Menunggu Itu Rentan Akan Kehilangan

February 23, 2012

Aku nggak tau, syndrome galau macam apa yang tiba-tiba menyerangku siang ini. Mungkin ini semua gara-gara test blog Biologi yang harus dilaksanakan sore nanti diluar jam pelajaran, atau ini karena terlalu lama ditinggal sampai kadang lelah sendiri. Jangan tanya siapa yang 'meninggalkan' aku dan selama apa dia pergi, karena itu semua nggak ada hubungannya dengan kalian para pembaca blogku baik yang setia maupun yang udah sering selingkuh (?).
Aku udah pengalaman menunggu.
Tapi, ini bukan sebuah hal yang patut aku banggakan sepertinya. Aku hanya ingin membaginya, sebuah pengalaman buruk dengan sebuah kata kerja yang memiliki kata dasar 'tunggu'.
Jika kamu adalah seorang remaja, kamu pasti pernah jatuh cinta, 'kan?
Dan nggak bisa dipungkiri dengan kondisi pergaulan yang seperti sekarang ini, jatuh cinta itu pasti nggak jauh sama yang namanya pacaran. Nah, itu dia yang membuat aku akhirnya memaksa diri untuk menunggu.
Aku pernah jatuh cinta pada seorang laki-laki (Oke, ini pasti). Sebut saja, namanyaaaa...... Conan. Conan ini punya pacar. Sama seperti kebanyakan cowok keren yang terbawa pergaulan. Kalau kita survey 100 orang cowok usia 17 tahun, aku yaki paling tidak 80 diantaranya pernah pacaran.
Kembali lagi ke Conan. Dia itu punya wajah yang, ehm, lumayan ganteng, terus dia itu baik sama cewek (red:semua cewek), termasuk aku. Mungkin sangat sedikit cewek di sekolahku yang nggak pernah terpikat (walaupun cuma sebentar) sama dia. Pada intinya, he's almost perfect (atau cuma pendapatku aja?).
Dia selalu pacaran. Maksudnya, walaupun putus dari cewek yang satu dia pasti bisa jadian sama cewek lain. Dan konteks 'menunggu'yang aku bicarakan disini adalah, aku menunggu kapan dia akan memilih aku.
Aku agak malu mengakui ini. Tapi, berhubung aku sudah janji untuk membaginya, jadi lebih baik ceritanya kuteruskan ya.
Aku lumayan dekat dengan Conan. Bisa dibilang, kami pernah mengalami masa-masa yang rentan dan 'nyaris' jadi. Tapi, entah kenapa hati kecilku mengatakan kalau sebaiknya aku kembali mundur. Aku meraasa tidak berani berfikir untuk pacaran.
Dan setiap pikiran seperti itu menyapa kepalaku, selalu terbesit pertanyaan, "terus, ngapain aku nungguin Conan?" Ya, ngapain aku nungguin dia? Toh kalaupun dia datang aku nggak akan bilang iya. Jadi, buat apa aku menyiksa diri sendiri dengan menunggu hal yang belum tentu ingin kutunggu.
Sampai lulus kemarin, aku masih bimbang apa aku masih ingin menunggu Conan. Walaupun sekolah kami berbeda sekarang, lantas memangnya itu alasan?
Tapi, yasudahlah, aku memutuskan untuk tidak menunggu siapapun lagi. Bahkan kalaupun itu Conan. Kenapa?

Buat apa aku menunggu hal yang tidak ingin kutunggu?
Lagipula, menunggu itu melelahkan otak, kau tahu? Kita cuma menyiksa diri sendiri dengan menunggu. Apalagi, menunggu itu rentan akan kehilangan.
Jika sesuatu yang kau tunggu tak kunjung datang, atau meskipun datang kau tak ingin merengkuhnya, kau hanya akan kehilangan sesuatu itu. Percayalah...


Written by Anna Kumala

You Might Also Like

0 comments