Pusaran di Usia Dua Puluhan

November 11, 2019

Aku sudah sering mendengar tentang quarter-life crisis dari senior-senior yang sudah lebih dulu lulus. Sudah berusaha bersiap untuk menghadapinya agar tidak begitu tersedot ke dalam krisis dan akhirnya membuat diri ini tidak begitu produktif.

Tapi rupanya...

Quarter-life crisis sepertinya memang fase yang tidak mungkin untuk dihindari. Sebab tentu akan ditemukan berbagai kebimbangan tentang berbagai hal yang belum pasti. Tulisan ini mungkin adalah saranaku menumpahkan kegalauan tentang quarter-life crisis ini, karena sudah jelas aku sedang mengalaminya.

Aku merasa terus-menerus bimbang tentang apa yang ingin aku lakukan. Aku tau sih kalau aku mau S2, tapi seringkali masih bimbang mau S2 dimana. Di dalam negeri sehingga prosesnya lebih cepat, atau di luar negeri sehingga experience-nya lebih banyak, tapi ya konseskuensinya prosesnya lebih panjang karena banyak sekali dari diriku yang masih harus dikembangkan.

Masalah pekerjaan, saat ini aku tahu sih kalau orientasiku memang masih belajar dulu, bukan meniti karir atau mengejar gaji dua digit. Dan sejujurnya kalau soal ini aku masih santai dan tidak terlalu terburu-buru.

Nah, masalah berikutnya adalah soal pendamping hidup. Ah, bahkan aku kehabisan kata untuk menggambarkan kondisiku. Ya sudah, pokoknya begitu lah ya. Belum sukses, karena banyak faktor yang mungkin beberapa diantaranya tidak bisa kukendalikan. Sebenarnya ya nggak ingin buru-buru juga sih, tapi lama-lama kepikiran juga kalau setiap diskusi tentang hal kayak gini selalu berakhir, "duh, Na, siapa sih yang mampu mendampingi lo? Susah kayaknya."

Kepikirannya nggak sering sih memang, sesekali aja. Tapi kan... kepikiran. Apalagi aku memang nggak pernah pacaran sebelumnya. Beberapa kali sih dekat sama orang, tapi nggak pernah berakhir baik, dan nggak pernah jelas arahnya. Karena aku nggak suka berurusan dengan apa yang nggak jelas ujungnya dan nggak suka wasting time untuk hal yang nggak jelas faedahnya, jadi akhirnya ya kutinggal begitu saja.

Tapi kalau masalah jodoh mah bisa lebih santai sih. Karena kan nggak sekarang banget dan memang nggak banyak pilihan. Jadi memang nggak perlu pusing memilih. Tingga nunggu Allah ngirimin aja satu jodohku.

Yang lebih pusing soal pekerjaan dan keinginan S2 sih. Soalnya kan nggak bisa kalau cuma nunggu. Hal-hal ini tuh sangat mengandalkan kemampuanku dalam merencanakan masa depan dan mengimplementasikan rencana ini. Pasrahnya cuma bisa di akhir kalau udah usaha optimal dan berdoa sepanjang prosesnya.

Ya udah, kira-kira begitu sih masalah kebingungan-kebingungan di usia dua puluhan ini. Kayak banyak banget aja pusaran-pusaran yang menarik aku ke dalamnya untuk berkutat dan berpusing ria dengan itu semua. Rasanya... kayak semua hal tuh harus difikirin sekarang banget. Bukannya nggak mau mikirin sih, hanya jadi pusing aja karena kok banyak banget yang harus difikirkan.

Kalau-kalau blog ini masih ada yang baca, aku titip aja ya, tolong doakan aku segera mendapatkan banyak kepastian dari segala kebingungan di awal dua puluhan ini. Doakan aku segera selesai dari quarter-life crisis. Sama... yang paling penting, doakan aku masuk surga ya. Soalnya kan kalau masuk surga, berarti hidupku di dunia sesuai dengan jalan menuju surga dong. Hehehe.

You Might Also Like

0 comments