Tak Kalah Romantis: Jurnal Aksi Mei 2017

June 13, 2017

Sebuah Catatan Seorang Anggota Parlemen Jalanan

Kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. 
-W.S. Rendra

Intelektual adalah suatu kaum yang dapat melihat gambaran besar dari suatu permasalahan. Ia berorientasi pada ide dan gagasan, serta senang sekali menguji gagasannya dengan berdiskusi, semata-mata untuk memperoleh gagasan yang lebih baik dari sebelumnya. Seorang intelektual akan merasa sangat tertarik membahas suatu permasalahan tidak hanya dari segi keilmuan melainkan juga dari pengetahuan-pengetahuan yang menurunkan ilmu tersebut.

Kaum intelektual di kalangan pemuda dikenal "Insan Akademis" yang menjadi tujuan perguruan tinggi menurut Bapak Pendidikan Indonesia, Moh. Hatta. Secara spesifik, peran ini sesungguhnya merupakan peran mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi. Bahwa mahasiswa mengenyam pendidikan tinggi bukan hanya untuk menjadi seorang lulusan siap kerja, melainkan menjadi seorang intelektual, ia yang selalu mencari dan mencari permasalahan yang ada di sekitarnya dan senantiasa menguji gagasan tersebut.

Sosial Politik adalah salah satu sektor dimana seorang cikal bakal intelektual berkecimpung. Diskusi dan kajian sosial politik membuat individu dapat melihat gambaran besar suatu permasalahan dengan sudut pandang bahwa suatu ilmu adalah bagian dari ilmu lain yang lebih besar. Misalnya, keilmuan teknik sipil tentu tidak bisa lepas dari ilmu ekonomi yang menjadi sumberdayanya, ilmu hukum yang menjadi penyokongnya, ilmu politik yang menjadi penentunya, serta ilmu sosial yang mendasari terbentuknya ilmu tersebut. Hal-hal teknis sesungguhnya hanya suatu bagian kecil dari sesuatu yang lebih besar.

Satu orang yang bergerak jauh lebih baik daripada sepuluh orang yang berpikir. Maka diskusi, pembahasan, dan wacana alternatif tanpa adanya eskalasi tidak berarti apa-apa. Ia hanya akan menguap ke udara lalu hilang tanpa bekas dan berakhir tidak bermanfaat dengan yang lain. Eskalasi adalah proses pengangkatan suatu isu agar wacana alternatif yang terbentuk tersampaikan dengan baik kepada pihak yang berwenang. Proses eskalasi adalah juga bagian dari gerakan, malah bisa dikatakan eskalasi adalah pokok dari gerakan itu sendiri. Eskalasi dilakukan dengan strategi tertentu sesuai dengan wacana alternatif yang disampaikan.


Mei Momentum Mei

Mei adalah bulannya gerakan. Dibuka dengan peringatan hari buruh tanggal 1 Mei, hari pendidikan nasional tanggal 2 Mei, dan hari kebangkitan nasional tanggal 20 Mei. Hal ini membuat Bulan Mei dapat juga dikatakan penuh momentum. Dengan banyaknya isu yang mencuat, dimana beberapanya telah diangkat dalam Surat Terbuka KM ITB mengenai keserampangan pemerintah, tentunya KM ITB tidak bisa hanya berdiam diri menyambut momentum emas yang ditawarkan oleh Bulan Mei. Ditambah lagi KM ITB memiliki tanggung jawab menindaklanjuti ultimatum 90 hari yang tertera dalam surat terbuka KM ITB.

Kemenkoan Sosial Politik Kabinet Suarasa KM ITB bersama Presiden KM ITB 2017, Ardhi Rasy Wardhana melakukan diskusi untuk mempersiapkan KM ITB menyambut momentum ini. Kami memutuskan untuk melakukan aksi besar ke Jakarta di sekitar tanggal 19-21 Mei 2017, dekat dengan tanggal peringatan kebangkitan nasional (yang pada akhirnya disepakati 19 Mei). Dengan dukungan tenaga sekadarnya sebab kami telah sampai pada akhir semester dan dekat dengan ujian akhir, kami melakukan persiapan gerakan massa.

Berbagai persiapan aksi massa dilakukan, mulai dari mengolah konten, membangun jaringan ke DPR MPR RI, konsolidasi dengan basis massa kampus lain, sampai propaganda dan persiapan internal massa KM ITB.

Kemenkoan Sospol mulai membagi peran masing-masing kepala dalam persiapan aksi ini. Saya, Andriana Kumalasari SI’14, beserta Izzudin Prawiranegara TG’13 dan Akmal Ramadhan MRI’13 mempersiapkan konten kajian dan bahan-bahan diskusi. Jaringan eksternal, baik stakeholder maupun basis massa kampus lain dikondisikan oleh Miqdam Furqany TA’13 yang selalu didampingi si paling setia Chairin Chalila EL’15 dan dibersamai oleh sang Presiden Ardhi Rasy Wardhana TA’13. Strategi dan eksekusi propaganda, serta perangkat-perangkat aksi disiapkan oleh Ayu Nurhuda DI’13 bersama tim. Massa aksi KM ITB dipanaskan dengan berbagai metode oleh anak-anak Jaka Satria GL’13, yakni Gifari alias Biji FKK’15 didukung tenaga Ksatria Ganesha. Dan Menko Wamenko kami, duo MTI Kurnia Sandi Girsang TI’13 dan Hamnah MRI’14, mengelola kami semua sebagai sumberdaya.

Perjuangan kami dimulai sejak persiapan aksi bersama buruh di tanggal 1 Mei 2017 dan berlanjut hingga hari ini.



Pembuka: Bersama Buruh Turun ke Jalan

May Day yang jatuh pada tanggal 1 Mei selalu menjadi momentum bagi para buruh untuk melakukan aksi turun ke jalan bersama-sama menyampaikan aspirasi mereka. Sudah setidaknya empat tahun terakhir KM ITB tidak pernah ikut menurunkan massa untuk aksi momentum ini.

Tahun ini, KM ITB menurunkan massa ke Gedung Sate untuk aksi bersama buruh dengan membawa tuntutan yang berbeda. Persiapan aksi ini bisa dikatakan cukup singkat, yakni kurang dari seminggu. Bahkan perangkat lapangan disiapkan dalam waktu kurang dari tiga hari.

Rencana aksi ini dikabarkan kepada kongres KM ITB dan pimpinan-pimpinan lembaga di awal minggu terakhir Bulan April. Aksi ini bertujuan selain untuk bersama-sama menyampaikan aspirasi terkait buruh, juga untuk memberikan pembelajaran kepada massa KM ITB terkait aksi. Selang satu dua hari setelah kabar rencana aksi disampaikan, keluar draft kajian KM ITB ke massa kampus untuk direspon dan disuarakan kepada perwakilan lembaga masing-masing.

Dua hari sebelum tanggal 1 Mei 2017 dilakukan audiensi ke kongres KM ITB mengenai kajian dan sikap KM ITB yang akan dirilis ke khalayak. Audiensi berjalan cukup lancar dan dapat disepakati dengan catatan sebelum jam 12 malam hari itu. Setelah audiensi, kongres meminta kabinet untuk mempersiapkan teknis lapangan aksi beserta seluruh perangkat lapangannya. Kami menyanggupi permintaan kongres.

Malam dinihari setelah audiensi kongres, kami menentukan perangkat aksi dan seluruh logistik yang dibutuhkan. Said Fariz Hibban ME’14, Iban AsØ singa ATMOSPHAIRA adalah koordinator lapangan kami untuk aksi hari buruh. Secara instan, Iban menunjuk Komeng SI’14 sebagai komandan lapangan. Tim konten mengolah revisi yang menjadi catatan ke kongres KM ITB, sementara Hamnah selaku pemimpin tim personalia mempersiapkan rekrutmen terbuka massa aksi. Hari itu, sehari sebelum aksi 1 Mei, kami menumpang di sekretariat HMS dan belum meninggalkan kampus hingga menjelang shubuh.

Sehari sebelum aksi, persiapan logistik, lapangan, dan massa aksi menjadi fokus untuk hari itu. Massa aksi dikumpulkan dalam briefing singkat di malam hari. Logistik dan lapangan sudah dapat dikondisikan di malam itu sehingga kami tidak perlu pulang begitu larut. Pekerjaan yang sedikit menunda kepulangan hanya pembuatan rilis media 1 halaman yang menyita waktu kurang dari setengah jam.

Hari yang ditunggu tiba. Seluruh massa aksi berkumpul di kubus pukul 7 pagi dan bersama-sama march o march hingga Gasibu. Ketika kami tiba di Gasibu, rombongan buruh dari berbagai penjuru berdatangan dan melambaikan tangan pada barisan mahasiswa sambil meneriakkan, “Hidup Buruh!”. Lalu kami para mahasiswa menyambut seruan tersebut. Sambil menunggu barisan siap bergerak, kami mengobrol banyak mengenai bagaimana buruh dari masa ke masa dan apa tuntutan yang dibawa oleh teman-teman buruh dari Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). Sayangnya, saat barisan mulai menyatu dan bergerak, saya harus mengalah hari itu menemani Lubbi Sabili Rusydi TM’14 mengurus logistik aksi, termasuk makan siang untuk massa aksi sehingga saya cukup kehilangan momen.

Dalam aksi ini, KM ITB ITB menyatakan [3]:
1.       Menolak outsourcing sampai adanya produk hukum yang menjamin kesetaraan hak-hak buruh outsource dan buruh kontrak dengan buruh tetap.
2.       Menuntut DPR RI membuat instrumen hukum baru yang memberikan efek jera kepada pelanggar mengenai Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja untuk mengganti UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
3.       Menolak Peraturan Menteri Industri No. 466 Tahun 2014 Tentang Objek Vital Nasional Sektor Industri sampai adanya pengkajian ulang penetapan objek vital nasional sektor industri agar tidak mengekang hak-hak buruh dalam berpendapat

Massa aksi KM ITB kembali berkumpul pada saat makan siang sambil berdiskusi mengenai aksi. Turut serta dalam aksi ini kawan-kawan kahim Said Fariz Hibban (HMME “Atmosphaira” ITB), Galih Norma Ramadhan (HMP “Pangripta Loka” ITB), David Yusuf Prabawa (MTI ITB), Muhamad Fahmi (HMS ITB), Fadly Erwil Prasetya (HMTM “Patra” ITB), serta kawan-kawan senator Dwi Bintang Susetyo (HMTM “Patra” ITB), Muthiah Salsabila (HMTL ITB), dan Ade Hilmy (HMM ITB).

Setelah makan siang, kami kembali march o march menuju kampus diiringi hujan deras yang membawa anarcho menepi di selasar kampus.

Peserta Aksi Bersama Buruh

KM ITB bersatu dalam barisan

Spanduk pengganti, sebab yang asli hilang entah kemana



Pemanasan Internal Kampus

Aksi buruh hanya pembuka dari rangkaian eksalasi yang dilakukan oleh Kemenkoan Sospol. Muara dari segala langkah yang dilakukan adalah aksi kebangkitan nasional yang membawa tuntutan fundamental. Setelah massa KM ITB cukup panas dengan aksi, Sospol melakukan pemanasan konten yang ingin diangkat, yakni mengenai Supremasi Hukum dan Ekonomi Kerakyatan.

Di fase awal, melalui aliansi kajian infrastruktur, kabinet mengadakan kajian mengenai KCIC dan Reklamasi Teluk Jakarta yang merupakan studi kasus gagalnya penegakkan supremasi hukum di Indonesia. Ditemani oleh sekretaris setia saya Nabilah Kushaflyki TL’15, saya menghadiri diskusi di KMKL ITB dengan tuan rumah Aliansi Infrastruktur KM ITB. Diskusi berjalan cukup dinamis. Kebetulan kami kehadiran tamu dari media retorika kampus, yakni Mbak Lina yang saat ini sedang menempuh studi S2 di ITB.

Undangan diskusi terbuka KCIC dan Reklamasi Teluk Jakarta

Setelah diskusi bersama aliansi infrastruktur, diadakan diskusi terbuka tiga hari berturut-turut 9-11 Mei 2017 dengan tema supremasi hukum oleh Alvaryan Maulana PL’10, ekonomi kerakyatan oleh Rihan Handaulah EL’04 dan Yorga Permana MRI’09, dan penyimpangan tatanan bangsa oleh Hanief Adrian PL’03 dan A.H. Rasulino FI’99.

Meskipun di tengah-tengah masa Ujian Akhir Semester, massa kampus cukup antusias menghadiri diskusi terbuka tersebut.


Selain pencerdasan konten melalui diskusi terbuka, dilakukan juga pencerdasan melalui kawan-kawan kahim. Rapim pertama yang saya hadiri dengan agenda pembahasan konten untuk aksi kebangkitan nasional adalah rapat pimpinan spesial edisi Jatinangor. Bersama Rio Pramudita MS’13 dan Fauzan Makarim TM’13, saya berangkat ke Jatinangor, tepatnya menuju sekretariat HIMASDA ITB. Pembahasan inti disana adalah mengenai aksi: mengapa aksi, apa tujuannya, apa yang ingin dibawa, dan lain-lain.

Rapim Jatinangor

Netizen
Puncak pencerdasan konten ke massa kampus dilakukan dengan mengadakan forum massa KM ITB. Sebelum forum tersebut dilaksanakan, kabinet melepaskan draft buku kajian KM ITB ke massa kampus untuk dapat dikritisi dan dibangun dengan lebih baik. Dalam forum itu didiskusikan seluruh bagian konten dari mulai bagian kajian per bab sampai ke poin-poin penyikapan dan narasi besar yang coba disampaikan dalam sikap ini. Meskipun di tengah masa UAS, forum yang dilakukan di basement cc timur itu dihadiri oleh hampir 150 massa KM ITB.

Suasana forum massa

Sebagian peserta forum massa
Bersama dengan pencerdasan konten yang terus berjalan, aksi dan propaganda menggunakan metode-metode khusus untuk membuat aksi 19 Mei menjadi topik bahasan di penjuru kampus. Propaganda juga mempersiapkan penyuasanaan media dan pembuatan perangkat fisik aksi yang sangat meriah, mulai dari 2 bendera biru KM ITB, baliho KM ITB yang kita lukis bersama-sama, panji KM ITB, dan bendera pernyataan sikap.

Pensuasanaan dengan display picture

Bersama melukis baliho KM ITB

Penyuasanaan media


Jaringan Eksternal Kampus

Bersamaan dengan teman-teman konten, aksi, dan propaganda yang melakukan pemanasan di internal kampus, tim jaringan membangun relasi dengan pihak-pihak luar kampus. Pihak luar kampus bisa dibagi menjadi stakeholder dan kampus lain.

Bersamaan dengan momen keluarnya surat terbuka KM ITB Januari 2017 lalu, ada dua kampus lain yang juga mengeluarkan pernyataan sikap dengan poin-poin yang serupa, yakni UI dan UGM. Sebab aksi kebangkitan nasional ini juga berhubungan erat dengan surat terkait, kami menghubungi kedua kampus yang bersangkutan untuk ikut serta membawa tuntutan ini melalui aksi di tanggal 19 Mei ke gedung DPR MPR RI. Namun, dengan diskusi yang cukup panjang, akhirnya hanya UI yang menyatakan untuk ikut serta dalam aksi ini.

Main ke Kantin Takor UI
Beberapa kali diskusi dilakukan bersama teman-teman dari BEM UI terutama terkait dengan konten, teknis lapangan, dan pejenamaan aksi. Sesekali kami yang berkunjung ke Jakarta dan sesekali teman-teman BEM UI yang berkunjung ke Bandung. Koordinasi yang kami lakukan bisa dikatakan cukup lancar pun pembagian peran untuk masing-masing kampus. Teman-teman UI bersedia untuk mengurus perizinan ke polisi dan mobil sound sebagai salah satu logistik ciri khas aksi.

Hal yang juga harus disiapkan adalah bagaimana penerimaan pihak DPR MPR RI terhadap aksi ini. Maka kemudian tim jaringan, yaitu Miqdam dan Chalila dibekali mobil Rio berangkat mengantarkan surat permohonan audiensi ke Gedung DPR MPR RI sekitar seminggu sebelum eksekusi aksi. Selain itu, mereka juga berusaha menghubungi pihak-pihak strategis dan menjalin hubungan dengan baik untuk komunikasi ke depannya.


Audiensi dan Tuntutan

Berbagai persiapan telah selesai dilaksanakan dan kami siap untuk menghadapi audiensi kepada Kongres KM ITB yang dikepalai oleh Andi Setianegara MG’14. Audiensi dilaksanakan siang hari 16 Mei 2017 mulai pukul 10.00 WIB (selepas saya ujian terakhir). Audiensi meliputi sikap dan rencana teknis aksi 19 Mei 2017.

Audiensi ke Kongres KM ITB
Audiensi dapat dikatakan cukup lancar meskipun ke depannya ada hal yang kemudian menjadi masalah yang cukup signifikan di akhir.

Berikut adalah kalimat tuntutan KM ITB yang disepakati melalui mekanisme yang sesuai dengan Konsepsi KM ITB, yakni oleh kongres KM ITB sebagai basis keterwakilan KM ITB [3]:

Di saat eksekutif serampangan dan legislatif entah dimana, MPR RI sebagai implementasi kedaulatan tinggi di tangan rakyat, berdasarkan UUD 1945 Amandemen keempat, tidak memiliki hak untuk mengambil tindakan apapun dalam menyikapi kondisi ini. Akhirnya, permasalahan-permasalahan yang terjadi tidak kunjung menemui titik penyelesaian. Rakyat hanya menjadi penonton, beberapa diantaranya menjadi korban terdampak, dari permainan kekuasaan yang tengah dimainkan oleh para elitis Negara Indonesia.

Melihat kondisi Bangsa saat ini, kami, Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung, menuntut,
1.       Kembalikan perekonomian Indonesia dari ekonomi yang menjunjung kedaulatan pasar kepada Ekonomi yang menjunjung nilai moral, kekeluargaan, dan gotong royong!
2.       Kokohkan Supremasi Hukum demi keadilan rakyat, bukan hanya demi kepentingan konglomerat!
3.       Perkuat tugas, pokok, dan fungsi Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia apabila Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia tidak mampu untuk melaksanakan fungsi check and balance terhadap Pemerintahan Presiden Republik Indonesia!

Apabila diperlukan Amandemen UUD 1945 Ke-5 demi mewujudkan tuntutan diatas, maka kami akan mendukung dengan terus mengawasi proses Amandemen UUD 1945 tersebut. Harapan kami, Bangsa Indonesia dapat mewujudkan cita-citanya untuk menjadi bangsa yang bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Untuk dapat mewujudkan cita-cita tersebut, Bangsa Indonesia harus menjunjung tinggi prinsip-prinsip yang terkandung dalam konstitusi Negara Indonesia. Selain itu, bangsa ini membutuhkan pemimpin-pemimpin yang amanah dan konsisten menjunjung prinsip-prinsip tersebut dalam rangka memakmurkan rakyat. Namun, yang terpenting adalah seluruh Bangsa Indonesia harus bergotong royong dalam rangka mewujudkan cita-cita yang diamanahkan konstitusi.

Setelah melalui audiensi, maka aksi tersebut telah disepakati dan rekrutmen terbuka massa aksi dimulai. Jumlah pendaftar massa aksi tidak secepat ekspektasi, namun masih dalam jumlah yang cukup banyak. Pada akhirnya massa aksi terdata sekitar 150 orang, baik yang berangkat ikut rombongan dengan bus, maupun yang menggunakan kendaraan pribadi atau menyusul langsung di lokasi aksi.

Kongres juga bertanya mengenai persiapan perangkat lapangan aksi. Kali ini Fadly Erwil Prasetya TM’14 sang koorlap INTEGRASI ITB 2016 yang bertugas sebagai Koordinator Lapangan. Pemaparan persiapan lapangan dilakukan, namun saya tidak dapat menjelaskan dengan begitu rinci sebab saya tidak begitu terlibat dalam hal terkait lapangan.


Suara Kontra

Ada satu bagian yang tidak akan lupa saya ceritakan. Bagian yang tidak bisa tidak saya pikirkan. Saya paham bahwa setiap gerakan pasti ada yang menolak. Setiap positif pasti punya negatif, setiap kanan ada kiri. Namun tidak saya sangka penolakan yang akan saya alami sekeras ini oleh teman-teman saya sendiri.

Singkat cerita, sebuah komentar dilayangkan ke grup angkatan jurusan saya mengenai aksi yang akan dilakukan KM ITB. Komentar mempertanyakan yang akhirnya saya respon dengan maksud untuk memperjelas duduk perkara. Namun ternyata, komentar singkat saya berakhir dengan chat-chat panjang kawan-kawan saya yang melakukan penolakan aksi tersebut bahkan diantaranya dengan kalimat yang jauh dari santun.

Awalnya saya mencoba menyarikan poin-poin yang bisa dijadikan evaluasi dan berusaha menjelaskan dari sudut pandang konten. Namun, ke belakang saya mulai merasa bahwa penolakan ini bukan lagi tentang apa yang dibawa, tapi kontra terhadap gerakan tanpa argumentasi dan pembelaan buta terhadap pihak tertentu tanpa melihat poin dan konten yang dibawa apalagi konteksnya. Gelagat ini saya lihat karena orang-orang yang mengomentari tersebut selain tidak mengikuti proses sejak awal, juga menolak untuk benar-benar mencermati konten kajian 40 halaman dalam Buku Kajian KM ITB [2].

Mereka menolak untuk saya ajak berdiskusi tentang konten. Bahkan menutup telinga ketika mengajak Ardhi berdiskusi tentang aksi ini. Padahal diskusi adalah saling membuka pikiran masing-masing pihak sebagai pelaku diskusi, namun yang terjadi adalah menutup telinga, labelling negatif. Padahal, lawan saja ide dengan ide! Saya akan sangat terbuka dengan wacana alternatif yang mereka tawarkan. Wacana alternatif yang terbuka matanya akan sistem dan strategi dalam melalui sistem. Tapi kalau disuruh diam, saya menolak.

Pada akhirnya yang menjadi kalimat penghiburan bagi saya adalah jawaban Ardhi akan cerita saya mengenai penolakan ini.

Na, perjuangan itu ngga akan mungkin semuanya ikut. Haters gonna hate. Galang yang bisa digalang kalo dia sepemahaman atau galang orang yang ngga sepaham tapi basis massanya besar. Kalo ngeladenin personal ngga akan ada pengaruhnya sama gerakan.

Ide dan pemahaman. Mimpi. Pada akhirnya pada hal itu saya berpegang. Maka jika ada diantara kawan-kawan yang mau memengaruhi saya, ajukan ide dan berikan saya pemahaman, iming-imingi saya dengan mimpi yang saya miliki. Tapi jangan sekali-kali minta saya diam atau membuat orang lain diam, tidak melakukan apa-apa setelah saya tahu. Apalagi tanpa punya ide apa-apa.


Forum Bebas: Nasib Surat Kuasa

Sudah lama sekali sejak terakhir kali Forum Bebas (Forbas) di lapangan basket diadakan. Terakhir yang saya ingat sewaktu saya jadi panitia OSKM dan itu sudah dua tahunan yang lalu. Di kesempatan ini, kami mengadakan forbas sebagai seremonial pelepasan massa aksi oleh KM ITB. Di forum ini, semua berhak menanyakan apapun, mengangkat topik apapun, sebanyak apapun.

Adanya forbas dalam rangka aksi 19 Mei ini diharapkan dapat menghidupkan lagi budaya forbas yang begitu hangat dan menggambarkan persatuan KM ITB. Meskipun tidak banyak yang hadir, namun semoga forbas ini dapat mengawali forbas-forbas lainnya. Menjadi salah satu metode Rio Pramudita MS’13 dan kawan-kawan untuk mendinamisasi kampus.

Topik yang cukup panas dibicarakan adalah terkait surat kuasa yang direncanakan menjadi gimmick pada saat aksi. Dicetak seperti baliho dan dipasang di depan gedung DPR MPR RI.

Adanya surat kuasa tersebut rupanya tersebar ke khalayak dan menuai pro kontra dimana-mana. Lalu pada akhirnya setelah perdebatan yang panjang, kongres KM ITB tidak menyetujui adanya surat kuasa ini meskipun sebenarnya keberadaan surat ini sudah sempat disinggung pada saat audiensi kongres. Bahkan kongres meminta Ardhi meminta maaf kepada khalayak atas keluarnya surat kuasa tersebut. Keputusan yang sejujurnya masih saya pertanyakan sampai hari ini. Namun saya terima sebagai bentuk penghargaan saya terhadap sistem dan mekanisme yang terdapat di KM ITB.

Menyanyikan lagu Indonesia Raya pada saat forbas
Forbas ditutup sekitar 23.30 WIB, lalu massa berpindah ke kubus dan memulai briefing.



Aksi, Orasi, dari Kahim hingga Para Srikandi

Poster pelepasan massa aksi
Perjalanan berlangsung tidak begitu cepat, namun tidak juga lambat. Kami siap di lapangan parkir Senayan sekitar pukul 09.00 WIB dalam keadaan siap bergerak. Kami melakukan long march dikawal oleh Polisi dari lapangan parkir senayan ke depan gedung DPR MPR RI. Saya berkesempatan mendampingi Iban memimpin seruan selama long march. Kami menyuarakan yel-yel buatan Iban dan lagu-lagu perjuangan sepanjang perjalanan. Dengan gayanya yang luwes, Iban sangat membantu dalam menghidupkan suasana.

Sesampai kita di depan gedung DPR MPR RI, para kahim membuka mikrofon dan menyuarakan gelegar idealisme dalam kepala mereka sampai seruan sholat Jumat berkumandang.

Seusai sholat Jumat dan makan siang, kami bergabung dengan rombongan UI dan meramaikan mimbar bebas yang sesekali mengajak kita menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Hampir semua orang berkesempatan bersuara, termasuk menko-menko kabinet dan beberapa peserta aksi perempuan yang dipanggil para srikandi.

Bersamaan dengan kami yang membuat keributan menyenangkan di depan gedung DPR MPR RI, tim advokasi telah sejak pagi berkeliling bertemu dengan pihak-pihak yang berwenang dalam rangka mengadvokasikan tuntutan. Miqdam, Izzu, dan Chalila telah dengan lebih dulu sampai di Jakarta dua hari sebelumnya dengan difasilitasi mobil Rifqi Febrian EP’15 sang danlap OSKM 2017. Mereka lalu bertemu dengan Ardhi dan Saeful Mujab, Presiden BEM UI saat ini. Kelima orang tersebut bersama-sama berusaha untuk dapat bertemu dengan Setya Novanto, Ketua DPR RI, namun beliau hanya menjanjikan tanpa adanya follow up.

Sore harinya, akhirnya kami mendapat kabar dari kelima orang terkait bahwa setelah sedikit mengobrol dengan Bapak E.E. Mangindaan selaku Wakil Ketua MPR RI dan memberikan buku kajian KM ITB, kami dijanjikan audiensi di Hari Senin, 22 Mei 2017 11.00 WIB dengan MPR RI terkait tuntutan yang kami bawa. Hasil yang sangat kurang memuaskan untuk kami yang mengekspektasikan audiensi di tempat.

Meski hasil yang diperoleh kurang memuaskan, setidaknya KM ITB berhasil menurunkan massa mencapai lebih dari 150 orang. Jumlah terbanyak setidaknya sejak saya menjadi mahasiswa di kampus ini. Dan aksi yang kami jalankan memperoleh apresiasi dari para polisi yang mengawal aksi kami, karena berjalan tertib, tidak rusuh.

Berikut beberapa dokumentasi keberjalanan aksi [4].

Berkumpul di lapangan parkir Senayan

Iban sang komandan yel

Malik Astar singa HMFT ITB

Massa aksi tiba di depan gedung DPR MPR RI

Barikade luar massa aksi

Bergabung dengan massa aksi UI

Fakhri Guniar menyampaikan orasi

Anisa "JS" Azizah menyampaikan orasi

Saya orasi juga dong :p

Dita Amallya bersama massa aksi perempuan menyampaikan puisi "Ini Kondisi Perlu" karya Luthfi M. Iqbal

Bersama para perempuan perkasa

Wamenkoku tercinta, Hamnah

Bersama Zum dan Kak Ayu

Massa aksi Insan Cendekia

Ketua Wisuda Juli dua generasi

Bendera dikibarkan dari atas mobil sound
Kemenkoan Sospol!

Seluruh Massa Aksi 19 Mei 2017
Sekitar 18.00 WIB kami bertolak kembali ke Bandung. Setelah berhenti sebentar untuk sholat dan makan malam di rest area, kami tiba di kampus ITB sekitar pukul 23.30 WIB.


Audiensi Pasca Aksi

Saya mungkin tidak dapat terlalu banyak bercerita tentang rangkaian kegiatan pasca aksi lantaran melakukan berbagai persiapan menjelang kerja praktek (KP), termasuk mempersiapkan internal kementerian saya untuk menghadapi ketiadaan saya selama beberapa minggu ke depan. Terutama yang harus saya persiapkan adalah Wakil Menteri saya tercinta yang luar biasa pengertian Nadia Gissma PL’15, sekretaris luar biasa yang berhasil notulensi melalui rekaman Nabilah Kushaflyki TL’15 ditemani rekannya Rany Lindiana STF’16, dan Manajer Personalia saya yang jomblo tapi populer Anang Marjono SI’15. Mereka harus bisa bekerja baik dengan PJS yang saya pilih Alief Irham FI’15. Maka saya hanya dapat menceritakan secara umum kegiatan yang dilakukan. Namun jangan khawatir sebab kemenkoan sospol akan menceritakan secara detail pada suatu kesempatan dengan suatu metode.

Petualangan pasca aksi meliputi diantaranya audiensi dengan Wakil Ketua MPR Pak E.E. Mangindaan, mendapatkan kursi untuk dapat bergabung dalam diskusi ahli pakar dalam Round Table Discussion dan audiensi dengan Ketua MPR RI Bapak Zulkifli Hasan.

Di Hari Senin, 22 Mei 2017, rombongan KM ITB dan BEM UI menuju kompleks Gedung MPR/DPR/DPD RI, Gedung Nusantara III lantai 9 dan langsung bertemu dengan Wakil Ketua MPR RI Pak E.E. Mangindaan, Pak Yana selaku kepala biro kajian MPR, Ibu Elis selaku kabag staff Wakil Ketua MPR dan beberapa protokoler. Audiensi dibuka dengan perkenalan dan dIlanjutkan dengan pemaparan tuntutan pada aksi 19 Mei 2017 oleh Ardhi Rasy Wardhana.

Wakil Ketua MPR RI memberikan respon yang baik terhadap pemaparan dan tuntutan yang disampaikan oleh Ardhi. Menyikapi tuntutan mengenai amandemen, beliau menjelaskan bagaiman proses amandemen UUD NRI 1945 yang harus dilakukan secara bertahap. Amandemen dilakukan sebagai upaya untuk membangun check and balance.

Audiensi berjalan dengan lancar dan di akhir keberjalanan audiensi, KM ITB diundang langsung kedalam Round Table Discussion Lembaga Pengkajian MPR RI yang diharapkan dapat searah dengan tuntutan KM ITB dalam aksi pada 19 Mei 2017. Selain itu, Pak E.E. Mangindaan memberikan buku kajian dari Lembaga Pengkajian MPR RI kepada KM ITB yang berjumlah 12 buku dengan topik yang berbeda-beda dan dapat diakses di Sekretariat KM ITB.

Audiensi dengan Pak E.E. Mangindaan

Buku Kajian dari Lembaga Pengkajian MPR RI
Selanjutnya, KM ITB mengikuti Round Table Discussion pada hari Selasa, 23 Mei 2017. Round Table Discussion Lembaga Pengkajian MPR RI ialah suatu forum diskusi dengan para ahli pakar yang bertujuan untuk mengkaji mengenai konstitusi yang kemudian dapat diimplementasikan menjadi rumusan GBHN dan amandemen UUD apabila dirasa perlu.
Round Table Discussion

Perwakilan KM ITB dalam Round Table Discussion
 Lalu baru-baru ini, Senin, 29 Mei 2017 perwakilan KM ITB bertemu dengan Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan. Beliau mengatakan bahwa apa yang dijadikan tuntutan oleh KM ITB merupakan masalah penting dan meminta kepada KM ITB untuk mengadakan diskusi publik di kampus dengan waktu disesuaikan.

Audiensi dengan Pak Zulkifli Hasan



Ucapan Terima Kasih

Terima kasih sebesar-besarnya.

Kepada kakakku tercinta Ega Zulfa Rahcita TI’12 yang lusa akan sidang. Terima kasih selalu mau mendengarkan dan memberikan semangat. Semoga Allah memberikan kakak yang terbaik.

Kepada adik-adik Inkubasi Kajian kesayangan yang membantu dan datang kajian: Terutama Wakil Menteri saya tercinta yang luar biasa pengertian Nadia Gissma, sekretaris luar biasa membanggakan yang berhasil notulensi melalui rekaman Nabilah Kushaflyki ditemani rekannya Rany Lindiana, Manajer Personalia saya yang jomblo tapi populer Anang Marjono, PJS yang saya pilih Alief Irham, Yudha, Azka, Helmi, Haura, Afi, Rany, Andi M. Karaka, Aufa, Destaya, Idham

Kepada kawan-kawan Sospol yang mewarnai persiapan aksi:
Kurnia Sandi Girsang, Hamnah, Izzudin, Miqdam, Ayu Nurhuda, Akmal Ramadham, Jaka Satria, Yogi Arief Putra, Anisa Rahmi Taufiq, Annisa Fathadina, Chairin Chalila, Dian Putri Retnosari, Gifari Biji, Humaira Putri, Lailatus Syifa, Sayid Reihan, Zumrotun Nisa, Rifqi Febrian, Nida An Khofiya

Kepada kawan-kawan Kabinet Suarasa yang turut aksi:
Syarifatul Ulya, Anggi Ruth, Anisa Azizah, Fakhri Guniar, Lubbi Sabili Rusydi, Fadhil D., Cahya Amalinadhi, Dita Amallya, Ihsan Trisarjono, M. Bayu Pratama, Aditya Purnomo Aji, Intan Dinny, Yusrina Sabila, Selvia Novianty, Verdina Bella Haqi

Kepada kawan-kawan Kabinet Nyala yang turut mendukung:
Mahardhika Zein, Ahmad Munjin, Ulwi, Tri Yanti, Adli Anshari, Luthfi M. Iqbal, Audhina Nur Afifah

Kepada kawan-kawan Kahim alian Kuncoro kebanggan:
Ikra Setya Utama (IMMG ITB), Azis Sani (HIMATIKA ITB), Galih Norma Ramadhan (HMP “Pangripta Loka” ITB), Malik Astar (HMFT ITB), Muhamad Fahmi (HMS ITB), Fadly Erwil Prasetya (HMTM “Patra” ITB), Said Fariz Hibban (HMME “Atmosphaira” ITB), Christopher Koesno (KMIL ITB), Ananda Rahmat Fatah (IMA-G ITB), Faris Abdussalam (KMKL ITB), Naufal Afaf (HMF “Ars Praeparandi” ITB)

Kepada kawan-kawan Senator:
Muthiah Salsabila (HMTL ITB), Dwi Bintang Susetyo (HMTM “Patra” ITB), Ade Hilmy (HMM ITB), Ahmad Bayu Satriyawan (HMF “Ars Praeparandi” ITB), Erza Fakhri Murtaza (HMS ITB)

Kepada bos-bis HMS ITB yang selalu mendukung:
Arya Bagus Ristya Putra, Nur Fadiyah, Anindito Adi Wicaksono, Rizqi Ramadhan, Juniantoro Suryanto, Abdul Kadir, Nadia Qamilla, Viviana Kartini Sari, Irma Dwi Amalia, Rizka Indri Meutia, Anggita Mayasari, Desy Qonita Erira, Miranda Rivienna, Sarah Nadia Avianto, seluruh anggota kuya-kuyi ribut yang selalu asik diajak berdiskusi

Kepada sahabat-sahabat saya Gilang Audi Pahlevi, Reynaldi Satrio Nugroho, Alfatehan Septianta, Anditha Nur Nina, dan semua yang selalu mendukung selama persiapan Fauzan Makarim, Rio Pramudita, Eva Maria Gustavini, Dhinny Dwi Putri, Aurum Dina, Alya Nadya, Najmiyatul L. Haq, Maghfira Ramadhani, Ilfi Tanzila, Larasita, Muhammad Fajar, Nadia Dewani, Darina Maulana

Kepada adikku Ketua Wisuda Juli 2017 Ilma Maulhidya Herwandi, semoga semangat perjuanganmu mampu ditularkan kepada tim yang kau miliki.

Kepada presidenku, Ardhi Rasy Wardhana, dengan sejuta ekspektasinya yang selalu dan selalu secara baik maupun tidak membuat saya harus terus dan terus belajar.

Kepada seluruh massa aksi 19 Mei 2017 dan semua orang yang terlibat dalam semua pembahasan dan persiapannya. Terima kasih karena telah membuktikan bahwa kita bisa tidak kalah romantisnya dengan gerakan-gerakan 1970an atau 1990an. Romantis dengan cara kita sendiri.

Dan terakhir,

kepadamu, siapapun dan dimanapun kamu berada, yang tidak pernah berhenti berjuang untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater.


Jakarta, 13 Juni 2017
17.34 WIB
Menteri Inkubasi Kajian
Kemenkoan Sosial Politik Kabinet Suarasa KM ITB,
Andriana Kumalasari

Catatan Kaki:
[1] Surat Terbuka KM ITB: Pemerintah Serampangan Kelola Negara, 10 Januari 2017, dapat diakses di bit.ly/suratterbukakmitb
[2] Buku Kajian KM ITB “Konten Aksi Kebangkitan Nasional 2017”, dapat diakses di bit.ly/KajianKMITB-Harkitnas17
[3] Sikap KM ITB dalam Aksi Kebangkitan Nasional, 19 Mei 2017, dapat diakses di bit.ly/SikapKMITB-Harkitnas17
[4] Dokumentasi oleh Kemenkoan Sospol dapat diakses di bit.ly/DokumAksi;
Dokumentasi oleh Aditya Purnomo Aji dapat diakses di bit.ly/tautanserampangan;
Dokumentasi oleh Syafira Pramesti dan Pak Dokter dapat diakses di bit.ly/aksi19mei2017 

You Might Also Like

0 comments