Kisah

September 12, 2015

Senggang tidak selalu berarti baik.
Buktinya di saat senggang aku malah terpikir tentang hal-hal yang sebetulnya tidak penting untuk dipikirkan. Mencari tahu tentang beberapa teman dan mencari tahu apa yang terjadi di masa lalu mereka. Bungkam setelah tau, menyimpan pengetahuan itu untuk diriku sendiri. Cukup agar aku tahu bagaimana bersikap terhadap orang tersebut.
Lalu aku berpikir tentang kisahku sendiri. Tentang apa yang terjadi di masa laluku. Siapa-siapa yang pernah mengisinya, dan apa yang pernah terjadi diantara kami,
Ada satu topik tentang masa lalu yang agaknya selalu menarik untuk diceritakan: asmara.
Dan entri ini akan khusus bercerita tentang itu. Biarkan cerita ini, seperti cerita-ceritaku yang lainnya, terabadikan lewat kata-kata di blog ini.
Ada dua orang yang pernah kujadikan objek baper (halah) dan terhitung sebagai masa lalu. Pertama teman SD (parah juga ya anak kecil -_-) dan kedua teman SMP.
Teman SD ini, sebut saja A, adalah orang pertama yang membuatku kagum terhadapnya. Dia pintar, baik, lumayan aktif di sekolah, dan jujur saja rupanya lumayan. Jujur saja kalau aku membuka buku harianku di masa-masa itu, aku rasanya nggak sanggup membaca. Antara malu, sedih, dan ingin tertawa terbahak-bahak. Bahasanya norak parah. Untungnya, beda banget nih sama anak SD sekarang yang jelas-jelas berlebihan karena tontonan yang kurang terkontrol. Sampai entri ini ditulis, aku nggak pernah bilang ke dia kalau aku somehow kagum sama dia pada saat itu. Walaupun aku  nggak pernah bilang, dia tau dari temannya tentang bagaimana aku ke dia. Entah kenapa dimana-mana teman itu biasanya jauh lebih peka daripada objek yang sesungguhnya. Sampai sekarang aku sama dia masih nggak bisa ngobrol biasa kalau lagi reuni lantaran teman-teman yang lain masih suka ngeledek. Tapi, kalau lewat chat kami udah bisa ngobrol seperti aku ngobrol sama teman-teman SD yang lain.
Sekarang dia udah jadi keren banget. Menjuarai kompetisi desain internasional gitu dan kalau hasil kepo-kepo dia sepertinya udah kerja di salah satu brand. Dia juga denger-denger mau mulai kuliah tahun ini. Terus dia udah keren dan aku masih disini-sini aja -_-
Yang kedua temen SMP, sebut saja B. Kalau dia, sepertinya aku memang agak error pada waktu itu. Dia jago basket, tinggi, lumayan lah wajahnya, punya mimpi yang luar biasa, dan lain-lain. Aku nggak tau kenapa dulu aku bisa suka sama dia. Aku adalah orang yang lebih mudah jatuh hati pada pemikiran daripada penampilan, tapi orang ini adalah pengecualian sepertinya. Beda dengan si A tadi, aku berteman cukup dekat dengan orang ini. Tapi sepertinya dia memang "cukup dekat" dengan semua orang. Dia orang yang baik, kadang terlalu baik malah. Apa lagi ya? Entahlah banyak detail yang sudah terlupakan. Lagipula sudah empat tahun lewat kan? Aku pernah bilang langsung ke dia kalau aku pernah suka sebelum aku pergi sekolah asrama. Hanya bilang, tidak berharap jawaban atau meminta komitmen. Sebab akal sehatku berkata aku harus melupakannya, entah apa alasannya. Sampai hari ini kami selalu hanya teman. Tak ada yang membiarkannya menjadi lebih.
Dia sekarang sedang sekolah pilot entah dimana. Kadang dia muncul di home medsos, tapi aku memutuskan untuk tidak menyapa. Urung, Bahkan saat reuni, aku tak menegurnya. Kenapa harus seperti itu? Entah aku juga tidak tahu. Aku hanya merasa enggan.
Dan itulah kisahku tentang dua orang teman yang kini menjadi masa lalu. Tidak baik memang memutus tali silaturahim, tapi kalau keberadaanku membuat mereka tidak nyaman aku tidak pernah ingin memaksakan.
Itu cerita tentang orang-orang yang pernah membuatku kagum dan tertarik. Kalau orang-orang yang pernah terang-terangan bilang kalau dia tertarik padaku lain lagi. Tapi, biar saja yang itu kusimpan sendiri :v

Kalau sekarang siapa?

Sekarang aku sedang menikmati kegiatan-kegiatan kampus. Tidak ingin memikirkan hal-hal semacam itu dulu. Biar saja nanti ada yang datang saat waktunya tiba. Tapi jika wantunya belum tiba, aku bisa apa selain menunggu?
Siapa yang tahu?
Bisa saja sebenarnya aku sudah memulai kisah yang lain, hanya aku saja yang belum sadar bahwa aku sedang berada dalam kisah yang sedang mengalir.
Bukankah ini semua hanya tentang cerita?

You Might Also Like

0 comments