Memilih

September 12, 2014

Hanya saat berada diantara dua persimpangan, manusia akan benar-benar menggunakan kepalanya. Memeras otak, mencari titik masalah, mencari jalan keluar, mencari mana yang terbaik, memilih.
Pertentangan di dalam kepala terus berkecamuk. Satu berkata kanan, yang lainnya kiri, dan pikiran lain ikut mencampuri, membesitkan bahwa diam saja lebih baik.
Positif dan negatif melintas. Datang dan kembali pergi lagi. Tak lama, hanya berusaha agar dilihat, agar diperhitungkan. Waktu seakan mengejek. Terus mengungguli sambil menjulurkan lidah dan berkata, "mengapa untuk hal semudah itu kau harus berpikir begitu lama?". Gengsi menguasai dan keputusan lalu diambil. Subjek berbelok ke arah yang ia mau.
Namun, bukankah kadang kita merasa ini lucu? Ketika sesuatu yang kita pilih justru tak mampu menjawab persoalan? Semua hanya berputar-putar di sekitar titik yang sama. Memilih untuk memilih kembali tanpa jalan keluar.
Tidak semua pilihan bisa menjawab, meski hakikatnya kita selalu butuh jawaban bukan? Kadang apa yang kita pilih perlu waktu lama untuk memberikan jawaban, dan kadang malah tidak merasa perlu untuk memberi kita jawaban. Jawaban yang kita terima pun tak melulu yang kita inginkan. Kadang kita malah mendapat jawaban yang paling tidak kita inginkan.
Wajar bukan?
Meski rasanya kadang tak sewajar itu.

You Might Also Like

0 comments