#MGNVBDG ke Situ Cisanti

August 20, 2016

Sebenarnya sebelum cerita perjalanan ke Situ Cisanti mestinya ada cerita petualangan di Walini dulu. Tapi, entah kenapa pingin banget nulis yang ini dulu. Cerita ke Walini-nya mungkin menyusul di kesempatan berikutnya.

Cukup lama jalan-jalan ini diwacanakan oleh ketua MGNV Bandung, Ardiansyah Prasidya Himawan. Kalau nggak salah sudah sekitar dua minggu sebelum akhirnya kami berhasil realisasi di tanggal 11 Agustus 2016. Rencananya sederhana sebenarnya: kumpul di kubus jam 06.00 pagi. Tapi, sejak awal aku sebenarnya pesimis kalau rencana jalan-jalan tour de situ ini bisa terlaksana.

Ada beberapa alasan kenapa aku jadi pesimis jadi ikut pagi itu. Pertama, karena seperti biasa orang-orang yang awalnya konfirmasi bisa, tiba-tiba nggak jadi ikut (maklum ya, MGNV Bandung emang seringnya ahli wacana). Kedua, aku sendiri lumayan lelah karena baru saja pulang dari Walini malam harinya nyetirin orang juga. Ketiga, karena di tanggal itu anak-anak ITB baru saja melalui frs war yang bisa menyebabkan seseorang nggak tidur sampai shubuh.

Malam sebelum jalan-jalan, aku bilang di multichat kalau aku nggak bisa janji datang tepat waktu jam enam pagi dengan kondisi baru pulang dari Walini. Tapi mereka di grup itu menyemangati, "bisa, Na, bisa".

Bukan termotivasi, aku malah jadi semakin malas sebenarnya. Terlalu pagi dan pasti akan terlalu lelah untuk bisa menyetir sepeda motor sampai ke sana.

Kalau akhirnya aku jadi berangkat itu gara-gara Gilang Audi Pahlevi jadi ikut. Kenapa sepenting itu? Di pertengahan nanti baru akan kuceritakan.

Demi jadi ikut jalan-jalan sama delapan orang cowok dan satu orang cewek MGNV Bandung, aku menghemat tidur jadi tiga jam. Lumayan berjuang sebenarnya mengingat malam-malam sebelumnya juga tidur pagi larut malam dan lebih berjuang lagi karena paginya aku akan mengemudi sepeda motor selama kurang lebih tiga jam untuk sampai ke tujuan jalan-jalan. Soalnya Asma belum lancar bawa motornya jadi nggak bisa gantian :(

Singkat cerita, dengan alarm yang pantang menyerah, aku berhasil bangun pukul lima pagi dan siap berangkat pukul enam kurang sepuluh menit. Multichat geng jalan-jalan sudah ramai dengan pertanyaan-pertanyaan, "udah dimana?" "udah pada bangun?" "luthfi mana nih?" "udah siap?" "jadi jam enam nggak?" dan lain-lain.

Pagi itu aku tidak banyak menggubris celoteh di multichat. Aku fokus janjian sama Asma supaya kita berdua nggak terlambat dan bikin cowok-cowok itu nungguin kita.

Aku dan Asma sampai di tempat janjian jam 06.10 WIB. Rasanya agak nggak enak karena terlambat sepuluh menit. Tapi terus kami bingung mau nggak enak sama siapa karena yang terjadi adalah kami yang pertama sampai di kubus.

Aku coba menghubungi mereka di multichat tapi nampaknya mereka malah heboh sendiri. Akhirnya, aku dan Asma memutuskan untuk sarapan soto yang ada di depan ITB sambil menunggu cowok-cowok kesiangan ini.

Sepuluh menit.

Luthfi sepertinya baru bangun.

Dua puluh menit.

Di telepon, Ardi bilang otw.

Tiga puluh menit.

Masih belum ada satu pun yang datang. Ardi yang udah bilang otw juga nggak sampai-sampai.

Empat puluh menit.

Wali tiba-tiba ngechat, "udah ada siapa aja?" Barengan sama Bagus yang bilang kalau piket asramanya udah mau selesai.

Lima puluh menit.

Akhirnya Faza, Ardi, Aufar, dan Dayat muncul. Duh, kalau kalian paham aku beneran kesel sama kalian. Tau nggak kenapa? Soalnya aku ngantuk, se-ngantuk-itu, dan aku juga akan bawa motor sampai pengalengan sana, tapi aku berusaha untuk nggak terlambat demi kalian sedangkan kalian malah seenak-enaknya terlambat sampai satu jam kayak gitu. Harusnya aku masih bisa tidur satu jam lagi dan itu lumayan banget, tapi nggak ada dari kalian yang mau mundurin waktu janjiannya jadi jam 7, padahal kalian semua datengnya jam 7 -_-

Karena terlanjur kelamaan menunggu, akhirnya aku dan Asma langsung tancap gas dan pakai navigasi sendiri (yang lain kayaknya main tunggu-tungguan). Yang ada di kepalaku saat itu adalah: sampai duluan, habis itu tidur dulu sekitar 15 menitan kalau bisa.

Kami menempuh perjalanan dengan tidak terlalu santai, buru-buru, tapi rasanya lama sekali kami baru sampai di Situ Cisanti.

Sesuai dugaan, kami sampai duluan. Kami membeli beberapa makanan seperti gorengan dan makanan ringan dalam kemasan. Tentu saja tidak boleh ketinggalan kopi kemasan untukku yang sudah sangat super mengantuk.

Setelah sampai, aku nggak jadi tidur karena lokasi kurang memungkinkan. Akhirnya cuma duduk bersandar di pohon sambil mencerna gorengan dan menunggu yang lain.

Kira-kira 20-30 menit sampai semuanya berkumpul. Kami lalu memutuskan untuk berjalan mengelilingi Situ Cisanti yang memang kelihatannya tidak terlalu jauh.

Sepanjang perjalanan, kami mengambil gambar dan membuka percakapan. Banyak hal yang dibahas, mungkin karena memang kami sudah lama tidak berbincang santai seperti ini. Kantuk yang sedari pagi menghantui pun hilang (mungkin pengaruh kopi juga). Sekitar pukul sebelas, kami duduk melingkar di bawah pohon dan bermain UNO (andalan sekali). Seperti biasa yang kalah harus dapat hukuman truth. (Ardi dan Bagus belum jadi dihukum ya, tolong dikondisikan)

Setelah bermain UNO, kami sholat zuhur berjama'ah di musholla. Imamnya siapa ya? Lupa.

Setelah sholat zuhur, kami konvoi sampai tempat makan (yang kali ini betul-betul konvoi). Kami makan di tempat sederhana tapi masakannya enak dan lokasinya nyaman untuk kami mengobrol. Disana, Gilang menceritakan tentang program exchange nya ke Korea Utara Selatan semester ini. Nah, ini alasan kenapa ikutnya Gilang adalah sesuatu yang penting sampai harus dibela-belain. Nggak nyangka ya temanku yang satu ini akademik banget :v

Makan siang kita hari itu disponsori oleh Gilang dan tentu saja semua orang yang ikut dengan senang hati menerima traktiran Gilang yang nggak ikut nyesel kan?.

Setelah makan siang, kami kembali ke "rumah" masing-masing tanpa konvoi, mengakhiri segala ke-absurd-an hari itu.

Berikut beberapa momen yang sempat tertangkap.
Credit: Asad Aufar (tuh far!)







You Might Also Like

4 comments