Terasing

October 22, 2018

Manusia tidak hanya berdiam di satu tempat saja. Kita semua bergerak. Kalaupun tidak dalam makna konotatif, setidaknya secara harfiah dalam empat dimensi yang kita tahu bersama. Dan sebuah keniscayaan bahwa kita bergerak relatif terhadap waktu.

Ada kala kita mengenal rumah untuk pertama kalinya. Menjadi nyaman dengan adanya keluarga. Terus kembali karena merasa ada yang menanti, dan selalu ada yang bahagia ketika berjumpa lagi.

Mulanya menjadi yang termuda. Dibimbing, dibina, diajarkan, bertanya. Apapun yang dapat menjadi pelajaran untuk kita dari mereka yang lebih awal berada di rumah. Orangtua, kakak.

Lalu menjadi yang lebih tua, mengayomi mereka yang muda, menjadikan rumah ini lebih nyaman untuk kita tinggali bersama, mengajarkan, memberikan jawaban atas pertanyaan.

Dan setelahnya lebih tua lagi lalu tiba waktu untuk purna. Masih ada dan tinggal di dalam rumah, namun tidak lagi punya kuasa. Hanya diam meninggali berharap mungkin saja ada keluarga yang masih menghampiri sembari menunggu giliran untuk meninggalkan.

Seiring berjalannya waktu, di rumah sekalipun kita akan merasa terasingkan. Tempat yang sebelumnya selalu menjadi tujuan kembali bisa jadi tidak lagi nyaman untuk ditinggali. Tempat yang sebelumnya layak memperoleh perhatian, penuh dengan rekan perjuangan, pada satu titik mungkin saja menjadi begitu membosankan.

Itu berarti kita sudah tua. Dan kita harus paham betul kapan kita mulai menua. Kita harus tahu, kapan kita harus meninggalkan.

Dan bagiku, di kampus ini, nampaknya tidak begitu banyak waktu lagi.
Yang, yang patah tumbuh, yang hilang berganti... Yang hancur lebur akan terobati... Yang sia-sia akan jadi makna... Yang terus berulang suatu saat henti... Yang pernah jatuh ‘kan berdiri lagi... - Banda Neira

You Might Also Like

0 comments