Untukmu yang Di Ujung Jalan Sana
March 17, 2013
Untukmu yang di ujung jalan sana.
Aku merenung di tengah gelapnya malam, memandang rasi orion di atas sana, bicara seakan mereka dapat menyampaikan apa yang sangat ingin kusampaikan, padamu.
Untukmu yang di ujung jalan sana.
Aku menuliskan sederetan kata-kata indah, membariskan bait-bait tawa dan tangis, menyusun kalimat-kalimat penuh makna dan rasa, menggoreskan tinta menjejakkan pesan penuh sirat.
Untukmu yang di ujung jalan sana.
Aku memainkan nada-nada risau, mengeja lirik sendu tanpa suara larut dalam penghayatan, mengalunkan suara penuh mimpi dan harapan, memetik melodi perlahan dan hati-hati.
Untukmu yang di ujung jalan sana.
Aku melukis meski tak pandai melakukannya, menyapukan warna-warni berbalut cerita, menangkap harmoni dan gradasi, menghadirkannya dalam gambaran nyata memori, manis dan pahit.
Untukmu yang di ujung jalan sana.
Aku bergumam tentangmu tanpa mengerti karena apa, berbisik lemah sebelum berfantasi di alam mimpi, berteriak lantaran fatamorgana berlebihan tentang kau yang pergi atau aku yang kehilanganmu.
Untukmu yang di ujung jalan sana.
Kesempurnaanku adalah karna aku tak sempurna. Mungkin letih itu kelak kan kutemui, jemu menunggu nantinya kan kurasakan. Saat itu tiada lagi renungan, kata-kata, alunan risau, lukisan, dan gumamamn tentangmu.
Untukmu yang di ujung jalan sana.
Jika kau ingin tetap memilikinya, kembalilah. Hampiri aku seperti yang pernah kau lakukan. Datang sebelum semua terlambat. Karena terlambat itu mungkin tak sampai sedetik lagi.
Written by Anna Kumala
Aku merenung di tengah gelapnya malam, memandang rasi orion di atas sana, bicara seakan mereka dapat menyampaikan apa yang sangat ingin kusampaikan, padamu.
Untukmu yang di ujung jalan sana.
Aku menuliskan sederetan kata-kata indah, membariskan bait-bait tawa dan tangis, menyusun kalimat-kalimat penuh makna dan rasa, menggoreskan tinta menjejakkan pesan penuh sirat.
Untukmu yang di ujung jalan sana.
Aku memainkan nada-nada risau, mengeja lirik sendu tanpa suara larut dalam penghayatan, mengalunkan suara penuh mimpi dan harapan, memetik melodi perlahan dan hati-hati.
Untukmu yang di ujung jalan sana.
Aku melukis meski tak pandai melakukannya, menyapukan warna-warni berbalut cerita, menangkap harmoni dan gradasi, menghadirkannya dalam gambaran nyata memori, manis dan pahit.
Untukmu yang di ujung jalan sana.
Aku bergumam tentangmu tanpa mengerti karena apa, berbisik lemah sebelum berfantasi di alam mimpi, berteriak lantaran fatamorgana berlebihan tentang kau yang pergi atau aku yang kehilanganmu.
Untukmu yang di ujung jalan sana.
Kesempurnaanku adalah karna aku tak sempurna. Mungkin letih itu kelak kan kutemui, jemu menunggu nantinya kan kurasakan. Saat itu tiada lagi renungan, kata-kata, alunan risau, lukisan, dan gumamamn tentangmu.
Untukmu yang di ujung jalan sana.
Jika kau ingin tetap memilikinya, kembalilah. Hampiri aku seperti yang pernah kau lakukan. Datang sebelum semua terlambat. Karena terlambat itu mungkin tak sampai sedetik lagi.
Written by Anna Kumala
0 comments