Memilih
September 14, 2016
Aku ingin bercerita.
Sebanyak-banyaknya.
Sedetil-detilnya.
Namun bukan kapasitasku untuk bercerita selengkap yang orang-orang awam harapkan. Intinya aku hanya sedang berusaha menikmati peran yang sebelumnya kuabaikan, tak pernah kujadikan prioritas sebab selalu ada yang lebih penting dan lebih tinggi.
Aku hanya ingin bernafas di tengah kelegaan dan kelengangan luar biasa. Sebelum nanti akhirnya aku kembali memilih tenggelam dalam kesibukan.
Boleh, 'kan?
Dulu jadi ring 1 atau ring 2 kepanitiaan kaderisasi terbesar di kampus adalah impianku. Tapi saat kesempatan itu datang aku jelas-jelas mundur dan memilih jalan lain.
Kini mimpiku yang satu lagi datang menghampiri: menjadi ketua bidang acara yang paling dekat denganku sejak pertama kali aku menginjakkan kaki di bumi ganesha ini. Mudah untukku. Semudah menganggukan kepala. Sungguh.
Nyatanya ini menjadi sulit karena aku sudah memutuskan untuk menarik diri untuk saat ini. Lalu sebab aku sudah memiliki banyak rencana mengenai apa-apa yang akan aku lakukan ke depannya.
Bismillah.
Aku menolak bukan karena aku tidak mau, bukan pula karena aku tidak mampu. Tapi justru sebab aku ingin berusaha menahan diri, menarik diri.
Sebab seperti yang seorang teman pernah katakan, aku harus tahu kapan aku perlu untuk berhenti dan mencari persinggahan lain. Persinggahan yang belum pernah terpikir olehku sebelumnya. Yang nyata adanya namun jelas tak pernah kulirik.
Ini baru yang namanya memilih.
Sebanyak-banyaknya.
Sedetil-detilnya.
Namun bukan kapasitasku untuk bercerita selengkap yang orang-orang awam harapkan. Intinya aku hanya sedang berusaha menikmati peran yang sebelumnya kuabaikan, tak pernah kujadikan prioritas sebab selalu ada yang lebih penting dan lebih tinggi.
Aku hanya ingin bernafas di tengah kelegaan dan kelengangan luar biasa. Sebelum nanti akhirnya aku kembali memilih tenggelam dalam kesibukan.
Boleh, 'kan?
Dulu jadi ring 1 atau ring 2 kepanitiaan kaderisasi terbesar di kampus adalah impianku. Tapi saat kesempatan itu datang aku jelas-jelas mundur dan memilih jalan lain.
Kini mimpiku yang satu lagi datang menghampiri: menjadi ketua bidang acara yang paling dekat denganku sejak pertama kali aku menginjakkan kaki di bumi ganesha ini. Mudah untukku. Semudah menganggukan kepala. Sungguh.
Nyatanya ini menjadi sulit karena aku sudah memutuskan untuk menarik diri untuk saat ini. Lalu sebab aku sudah memiliki banyak rencana mengenai apa-apa yang akan aku lakukan ke depannya.
Bismillah.
Aku menolak bukan karena aku tidak mau, bukan pula karena aku tidak mampu. Tapi justru sebab aku ingin berusaha menahan diri, menarik diri.
Sebab seperti yang seorang teman pernah katakan, aku harus tahu kapan aku perlu untuk berhenti dan mencari persinggahan lain. Persinggahan yang belum pernah terpikir olehku sebelumnya. Yang nyata adanya namun jelas tak pernah kulirik.
Ini baru yang namanya memilih.
0 comments