produk berlabel ‘Made in Indonesia’ di luar negeri hanya demi memenangkan gengsi.
Begitu timpang
bukan?
Banyak pemuda
menyuarakan cinta Indonesia. Tapi, saat teman-temannya yang lain berjuang
menjadi delegasi Indonesia di ajang Olimpade Internasional, Ia malah bolos
sekolah dan berkumpul dengan teman-temannya, melakukan hal-hal yang tidak
bermanfaat bahkan cenderung merusak moral, seperti merokok, mengonsumsi narkoba, sampai menghabiskan malam di diskotek.
Banyak para
pemuda mengutuk pencuri Budaya Indonesia. Tapi, saat teman-temannya memeragakan
seni beladiri asal Indonesia di kompetisi tingkat dunia, ia malah ‘bertarung’
dengan teman sebayanya, bahkan sampai satu atau lebih nyawa melayang. Dan saat
mereka, produsen batik, mati-matian mempertahankan hak cipta batik dari
pihak-pihak yang mencoba merebutnya, para pemuda dengan bangganya
berlenggak-lenggok dengan pakaian ekspor ala barat.
Rasa nasionalisme
pemuda adalah yang paling kuat pengaruhnya. Dengannya, pemuda dapat merevolusi
bangsa ini menjadi jauh lebih baik. Tapi, untuk mencapai itu, pemuda harus
menyingkirkan ego, rasa individualis, dan sikap apatis.
Gaung
nasionalisme pemuda Indonesia tak perlu lagi diragukan. Tetapi, wujudnya patut
di pertanyakan. Memang, tidak semua pemuda Indonesia memiliki wujud
nasionalisme yang salah. Namun, ketidakseragaman itulah yang membuat bangsa ini
mudah diceraikan.
Adalah tugas kita
untuk meluruskan wujud nasionalisme para pemuda Indonesia. Karena sesungguhnya,
yang terpenting dari nasionalisme bukanlah gaungnya, melainkan wujudnya.
Perwujudan
nasionalisme itu tidak perlu menyanyikan lagu kebangsaan dengan suara keras,
atau menciumi bendera merah putih setiap waktu. Cukup dengan mengaplikasikan
nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya saja, tetap
menjaga sikap toleransi dalam beragama, peduli terhadap sesama manusia, melestarikan
berbagai budaya Indonesia, tidak mengagungkan produk dan mode asing, mengikuti upacara bendera dengan khidmat, belajar sungguh-sungguh,
menghargai setiap rupiah yang dikeluarkan pemerintah untuk melayani masyarakat,
dan memelihara moral. Sederhana, namun cukup sebagai bukti cinta terhadap tanah
air.
Menyuarakan
nasionalime juga ada cara terbaiknya. Bukan dengan berteriak mengutuk para
koruptor di tengah jalan, atau memaki negara pencuri budaya di jejaring sosial.
Cukup mengajak lebih banyak rakyat Indonesia mencintai bangsanya, mendukung
kemajuan dan eksistensi bangsa di mata dunia, dan mewujudkan nasionalisme
secara tepat.
Jika semua pemuda
Indonesia, atau minimal 85% darinya telah memiliki kesepahaman mengenai
nasionalisme, maka menjadikan Indonesia negara maju dalam sekejap bukanlah hal
yang mustahil. Itulah hebatnya kekuatan para pemuda yang juga diakui oleh Ir. Soekarno
dalam kalimatnya di sebuah orasi, “beri aku sepuluh pemuda, maka aku akan
mengubah dunia”. Pernyataan beliau sangat beralasan, bila melihat karakteristik
para pemuda Indonesia, yaitu berkobar, idealis, dan egois.
Berkobar. Dalam
bertindak selalu penih semangat dan tak pernah menyerahsampai kadang pihak
penentang yang kebingungan.
Idealis. Anti
KKN, kritis akan kebijakan pemerintah, peka terhadap tindakan atau sekadar
pernyataan yang memusuhi bangsa.
Dan, egois.
Melakukan segala sesuatu atas alasan diri sendiri, rasa ingin berkuasa tinggi,
individualis, dan menyukai persaingan. Meski kata egois terdengar negatif,
dengan pengendalian yang tepat justru
egois itu dapat berubah menjadi motivasi bagi para pemuda Indonesia.
Terlepas dari
tiga hal diatas, pemuda juga gesit bergerak. Sehingga tak ada kendala yang
terlalu berarti dalam berbagai kegiatan kepemudaan. Ini menjadi satu lagi
faktor kuatnya pengaruh nasionalisme para pemuda.
Kalimat terakhir tulisan ini, akan berisi
penegasan dari apa yang telah dijabarkan di atas. Nasionalisme pemuda sangat
kuat pengaruhnya apabila disuarakan dan diwujudkan dengan cara yang tepat,
karena pemuda itu berkobar, idealis, dan egois.
Written by Anna Kumala
0 comments