Relatif

October 17, 2015

Waktu itu berjalan dengan kecepatan yang sama saja. Berpindah 1/60 busur lingkaran setiap detiknya. Hanya saja ia tak pernah berjalan mundur sehingga jalannya waktu bergantung kepada seseorang memandangnya: sebagai masa lalu atau sebagai masa depan.

Rasanya baru beberapa hari yang lalu, saat aku berada di dalam GSG mengiringi wisuda angkatan 15 Insan Cendekia. Menyaksikan serangkaian prosesi wisuda untuk pertama kalinya. Lalu aku berandai tentang bagaimana aku ketika saatku tiba. Aku merasa waktu berjalan sangat lama. Aku ingin cepat sampai pada hari itu. Hari dimana aku bisa keluar dari kampus tanpa kartu izin, hari dimana aku dengan bangga bisa berkata bahwa aku adalah bagian dari IAIC.

Kemudian...

Setelah waktu yang terasa hanya beberapa hari berselang dari itu, giliranku tiba. Aku yang berada di dalam GSG, duduk di bangku wisudawan, mengenakan pakaian cantik yang sama dengan teman-temanku yang lain, menyenandungkan asmaul husna sebagai pengesahan pencabutan statusku sebagai seorang siswi. Aku merasa waktu berjalan begitu cepat sebab sesuatu yang seharusnya masih ada malah tertinggal di belakang sebagai masa lalu. Waktu tidak berkenan untuk memperlambat jalannya agar sesuatu yang tertinggal dapat menyusul.

Dan hari ini...

Mengarak para wisudawan HMS membuat aku merasa waktu berjalan terlalu cepat dan terlalu lambat pada saat yang bersamaan. Terlalu cepat sebab aku teringat momen wisudaku dari Insan Cendekia dan merasa bernostalgia. Terlalu lambat sebab rasanya aku masih akan sangat lama untuk sampai pada giliranku.

Terbukti bahwa jalannya waktu sungguh relatif, tergantung bagaimana seseorang memandangnya.
Kau boleh mengenang masa lalu, mempersiapkan masa depan, tapi hiduplah untuk hari ini.

You Might Also Like

0 comments