Kebohongan

December 03, 2015

Terkadang kita berbohong dengan asumsi-asumsi yang terkesan memudahkan orang lain.
Terkadang kita berbohong dengan dalih 'demi kebaikan' tanpa menyadari bahwa kata-kata 'demi kebaikan' hanya untuk menutupi ego dan ketakutan kita sendiri.
Terkadang kita berbohong karena takut tidak ada yang siap menerima kebenaran, karena takut disalahkan, karena takut dinilai apa adanya.
Terkadang kita berbohong karena merasa akan lebih aman, karena merasa akan terlihat lebih baik.
Terkadang kita berbohong agar tidak menyakiti orang lain, walau sebenarnya kita lebih menyakitinya saat berbohong.

Dan bagi kau yang dibohongi...

Kamu mungkin akan merasa terkhianati.
Kamu mungkin akan merasa bahwa sungguh dunia ini hanya dibanjiri dengan dusta.
Lalu jika yang membohongimu adalah orang yang paling dekat denganmu, orang yang sebelumnya paling kamu percaya, orang yang kamu pikir tidak akan pernah membohongimu, mungkin kamu akan merasakan kecewa yang sangat luar biasa.
Mungkin kamu merasa berhak untuk marah.
Mungkin kamu akan merasa sebagai orang yang paling dikecewakan.
Mungkin kamu akan merasa semua kepercayaanmu kepadanya hanyalah sampah.
Mungkin kamu tidak ingin melihatnya lagi, atau sekadar mendengarnya berkata-kata.

Aku juga.

Ditambah lagi aku bertanya-tanya "kenapa?" akan banyak hal.
Kenapa kamu berbohong?
Kenapa demi dia?
Kenapa tidak menyerah sampai aku hampir berhasil membuktikan?
Kenapa menganggapku begitu bodoh sampai menyangka aku akan percaya dengan sebuah kebohongan yang buktinya saja tidak valid?
Kenapa menganggapku begitu tenggelam dari kehidupan sosial sehingga menyangka aku tidak akan tahu kalau kamu berbohong?

Tapi, sudahlah.

Aku memaafkanmu.
Meski sejujurnya masih bertanya-tanya apakah kamu mengenalku sebaik yang kusebut-sebut pada semua orang? Apakah aku mengenalmu sebaik yang aku kira selama ini?
Meski rasanya masih tidak percaya kalau kamu lagi-lagi berbohong. Membohongiku untuk orang yang sama.
Meski kesannya tidak karena aku menulis entri yang seakan mengungkapkan kebencian luar biasa.


Aku memaafkanmu.
Tapi bukankah aku bilang bahwa aku tidak akan pernah lupa?

You Might Also Like

0 comments