Dua Puluh Jam

April 13, 2014

Entah kenapa masih juga merinding, meskipun ini kali ketiga UN. Masih juga minder walaupun sudah jutaan kali tryout. Masih juga nggak percaya kalau "LULUS" itu benar-benar tinggal selangkah, walaupun jelas tiga tahun di belakang bukanlah sesuatu yang mudah dilalui.
Seperti banyak orang bilang, ketika mendekati akhir, kita akan otomatis melakukan flashback. Dan kenangan itu pasti akan sampai di permulaan yang paling awal dan titik-titik kenangan menyenangkan diantaranya.
Begitupun kenanganku siang ini. Melayang ke saat-saat PTS, dimana bahkan menghela nafas panjang menjadi sebuah anugrah yang luar biasa. Melayang ke acara-acara yang sudah kami laksanakan, aku saksikan, kami perjuangkan. Melayang ke transkip nilai rapor yang benar-benar ala kadarnya. Melayang ke remedial pertama (seumur hidup). Melayang ke stukol, homestay, LDK, tadabur sosial. Melayang ke Unpentium, Becak Adem, DKM Bersinar. Melayang ke Gycentium, Foranza, Astonic, Eisthera. Melayang ke wajah bahagia orangtua dan adik-adikku. Dan melayang ke setiap wajah keluargaku, Magnivic Alencearin, mengenang bagaimana aku mengenal mereka satu per satu.
Terasa.
Kuakui tiga tahun itu sangat terasa. Tapi tetap saja aku tak bisa melepaskan tempat ini dan segala kenangan di dalamnya dengan mudah. Disini aku menemukan diriku yang sebenarnya, disini aku bisa menjadi diriku sendiri, disini aku merasa punya ruang untuk melakukan segalanya, disini aku mengenal orang-orang luar biasa, guru-guru luar biasa, teman-teman luar biasa, disini aku bisa merasakan betapa hidupnya sebuah masjid, seperti tweet para alumni, #cumadiIC
Jika menuruti keinginan, rasanya aku sanggup hidup disini sampai mati, dengan kenyamanan yang sungguh luar biasa. Tapi, nggak mungkin, 'kan?
Sebab aku harus hijrah dari zona nyaman ini untuk melakukan hal yang lebih bermanfaat. Sebab suatu hari aku akan kembali ke negeri ini dari tempat yang entah dimana membawa harapan untuk memperbaikinya. Sebab untuk mencapai semuanya, hanya tinggal selangkah, dua puluh jam dari sekarang.

You Might Also Like

2 comments

  1. anaaaa, aku sampe merinding bacanya, dan otomatis bikin...kangeeeen :')
    semoga dimudahkan segala prosesnya, bahkan semoga dimudahkan bagaimana menghadapi rasa rindu atas nama Insan Cendekia :')

    btw, udah pernah baca tulisanku yang ini fitrihasanahamhar.blogspot.com/2014/04/insan-cendekia-syukur-tiada-hingga.html

    ReplyDelete
  2. Aamiin.. Udah kak aku udah pernah baca itu kemarin-kemarin.. Memang IC itu selalu begitu ya kak.. Bikin rindu..

    ReplyDelete