Ramai

April 27, 2015

Akhirnya aku keluar.

Mencari perhatian dalam keramaian.
Just like the old times, when so many things weren't alright but I was so happy to be myself and never thingking about anyone's testimony.

Beranjak dewasa bagiku adalah menurunkan ego dan meningkatkan kepekaan.
Jika dulu aku bisa berkata apapun tanpa berfikir seperti apa efek dari kata-kata itu, saat ini tak ada apapun yang bisa kukatakan karena aku takut terhadap efek yang akan ditimbulkan.
Jika dulu aku terobsesi dengan keramaian dan perhatian banyak orang, saat ini aku lebih suka tenggelam berbaur dan tak disadari kehadirannya.
Seperti itulah aku di kalangan anak-anak fakultasku.
An extrovert turned into an introvert.
Kadang ada rasa tidak nyaman, kadang ingin berekspresi maksimal seperti saat aku menulis entri blog atau saat aku bersama teman-teman IC yang luar biasa itu atau saat aku berada bersama rekan-rekan sospol yang memang menciptakan atmosfer menyenangkan.
Tapi meskipun tidak nyaman, aku merasa tenang. Karena tidak perlu menjadi siapapun. Hanya perlu menjadi mahasiswa biasa di hadapan orang-orang baru.

Tapi kemarin aku keluar dan bersenang-senang lagi.
Dengan ditemani oleh seseorang yang mengenalku sebagai orang lain.
Dengan dia yang mungkin mengira aku adalah seseorang yang kalem dan pendiam, tidak begitu suka bergaul, tidak punya banyak pengetahuan tentang kampus (apalagi tentang kemahasiswaan).
Seorang teman satu kelas yang tidak pernah tahu bahwa aku dulunya adalah seseorang yang terobsesi dengan akademik dan edukasi secara bersamaan.

Aku kembali hidup sehidup-hidupnya di tengah keramaian yang kurindukan.
Meski tak lama, karena setelah itu keramaian membuatku pusing lagi dan rasanya ingin sekali pulang.

Aku mengobati rinduku pada cinta yang lama.
Dan kini aku kembali mencintaimu, ketenangan.
Entah berapa lama lagi aku akan tetap jatuh cinta padamu.
Mungkin sampai besok, lusa, minggu depan, tahun depan, atau sama sekali takkan berhenti.

You Might Also Like

0 comments