February 27, 2014

Masih sama.
Aroma khas.
Dingin yang menusuk.
Pun ketidakhadiranmu.
Apa aku sebegitu frustasi?
Kembali dan kembali meski tahu takkan dapat hasil.
Memutar dan mencari walau paham benar tak akan kutemui.
Sebegitu besarnya kah?
Atau hanya takut melangkah dan meninggalkan yang sudah di belakang?
Berkali logika mengingatkan bahwa ini semua sia-sia saja.
Namun, berkali juga lawannya menyangkal seakan alasan tak pernah habis jika dicari.
Mungkin sebenarnya tak begitu sulit bagiku berhenti.
Hanya saja rasanya aku belum ingin berhenti.
Bagiku ini masih satu-satunya yang membuat lidahku bisa menjadi kelu,
masih satu-satunya yang membuatku tertunduk refleks menutupi rona merah wajahku,
masih satu-satunya yang membuat senyumku otomatis terkembang,
masih satu-satunya hal yang tak pernah bisa berhenti kuceritakan,
masih satu-satunya yang membuat malam berbintang menjadi penuh kenangan.
Mungkin kau tahu, mungkin kau juga, atau malah mungkin kedua jawabannya adalah tidak sama sekali.
Tapi, tidak begitu penting apa yang kau pikirkan.
Yah, ini semua hanya tentang aku, 'kan?
Aku menganggap kenangan kau dan aku punya nilai.
Jika bagimu tidak, itu bukan masalah besar.
Itu bukan masalah besar, setidaknya saat ini. Entah nanti.

Empat sampai sembilan tahun lagi, atau tidak sama sekali.

You Might Also Like

0 comments