#CeritaTentangJuli2016: Langkah, Langit, dan Potongan Memori
July 30, 2016
Ini sudah hari H lho ternyata. Hanya tinggal beberapa jam sebelum eksekusi.
Seperti biasa aku berjalan kesana kemari. Ke depan, ke belakang. Melihat ulang semua yang telah dipersiapkan.
Rasanya seperti de ja vu. Seperti lima bulan yang lalu saat aku mempersiapkan acara lain.
Namun ada satu yang berbeda.
Hari ini aku banyak merenung. Merenungi apa yang telah terjadi dalam hidupku dan bagaimana aku menghadapi banyak hal yang akan datang. Melirik sesekali bintang-bintang yang lama tak kulihat sambil berharap mata ini masih sanggup memperhatikan langkah.
Aku hanya bisa tersenyum.
Tak kecewa karena memang tak pernah berekspektasi macam-macam. Tak marah karena percaya dengan perjuangan sosok-sosok yang menantiku di sudut lain kampus. Tak lelah karena sebenarnya sudah pernah bahkan sering sekali lebih lelah dari ini.
Aku hanya tak percaya bahwa hari ini akhirnya datang. Lalu apa kamu tahu apa yang ingin sekali aku lakukan?
Aku ingin sekali mampir kehadapanmu sekadar untuk menunjukkan apa yang bisa kulakukan setelah apa yang terjadi beberapa minggu yang lalu. Hatiku boleh patah dan kemudian sulit untuk direkatkan lagi. Tapi aku tak perlu merenunginya yang patah untuk bisa menunjukkan bahwa aku bukan "dia yang tak bisa apa-apa".
Saat melihat langit, aku memang masih mengingat. Tapi tenang saja, aku sudah sampai tahap "hanya mengingat" kok. Aku belajar untuk lupa bagaimana cara mengenang semua ilusi yang pernah aku ciptakan.
Walau seperti yang pernah kukatakan. Selamat ya! Berkat kamu, aku takut jatuh hati lagi!
Seperti biasa aku berjalan kesana kemari. Ke depan, ke belakang. Melihat ulang semua yang telah dipersiapkan.
Rasanya seperti de ja vu. Seperti lima bulan yang lalu saat aku mempersiapkan acara lain.
Namun ada satu yang berbeda.
Hari ini aku banyak merenung. Merenungi apa yang telah terjadi dalam hidupku dan bagaimana aku menghadapi banyak hal yang akan datang. Melirik sesekali bintang-bintang yang lama tak kulihat sambil berharap mata ini masih sanggup memperhatikan langkah.
Aku hanya bisa tersenyum.
Tak kecewa karena memang tak pernah berekspektasi macam-macam. Tak marah karena percaya dengan perjuangan sosok-sosok yang menantiku di sudut lain kampus. Tak lelah karena sebenarnya sudah pernah bahkan sering sekali lebih lelah dari ini.
Aku hanya tak percaya bahwa hari ini akhirnya datang. Lalu apa kamu tahu apa yang ingin sekali aku lakukan?
Aku ingin sekali mampir kehadapanmu sekadar untuk menunjukkan apa yang bisa kulakukan setelah apa yang terjadi beberapa minggu yang lalu. Hatiku boleh patah dan kemudian sulit untuk direkatkan lagi. Tapi aku tak perlu merenunginya yang patah untuk bisa menunjukkan bahwa aku bukan "dia yang tak bisa apa-apa".
Saat melihat langit, aku memang masih mengingat. Tapi tenang saja, aku sudah sampai tahap "hanya mengingat" kok. Aku belajar untuk lupa bagaimana cara mengenang semua ilusi yang pernah aku ciptakan.
Walau seperti yang pernah kukatakan. Selamat ya! Berkat kamu, aku takut jatuh hati lagi!
0 comments