Membersamaimu
February 06, 2015
Reblogged from here.
Aku pernah menangis tersedu-sedu karena ponselku rusak, semua memorinya hilang, bukan soal kontak atau ponsel itu yang kurisaukan. Karena seluruh pesan singkatmu, foto-foto kita, sebagian kenangan bersamamu itu hilang! Hilang.
Setelah itu kamu hanya tersenyum melihat tingkah konyolku, tidak menyodorkan tisu atau sapu tangan karena kamu pasti tidak punya itu, lalu berkata,
Setelah itu kamu hanya tersenyum melihat tingkah konyolku, tidak menyodorkan tisu atau sapu tangan karena kamu pasti tidak punya itu, lalu berkata,
"Cup cup, kenangan bisa dibuat lagi kok. Selama masih ada kamu dan aku."
Itu empat tahun silam. Sekarang?
Tidak ada kenangan.
Saat ini aku bosan menangis, air mataku jika dikumpulkan mungkin sudah membentuk satu telaga mungil yang jernih. Isinya kamu yang berkecipak. Bagaimana bisa kubuat kenangan lagi jika hanya soal aku dan tidak ada kamu? Kamu yang hilang. H-i-l-a-n-g.
Tidak ada kenangan.
Saat ini aku bosan menangis, air mataku jika dikumpulkan mungkin sudah membentuk satu telaga mungil yang jernih. Isinya kamu yang berkecipak. Bagaimana bisa kubuat kenangan lagi jika hanya soal aku dan tidak ada kamu? Kamu yang hilang. H-i-l-a-n-g.
"Lupakan saja semua janji yang pernah kubuat. Suatu saat, jika kita berjodoh, kita pasti bertemu," katamu.
Lalu adalah aku yang hingga kini masih bertahan menghubungimu, meski kamu mereject teleponku. Adalah aku yang suka tiba-tiba cemas lalu me-what’s app-mu, dan hanya kamu diamkan padahal aku tahu kamu baru saja update. Adalah aku yang menyapamu lewat facebook, tapi setelah kamu membaca messageku, kamu tiba-tiba off. Adalah aku yang gemar sekali berkata “aku sudah move on”, padahal masih rajin mengunjungi sosial mediamu lalu menscrollnya sampai ke bawah.
Tapi, aku terhenti. Saat melihatnya. Melihat captionmu di foto itu.
Tapi, aku terhenti. Saat melihatnya. Melihat captionmu di foto itu.
Bolehkah aku mengakatakan ini? “Aku mengujimu sebagaimana Tuhan menguji keimanan hambaNya."Karena cinta idealnya harus berdiri pada keyakinan. Sebagaimana yakin akan Tuhan, yakin pula Dia yang menetapkan siapa kepada siapa. Karena dengan yakin, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kita pasti bertemu jika dalam keimanan yang sama.
Entah kita benar bertemu, atau tidak. Doa-doa ini masih berisikan namamu. Aku tidak memaksa Tuhan mempertemukan kita, hanya saja aku selalu berharap Tuhan menjagamu, meridhoi setiap langkahmu, mengingatkanmu dalam banyak hal, dan selalu melingkupimu dengan kecukupan. Cukup baik, cukup sehat, cukup ganteng. Bahkan Ya Tuhan, jika Engkau pilihkan yang lebih baik untuknya dan itu bukan aku, semoga aku sanggup lebih kuat daripada ini.
Meskipun aku tidak bersama kenangan itu lagi, biarkan aku senantiasa membersamaimu, dalam keyakinan dan doaku. Semoga kau juga begitu.
0 comments