Pasti Berubah
September 14, 2018
Seperti apapun kita merasa sosok yang sama saja dengan yang lalu, pasti kita berubah walaupun sedikit. Sebab dengan pengalaman di masa lalu lah kita belajar untuk masa yang akan datang. Orang yang tidak pernah berubah dan tidak pernah belajar hanya akan menyesali waktu yang telah ia jalani di belakang tanpa menjadi konstruktif untuk dirinya di masa kini.
Saya berubah, kok. Saya belajar.
Sudah tahun kesembilan blog ini menemani hari-hari saya. Dari saya umur tiga belas sampai kini, terhitung sembilan hari ke depan menjadi dua puluh dua. Setiap kata yang ada disini menjadi saksi naik turun perasaan dan perjuangan saya dalam hidup.
Saya pernah sangat insaf akan rasa syukur, pernah sedikit kufur nikmat, pernah ditegur, pernah diberi rezeki yang luar biasa indah.
Saya pernah sangat ambisius, pernah sangat pasrah, pernah juga sangat gigih memperjuangkan apa yang menjadi mimpi saya.
Saya pernah sangat jatuh hati, sangat patah hati, atau sangat bimbang harus apa dengan masalah berhubungan dengan makhlukNya yang lain.
Dan kesemuanya ada agar saya berubah, menjadi lebih baik lagi dari saya yang sebelumnya.
Semua proses dan perubahan ini. Saya yakin Allah selalu punya maksud untuk hambaNya yang beriman. Mungkin suatu hari saya akan jadi seseorang yang berperan untuk sangat banyak orang, atau mungkin juga saya akan hanya berperan untuk keluarga dan lingkungan dengan begitu hangat. Mungkin, sebab kita tidak pernah tahu masa depan akan seperti apa.
Juga rezeki, jodoh, dan mati adalah tiga rahasiaNya yang tidak akan ada siapapun yang tahu.
Akhir-akhir ini saya jadi terfikir terus masalah "berubah", sebab beberapa kawan saya protes karena saya "tidak lagi seperti yang mereka kenal". Sepertinya saya memang harus menyudahi dulu semua "pelayanan publik" ini setelah MWA WM selesai. Mungkin terlalu merasa dimiliki "publik" membuat saya pada akhirnya tidak merasa memiliki diri saya sendiri.
Sepertinya saya harus lebih egois nanti. Bukan egois dalam hal opini kemahasiswaan, tapi dalam urusan-urusan yang lebih personal. Memikirkan pasca-kampus, liburan, jalan-jalan, intern di sektor impian, atau mulai memikirkan hal-hal romantis (?). Apapun itu, tapi nampaknya saya memang harus menurunkan ketegangan diri saya sendiri.
Nanti ya, setelah dua puluh dua, saya akan memulai.
Saya berubah, kok. Saya belajar.
Sudah tahun kesembilan blog ini menemani hari-hari saya. Dari saya umur tiga belas sampai kini, terhitung sembilan hari ke depan menjadi dua puluh dua. Setiap kata yang ada disini menjadi saksi naik turun perasaan dan perjuangan saya dalam hidup.
Saya pernah sangat insaf akan rasa syukur, pernah sedikit kufur nikmat, pernah ditegur, pernah diberi rezeki yang luar biasa indah.
Saya pernah sangat ambisius, pernah sangat pasrah, pernah juga sangat gigih memperjuangkan apa yang menjadi mimpi saya.
Saya pernah sangat jatuh hati, sangat patah hati, atau sangat bimbang harus apa dengan masalah berhubungan dengan makhlukNya yang lain.
Dan kesemuanya ada agar saya berubah, menjadi lebih baik lagi dari saya yang sebelumnya.
Semua proses dan perubahan ini. Saya yakin Allah selalu punya maksud untuk hambaNya yang beriman. Mungkin suatu hari saya akan jadi seseorang yang berperan untuk sangat banyak orang, atau mungkin juga saya akan hanya berperan untuk keluarga dan lingkungan dengan begitu hangat. Mungkin, sebab kita tidak pernah tahu masa depan akan seperti apa.
Juga rezeki, jodoh, dan mati adalah tiga rahasiaNya yang tidak akan ada siapapun yang tahu.
Akhir-akhir ini saya jadi terfikir terus masalah "berubah", sebab beberapa kawan saya protes karena saya "tidak lagi seperti yang mereka kenal". Sepertinya saya memang harus menyudahi dulu semua "pelayanan publik" ini setelah MWA WM selesai. Mungkin terlalu merasa dimiliki "publik" membuat saya pada akhirnya tidak merasa memiliki diri saya sendiri.
Sepertinya saya harus lebih egois nanti. Bukan egois dalam hal opini kemahasiswaan, tapi dalam urusan-urusan yang lebih personal. Memikirkan pasca-kampus, liburan, jalan-jalan, intern di sektor impian, atau mulai memikirkan hal-hal romantis (?). Apapun itu, tapi nampaknya saya memang harus menurunkan ketegangan diri saya sendiri.
Nanti ya, setelah dua puluh dua, saya akan memulai.
0 comments