Tak Kalah Romantis: Jurnal Aksi Mei 2017
June 13, 2017
Sebuah Catatan Seorang Anggota Parlemen
Jalanan
Kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.
-W.S. Rendra
Intelektual
adalah suatu kaum yang dapat melihat gambaran besar dari suatu permasalahan. Ia
berorientasi pada ide dan gagasan, serta senang sekali menguji gagasannya
dengan berdiskusi, semata-mata untuk memperoleh gagasan yang lebih baik dari
sebelumnya. Seorang intelektual akan merasa sangat tertarik membahas suatu
permasalahan tidak hanya dari segi keilmuan melainkan juga dari
pengetahuan-pengetahuan yang menurunkan ilmu tersebut.
Kaum
intelektual di kalangan pemuda dikenal "Insan Akademis" yang menjadi
tujuan perguruan tinggi menurut Bapak Pendidikan Indonesia, Moh. Hatta. Secara
spesifik, peran ini sesungguhnya merupakan peran mahasiswa yang belajar di
perguruan tinggi. Bahwa mahasiswa mengenyam pendidikan tinggi bukan hanya untuk
menjadi seorang lulusan siap kerja, melainkan menjadi seorang intelektual, ia
yang selalu mencari dan mencari permasalahan yang ada di sekitarnya dan
senantiasa menguji gagasan tersebut.
Sosial
Politik adalah salah satu sektor dimana seorang cikal bakal intelektual
berkecimpung. Diskusi dan kajian sosial politik membuat individu dapat melihat
gambaran besar suatu permasalahan dengan sudut pandang bahwa suatu ilmu adalah
bagian dari ilmu lain yang lebih besar. Misalnya, keilmuan teknik sipil tentu
tidak bisa lepas dari ilmu ekonomi yang menjadi sumberdayanya, ilmu hukum yang
menjadi penyokongnya, ilmu politik yang menjadi penentunya, serta ilmu sosial
yang mendasari terbentuknya ilmu tersebut. Hal-hal teknis sesungguhnya hanya
suatu bagian kecil dari sesuatu yang lebih besar.
Satu orang
yang bergerak jauh lebih baik daripada sepuluh orang yang berpikir. Maka
diskusi, pembahasan, dan wacana alternatif tanpa adanya eskalasi tidak berarti
apa-apa. Ia hanya akan menguap ke udara lalu hilang tanpa bekas dan berakhir
tidak bermanfaat dengan yang lain. Eskalasi adalah proses pengangkatan suatu
isu agar wacana alternatif yang terbentuk tersampaikan dengan baik kepada pihak
yang berwenang. Proses eskalasi adalah juga bagian dari gerakan, malah bisa
dikatakan eskalasi adalah pokok dari gerakan itu sendiri. Eskalasi dilakukan
dengan strategi tertentu sesuai dengan wacana alternatif yang disampaikan.
Mei Momentum Mei
Mei adalah
bulannya gerakan. Dibuka dengan peringatan hari buruh tanggal 1 Mei, hari
pendidikan nasional tanggal 2 Mei, dan hari kebangkitan nasional tanggal 20
Mei. Hal ini membuat Bulan Mei dapat juga dikatakan penuh momentum. Dengan banyaknya
isu yang mencuat, dimana beberapanya telah diangkat dalam Surat Terbuka KM ITB
mengenai keserampangan pemerintah, tentunya KM ITB tidak bisa hanya berdiam
diri menyambut momentum emas yang ditawarkan oleh Bulan Mei. Ditambah lagi KM
ITB memiliki tanggung jawab menindaklanjuti ultimatum 90 hari yang tertera
dalam surat terbuka KM ITB.
Kemenkoan
Sosial Politik Kabinet Suarasa KM ITB bersama Presiden KM ITB 2017, Ardhi Rasy
Wardhana melakukan diskusi untuk mempersiapkan KM ITB menyambut momentum ini. Kami
memutuskan untuk melakukan aksi besar ke Jakarta di sekitar tanggal 19-21 Mei
2017, dekat dengan tanggal peringatan kebangkitan nasional (yang pada akhirnya
disepakati 19 Mei). Dengan dukungan tenaga sekadarnya sebab kami telah sampai
pada akhir semester dan dekat dengan ujian akhir, kami melakukan persiapan
gerakan massa.
Berbagai
persiapan aksi massa dilakukan, mulai dari mengolah konten, membangun jaringan
ke DPR MPR RI, konsolidasi dengan basis massa kampus lain, sampai propaganda
dan persiapan internal massa KM ITB.
Kemenkoan
Sospol mulai membagi peran masing-masing kepala dalam persiapan aksi ini. Saya,
Andriana Kumalasari SI’14, beserta Izzudin Prawiranegara TG’13 dan Akmal
Ramadhan MRI’13 mempersiapkan konten kajian dan bahan-bahan diskusi. Jaringan
eksternal, baik stakeholder maupun
basis massa kampus lain dikondisikan oleh Miqdam Furqany TA’13 yang selalu
didampingi si paling setia Chairin Chalila EL’15 dan dibersamai oleh sang
Presiden Ardhi Rasy Wardhana TA’13. Strategi dan eksekusi propaganda, serta
perangkat-perangkat aksi disiapkan oleh Ayu Nurhuda DI’13 bersama tim. Massa
aksi KM ITB dipanaskan dengan berbagai metode oleh anak-anak Jaka Satria GL’13,
yakni Gifari alias Biji FKK’15 didukung tenaga Ksatria Ganesha. Dan Menko
Wamenko kami, duo MTI Kurnia Sandi Girsang TI’13 dan Hamnah MRI’14, mengelola
kami semua sebagai sumberdaya.
Perjuangan
kami dimulai sejak persiapan aksi bersama buruh di tanggal 1 Mei 2017 dan
berlanjut hingga hari ini.
Pembuka: Bersama Buruh Turun ke Jalan
May Day yang jatuh pada tanggal 1 Mei
selalu menjadi momentum bagi para buruh untuk melakukan aksi turun ke jalan
bersama-sama menyampaikan aspirasi mereka. Sudah setidaknya empat tahun
terakhir KM ITB tidak pernah ikut menurunkan massa untuk aksi momentum ini.
Tahun ini,
KM ITB menurunkan massa ke Gedung Sate untuk aksi bersama buruh dengan membawa
tuntutan yang berbeda. Persiapan aksi ini bisa dikatakan cukup singkat, yakni
kurang dari seminggu. Bahkan perangkat lapangan disiapkan dalam waktu kurang
dari tiga hari.
Rencana aksi
ini dikabarkan kepada kongres KM ITB dan pimpinan-pimpinan lembaga di awal
minggu terakhir Bulan April. Aksi ini bertujuan selain untuk bersama-sama
menyampaikan aspirasi terkait buruh, juga untuk memberikan pembelajaran kepada
massa KM ITB terkait aksi. Selang satu dua hari setelah kabar rencana aksi
disampaikan, keluar draft kajian KM ITB ke massa kampus untuk direspon dan
disuarakan kepada perwakilan lembaga masing-masing.
Dua hari
sebelum tanggal 1 Mei 2017 dilakukan audiensi ke kongres KM ITB mengenai kajian
dan sikap KM ITB yang akan dirilis ke khalayak. Audiensi berjalan cukup lancar
dan dapat disepakati dengan catatan sebelum jam 12 malam hari itu. Setelah
audiensi, kongres meminta kabinet untuk mempersiapkan teknis lapangan aksi
beserta seluruh perangkat lapangannya. Kami menyanggupi permintaan kongres.
Malam
dinihari setelah audiensi kongres, kami menentukan perangkat aksi dan seluruh
logistik yang dibutuhkan. Said Fariz Hibban ME’14, Iban AsØ
singa ATMOSPHAIRA adalah koordinator lapangan kami untuk aksi hari buruh.
Secara instan, Iban menunjuk Komeng SI’14 sebagai komandan lapangan. Tim konten
mengolah revisi yang menjadi catatan ke kongres KM ITB, sementara Hamnah selaku
pemimpin tim personalia mempersiapkan rekrutmen terbuka massa aksi. Hari itu,
sehari sebelum aksi 1 Mei, kami menumpang di sekretariat HMS dan belum
meninggalkan kampus hingga menjelang shubuh.
Sehari
sebelum aksi, persiapan logistik, lapangan, dan massa aksi menjadi fokus untuk
hari itu. Massa aksi dikumpulkan dalam briefing
singkat di malam hari. Logistik dan lapangan sudah dapat dikondisikan di
malam itu sehingga kami tidak perlu pulang begitu larut. Pekerjaan yang sedikit
menunda kepulangan hanya pembuatan rilis media 1 halaman yang menyita waktu
kurang dari setengah jam.
Hari yang
ditunggu tiba. Seluruh massa aksi berkumpul di kubus pukul 7 pagi dan
bersama-sama march o march hingga
Gasibu. Ketika kami tiba di Gasibu, rombongan buruh dari berbagai penjuru
berdatangan dan melambaikan tangan pada barisan mahasiswa sambil meneriakkan,
“Hidup Buruh!”. Lalu kami para mahasiswa menyambut seruan tersebut. Sambil
menunggu barisan siap bergerak, kami mengobrol banyak mengenai bagaimana buruh
dari masa ke masa dan apa tuntutan yang dibawa oleh teman-teman buruh dari
Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). Sayangnya, saat barisan mulai menyatu
dan bergerak, saya harus mengalah hari itu menemani Lubbi Sabili Rusydi TM’14
mengurus logistik aksi, termasuk makan siang untuk massa aksi sehingga saya
cukup kehilangan momen.
Dalam aksi
ini, KM ITB ITB menyatakan
[3]:
1.
Menolak
outsourcing sampai adanya produk
hukum yang menjamin kesetaraan hak-hak buruh outsource dan buruh kontrak dengan buruh tetap.
2.
Menuntut
DPR RI membuat instrumen hukum baru yang memberikan efek jera kepada pelanggar
mengenai Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja untuk mengganti UU No. 1
Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
3.
Menolak
Peraturan Menteri Industri No. 466 Tahun 2014 Tentang Objek Vital Nasional
Sektor Industri sampai adanya pengkajian ulang penetapan objek vital nasional
sektor industri agar tidak mengekang hak-hak buruh dalam berpendapat
Massa aksi KM ITB kembali berkumpul pada
saat makan siang sambil berdiskusi mengenai aksi. Turut serta dalam aksi ini
kawan-kawan kahim Said Fariz Hibban (HMME “Atmosphaira” ITB), Galih Norma Ramadhan (HMP “Pangripta
Loka” ITB), David Yusuf Prabawa (MTI ITB), Muhamad Fahmi (HMS ITB), Fadly Erwil
Prasetya (HMTM “Patra” ITB), serta kawan-kawan senator Dwi Bintang Susetyo
(HMTM “Patra” ITB), Muthiah Salsabila (HMTL ITB), dan Ade Hilmy (HMM ITB).
Setelah
makan siang, kami kembali march o march menuju
kampus diiringi hujan deras yang membawa anarcho
menepi di selasar kampus.
Peserta Aksi Bersama Buruh |
KM ITB bersatu dalam barisan |
Spanduk pengganti, sebab yang asli hilang entah kemana |
Pemanasan Internal Kampus
Aksi buruh
hanya pembuka dari rangkaian eksalasi yang dilakukan oleh Kemenkoan Sospol. Muara
dari segala langkah yang dilakukan adalah aksi kebangkitan nasional yang
membawa tuntutan fundamental. Setelah massa KM ITB cukup panas dengan aksi,
Sospol melakukan pemanasan konten yang ingin diangkat, yakni mengenai Supremasi
Hukum dan Ekonomi Kerakyatan.
Di fase
awal, melalui aliansi kajian infrastruktur, kabinet mengadakan kajian mengenai
KCIC dan Reklamasi Teluk Jakarta yang merupakan studi kasus gagalnya penegakkan
supremasi hukum di Indonesia. Ditemani oleh sekretaris setia saya Nabilah
Kushaflyki TL’15, saya menghadiri diskusi di KMKL ITB dengan tuan rumah Aliansi
Infrastruktur KM ITB. Diskusi berjalan cukup dinamis. Kebetulan kami kehadiran
tamu dari media retorika kampus, yakni Mbak Lina yang saat ini sedang menempuh
studi S2 di ITB.
Undangan diskusi terbuka KCIC dan Reklamasi Teluk Jakarta |
Setelah
diskusi bersama aliansi infrastruktur, diadakan diskusi terbuka tiga hari
berturut-turut 9-11 Mei 2017 dengan tema supremasi hukum oleh Alvaryan Maulana
PL’10, ekonomi kerakyatan oleh Rihan Handaulah EL’04 dan Yorga Permana MRI’09,
dan penyimpangan tatanan bangsa oleh Hanief Adrian PL’03 dan A.H. Rasulino
FI’99.
Meskipun di
tengah-tengah masa Ujian Akhir Semester, massa kampus cukup antusias menghadiri
diskusi terbuka tersebut.
Selain
pencerdasan konten melalui diskusi terbuka, dilakukan juga pencerdasan melalui
kawan-kawan kahim. Rapim pertama yang saya hadiri dengan agenda pembahasan
konten untuk aksi kebangkitan nasional adalah rapat pimpinan spesial edisi
Jatinangor. Bersama Rio Pramudita MS’13 dan Fauzan Makarim TM’13, saya
berangkat ke Jatinangor, tepatnya menuju sekretariat HIMASDA ITB. Pembahasan
inti disana adalah mengenai aksi: mengapa aksi, apa tujuannya, apa yang ingin
dibawa, dan lain-lain.
Rapim Jatinangor |
Netizen |
Puncak
pencerdasan konten ke massa kampus dilakukan dengan mengadakan forum massa KM
ITB. Sebelum forum tersebut dilaksanakan, kabinet melepaskan draft buku kajian KM ITB ke massa kampus
untuk dapat dikritisi dan dibangun dengan lebih baik. Dalam forum itu
didiskusikan seluruh bagian konten dari mulai bagian kajian per bab sampai ke
poin-poin penyikapan dan narasi besar yang coba disampaikan dalam sikap ini.
Meskipun di tengah masa UAS, forum yang dilakukan di basement cc timur itu dihadiri oleh hampir 150 massa KM ITB.
Suasana forum massa |
Sebagian peserta forum massa |
Bersama
dengan pencerdasan konten yang terus berjalan, aksi dan propaganda menggunakan
metode-metode khusus untuk membuat aksi 19 Mei menjadi topik bahasan di penjuru
kampus. Propaganda juga mempersiapkan penyuasanaan media dan pembuatan
perangkat fisik aksi yang sangat meriah, mulai dari 2 bendera biru KM ITB,
baliho KM ITB yang kita lukis bersama-sama, panji KM ITB, dan bendera
pernyataan sikap.
Pensuasanaan dengan display picture |
Bersama melukis baliho KM ITB |
Penyuasanaan media |
Jaringan Eksternal Kampus
Bersamaan
dengan teman-teman konten, aksi, dan propaganda yang melakukan pemanasan di
internal kampus, tim jaringan membangun relasi dengan pihak-pihak luar kampus.
Pihak luar kampus bisa dibagi menjadi stakeholder
dan kampus lain.
Bersamaan
dengan momen keluarnya surat terbuka KM ITB Januari 2017 lalu, ada dua kampus
lain yang juga mengeluarkan pernyataan sikap dengan poin-poin yang serupa,
yakni UI dan UGM. Sebab aksi kebangkitan nasional ini juga berhubungan erat
dengan surat terkait, kami menghubungi kedua kampus yang bersangkutan untuk
ikut serta membawa tuntutan ini melalui aksi di tanggal 19 Mei ke gedung DPR
MPR RI. Namun, dengan diskusi yang cukup panjang, akhirnya hanya UI yang
menyatakan untuk ikut serta dalam aksi ini.
Main ke Kantin Takor UI |
Beberapa
kali diskusi dilakukan bersama teman-teman dari BEM UI terutama terkait dengan
konten, teknis lapangan, dan pejenamaan aksi. Sesekali kami yang berkunjung ke
Jakarta dan sesekali teman-teman BEM UI yang berkunjung ke Bandung. Koordinasi
yang kami lakukan bisa dikatakan cukup lancar pun pembagian peran untuk
masing-masing kampus. Teman-teman UI bersedia untuk mengurus perizinan ke
polisi dan mobil sound sebagai salah
satu logistik ciri khas aksi.
Hal yang
juga harus disiapkan adalah bagaimana penerimaan pihak DPR MPR RI terhadap aksi
ini. Maka kemudian tim jaringan, yaitu Miqdam dan Chalila dibekali mobil Rio
berangkat mengantarkan surat permohonan audiensi ke Gedung DPR MPR RI sekitar
seminggu sebelum eksekusi aksi. Selain itu, mereka juga berusaha menghubungi
pihak-pihak strategis dan menjalin hubungan dengan baik untuk komunikasi ke
depannya.
Audiensi dan Tuntutan
Berbagai
persiapan telah selesai dilaksanakan dan kami siap untuk menghadapi audiensi
kepada Kongres KM ITB yang dikepalai oleh Andi Setianegara MG’14. Audiensi
dilaksanakan siang hari 16 Mei 2017 mulai pukul 10.00 WIB (selepas saya ujian
terakhir). Audiensi meliputi sikap dan rencana teknis aksi 19 Mei 2017.
Audiensi ke Kongres KM ITB |
Audiensi
dapat dikatakan cukup lancar meskipun ke depannya ada hal yang kemudian menjadi
masalah yang cukup signifikan di akhir.
Berikut
adalah kalimat tuntutan KM ITB yang disepakati melalui mekanisme yang sesuai
dengan Konsepsi KM ITB, yakni oleh kongres KM ITB sebagai basis keterwakilan KM
ITB [3]:
Di saat eksekutif serampangan dan legislatif
entah dimana, MPR RI sebagai implementasi kedaulatan tinggi di tangan rakyat,
berdasarkan UUD 1945 Amandemen keempat, tidak memiliki hak untuk mengambil
tindakan apapun dalam menyikapi kondisi ini. Akhirnya,
permasalahan-permasalahan yang terjadi tidak kunjung menemui titik
penyelesaian. Rakyat hanya menjadi penonton, beberapa diantaranya menjadi
korban terdampak, dari permainan kekuasaan yang tengah dimainkan oleh para
elitis Negara Indonesia.
Melihat
kondisi Bangsa saat ini, kami, Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung,
menuntut,
1.
Kembalikan perekonomian Indonesia dari
ekonomi yang menjunjung kedaulatan pasar kepada Ekonomi yang menjunjung nilai
moral, kekeluargaan, dan gotong royong!
2.
Kokohkan Supremasi Hukum demi keadilan
rakyat, bukan hanya demi kepentingan konglomerat!
3. Perkuat
tugas, pokok, dan fungsi Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
apabila Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia tidak mampu untuk melaksanakan
fungsi check and balance terhadap Pemerintahan Presiden Republik Indonesia!
Apabila diperlukan Amandemen UUD 1945 Ke-5
demi mewujudkan tuntutan diatas, maka kami akan mendukung dengan terus mengawasi proses Amandemen UUD
1945 tersebut. Harapan kami, Bangsa Indonesia dapat mewujudkan cita-citanya untuk menjadi bangsa yang bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Untuk dapat
mewujudkan cita-cita tersebut, Bangsa Indonesia harus menjunjung tinggi prinsip-prinsip yang terkandung dalam
konstitusi Negara Indonesia. Selain itu, bangsa ini membutuhkan pemimpin-pemimpin yang amanah dan konsisten
menjunjung prinsip-prinsip tersebut dalam rangka memakmurkan rakyat. Namun,
yang terpenting adalah seluruh Bangsa
Indonesia harus bergotong royong dalam rangka mewujudkan cita-cita yang
diamanahkan konstitusi.
Setelah
melalui audiensi, maka aksi tersebut telah disepakati dan rekrutmen terbuka
massa aksi dimulai. Jumlah pendaftar massa aksi tidak secepat ekspektasi, namun
masih dalam jumlah yang cukup banyak. Pada akhirnya massa aksi terdata sekitar
150 orang, baik yang berangkat ikut rombongan dengan bus, maupun yang
menggunakan kendaraan pribadi atau menyusul langsung di lokasi aksi.
Kongres juga
bertanya mengenai persiapan perangkat lapangan aksi. Kali ini Fadly Erwil
Prasetya TM’14 sang koorlap INTEGRASI ITB 2016 yang bertugas sebagai Koordinator
Lapangan. Pemaparan persiapan lapangan dilakukan, namun saya tidak dapat
menjelaskan dengan begitu rinci sebab saya tidak begitu terlibat dalam hal
terkait lapangan.
Suara Kontra
Ada satu
bagian yang tidak akan lupa saya ceritakan. Bagian yang tidak bisa tidak saya
pikirkan. Saya paham bahwa setiap gerakan pasti ada yang menolak. Setiap
positif pasti punya negatif, setiap kanan ada kiri. Namun tidak saya sangka
penolakan yang akan saya alami sekeras ini oleh teman-teman saya sendiri.
Singkat
cerita, sebuah komentar dilayangkan ke grup angkatan jurusan saya mengenai aksi
yang akan dilakukan KM ITB. Komentar mempertanyakan yang akhirnya saya respon
dengan maksud untuk memperjelas duduk perkara. Namun ternyata, komentar singkat
saya berakhir dengan chat-chat panjang kawan-kawan saya yang melakukan
penolakan aksi tersebut bahkan diantaranya dengan kalimat yang jauh dari
santun.
Awalnya saya
mencoba menyarikan poin-poin yang bisa dijadikan evaluasi dan berusaha
menjelaskan dari sudut pandang konten. Namun, ke belakang saya mulai merasa
bahwa penolakan ini bukan lagi tentang apa yang dibawa, tapi kontra terhadap
gerakan tanpa argumentasi dan pembelaan buta terhadap pihak tertentu tanpa
melihat poin dan konten yang dibawa apalagi konteksnya. Gelagat ini saya lihat
karena orang-orang yang mengomentari tersebut selain tidak mengikuti proses
sejak awal, juga menolak untuk benar-benar mencermati konten kajian 40 halaman
dalam Buku Kajian KM ITB [2].
Mereka
menolak untuk saya ajak berdiskusi tentang konten. Bahkan menutup telinga
ketika mengajak Ardhi berdiskusi tentang aksi ini. Padahal diskusi adalah
saling membuka pikiran masing-masing pihak sebagai pelaku diskusi, namun yang
terjadi adalah menutup telinga, labelling
negatif. Padahal, lawan saja ide dengan ide! Saya akan sangat terbuka dengan
wacana alternatif yang mereka tawarkan. Wacana alternatif yang terbuka matanya
akan sistem dan strategi dalam melalui sistem. Tapi kalau disuruh diam, saya
menolak.
Pada
akhirnya yang menjadi kalimat penghiburan bagi saya adalah jawaban Ardhi akan
cerita saya mengenai penolakan ini.
Na, perjuangan itu ngga akan mungkin semuanya ikut. Haters gonna hate. Galang yang bisa digalang kalo dia sepemahaman atau galang orang yang ngga sepaham tapi basis massanya besar. Kalo ngeladenin personal ngga akan ada pengaruhnya sama gerakan.
Ide dan
pemahaman. Mimpi. Pada akhirnya pada hal itu saya berpegang. Maka jika ada
diantara kawan-kawan yang mau memengaruhi saya, ajukan ide dan berikan saya
pemahaman, iming-imingi saya dengan mimpi yang saya miliki. Tapi jangan
sekali-kali minta saya diam atau membuat orang lain diam, tidak melakukan apa-apa
setelah saya tahu. Apalagi tanpa punya ide apa-apa.
Forum Bebas: Nasib Surat Kuasa
Sudah lama
sekali sejak terakhir kali Forum Bebas (Forbas) di lapangan basket diadakan.
Terakhir yang saya ingat sewaktu saya jadi panitia OSKM dan itu sudah dua
tahunan yang lalu. Di kesempatan ini, kami mengadakan forbas sebagai seremonial
pelepasan massa aksi oleh KM ITB. Di forum ini, semua berhak menanyakan apapun,
mengangkat topik apapun, sebanyak apapun.
Adanya
forbas dalam rangka aksi 19 Mei ini diharapkan dapat menghidupkan lagi budaya
forbas yang begitu hangat dan menggambarkan persatuan KM ITB. Meskipun tidak
banyak yang hadir, namun semoga forbas ini dapat mengawali forbas-forbas
lainnya. Menjadi salah satu metode Rio Pramudita MS’13 dan kawan-kawan untuk
mendinamisasi kampus.
Topik yang
cukup panas dibicarakan adalah terkait surat kuasa yang direncanakan menjadi gimmick pada saat aksi. Dicetak seperti
baliho dan dipasang di depan gedung DPR MPR RI.
Adanya surat
kuasa tersebut rupanya tersebar ke khalayak dan menuai pro kontra dimana-mana.
Lalu pada akhirnya setelah perdebatan yang panjang, kongres KM ITB tidak
menyetujui adanya surat kuasa ini meskipun sebenarnya keberadaan surat ini sudah sempat disinggung pada saat audiensi kongres. Bahkan kongres meminta Ardhi
meminta maaf kepada khalayak atas keluarnya surat kuasa tersebut. Keputusan
yang sejujurnya masih saya pertanyakan sampai hari ini. Namun saya terima
sebagai bentuk penghargaan saya terhadap sistem dan mekanisme yang terdapat di
KM ITB.
Menyanyikan lagu Indonesia Raya pada saat forbas |
Forbas
ditutup sekitar 23.30 WIB, lalu massa berpindah ke kubus dan memulai briefing.
Aksi, Orasi, dari Kahim hingga Para Srikandi
Poster pelepasan massa aksi |
Perjalanan
berlangsung tidak begitu cepat, namun tidak juga lambat. Kami siap di lapangan
parkir Senayan sekitar pukul 09.00 WIB dalam keadaan siap bergerak. Kami
melakukan long march dikawal oleh
Polisi dari lapangan parkir senayan ke depan gedung DPR MPR RI. Saya
berkesempatan mendampingi Iban memimpin seruan selama long march. Kami menyuarakan yel-yel buatan Iban dan lagu-lagu
perjuangan sepanjang perjalanan. Dengan gayanya yang luwes, Iban sangat membantu dalam menghidupkan suasana.
Sesampai
kita di depan gedung DPR MPR RI, para kahim membuka mikrofon dan menyuarakan
gelegar idealisme dalam kepala mereka sampai seruan sholat Jumat berkumandang.
Seusai sholat
Jumat dan makan siang, kami bergabung dengan rombongan UI dan meramaikan mimbar
bebas yang sesekali mengajak kita menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Hampir
semua orang berkesempatan bersuara, termasuk menko-menko kabinet dan beberapa
peserta aksi perempuan yang dipanggil para srikandi.
Bersamaan
dengan kami yang membuat keributan menyenangkan di depan gedung DPR MPR RI, tim
advokasi telah sejak pagi berkeliling bertemu dengan pihak-pihak yang berwenang
dalam rangka mengadvokasikan tuntutan. Miqdam, Izzu, dan Chalila telah dengan
lebih dulu sampai di Jakarta dua hari sebelumnya dengan difasilitasi mobil
Rifqi Febrian EP’15 sang danlap OSKM 2017. Mereka lalu bertemu dengan Ardhi dan
Saeful Mujab, Presiden BEM UI saat ini. Kelima orang tersebut bersama-sama berusaha
untuk dapat bertemu dengan Setya Novanto, Ketua DPR RI, namun beliau hanya
menjanjikan tanpa adanya follow up.
Sore
harinya, akhirnya kami mendapat kabar dari kelima orang terkait bahwa setelah
sedikit mengobrol dengan Bapak E.E. Mangindaan selaku Wakil Ketua MPR RI dan
memberikan buku kajian KM ITB, kami dijanjikan audiensi di Hari Senin, 22 Mei
2017 11.00 WIB dengan MPR RI terkait tuntutan yang kami bawa. Hasil yang sangat
kurang memuaskan untuk kami yang mengekspektasikan audiensi di tempat.
Meski hasil
yang diperoleh kurang memuaskan, setidaknya KM ITB berhasil menurunkan massa
mencapai lebih dari 150 orang. Jumlah terbanyak setidaknya sejak saya menjadi
mahasiswa di kampus ini. Dan aksi yang kami jalankan memperoleh apresiasi dari
para polisi yang mengawal aksi kami, karena berjalan tertib, tidak rusuh.
Berikut
beberapa dokumentasi keberjalanan aksi [4].
Berkumpul di lapangan parkir Senayan |
Iban sang komandan yel |
Malik Astar singa HMFT ITB |
Massa aksi tiba di depan gedung DPR MPR RI |
Barikade luar massa aksi |
Bergabung dengan massa aksi UI |
Fakhri Guniar menyampaikan orasi |
Anisa "JS" Azizah menyampaikan orasi |
Saya orasi juga dong :p |
Dita Amallya bersama massa aksi perempuan menyampaikan puisi "Ini Kondisi Perlu" karya Luthfi M. Iqbal |
Bersama para perempuan perkasa |
Wamenkoku tercinta, Hamnah |
Bersama Zum dan Kak Ayu |
Massa aksi Insan Cendekia |
Ketua Wisuda Juli dua generasi |
Bendera dikibarkan dari atas mobil sound |
Kemenkoan Sospol! |
Seluruh Massa Aksi 19 Mei 2017 |
Sekitar
18.00 WIB kami bertolak kembali ke Bandung. Setelah berhenti sebentar untuk
sholat dan makan malam di rest area, kami
tiba di kampus ITB sekitar pukul 23.30 WIB.
Audiensi Pasca Aksi
Saya mungkin
tidak dapat terlalu banyak bercerita tentang rangkaian kegiatan pasca aksi lantaran melakukan berbagai
persiapan menjelang kerja praktek (KP), termasuk mempersiapkan internal
kementerian saya untuk menghadapi ketiadaan saya selama beberapa minggu ke
depan. Terutama yang harus saya persiapkan adalah Wakil Menteri saya tercinta
yang luar biasa pengertian Nadia Gissma PL’15, sekretaris luar biasa yang
berhasil notulensi melalui rekaman Nabilah Kushaflyki TL’15 ditemani rekannya
Rany Lindiana STF’16, dan Manajer Personalia saya yang jomblo tapi populer
Anang Marjono SI’15. Mereka harus bisa bekerja baik dengan PJS yang saya pilih
Alief Irham FI’15. Maka saya hanya dapat menceritakan secara umum kegiatan yang
dilakukan. Namun jangan khawatir sebab kemenkoan sospol akan menceritakan
secara detail pada suatu kesempatan dengan suatu metode.
Petualangan pasca aksi meliputi diantaranya audiensi
dengan Wakil Ketua MPR Pak E.E. Mangindaan, mendapatkan kursi untuk dapat
bergabung dalam diskusi ahli pakar dalam Round Table Discussion dan audiensi
dengan Ketua MPR RI Bapak Zulkifli Hasan.
Di Hari
Senin, 22 Mei 2017, rombongan KM ITB dan BEM UI menuju kompleks Gedung
MPR/DPR/DPD RI, Gedung Nusantara III lantai 9 dan langsung bertemu dengan Wakil
Ketua MPR RI Pak E.E. Mangindaan, Pak Yana selaku kepala biro kajian MPR, Ibu
Elis selaku kabag staff Wakil Ketua MPR dan beberapa protokoler. Audiensi
dibuka dengan perkenalan dan dIlanjutkan dengan pemaparan tuntutan pada aksi 19
Mei 2017 oleh Ardhi Rasy Wardhana.
Wakil Ketua
MPR RI memberikan respon yang baik terhadap pemaparan dan tuntutan yang
disampaikan oleh Ardhi. Menyikapi tuntutan mengenai amandemen, beliau
menjelaskan bagaiman proses amandemen UUD NRI 1945 yang harus dilakukan secara
bertahap. Amandemen dilakukan sebagai upaya untuk membangun check and balance.
Audiensi
berjalan dengan lancar dan di akhir keberjalanan audiensi, KM ITB diundang
langsung kedalam Round Table Discussion
Lembaga Pengkajian MPR RI yang diharapkan dapat searah dengan tuntutan KM ITB
dalam aksi pada 19 Mei 2017. Selain itu, Pak E.E. Mangindaan memberikan buku
kajian dari Lembaga Pengkajian MPR RI kepada KM ITB yang berjumlah 12 buku
dengan topik yang berbeda-beda dan dapat diakses di Sekretariat KM ITB.
Audiensi dengan Pak E.E. Mangindaan |
Buku Kajian dari Lembaga Pengkajian MPR RI |
Selanjutnya,
KM ITB mengikuti Round Table Discussion pada
hari Selasa, 23 Mei 2017. Round Table
Discussion Lembaga Pengkajian MPR RI ialah suatu forum diskusi dengan para
ahli pakar yang bertujuan untuk mengkaji mengenai konstitusi yang kemudian
dapat diimplementasikan menjadi rumusan GBHN dan amandemen UUD apabila dirasa
perlu.
Round Table Discussion |
Perwakilan KM ITB dalam Round Table Discussion |
Audiensi dengan Pak Zulkifli Hasan |
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih
sebesar-besarnya.
Kepada
kakakku tercinta Ega Zulfa Rahcita TI’12 yang lusa akan sidang. Terima kasih
selalu mau mendengarkan dan memberikan semangat. Semoga Allah memberikan kakak
yang terbaik.
Kepada adik-adik Inkubasi Kajian kesayangan yang membantu dan datang kajian: Terutama Wakil Menteri saya tercinta yang luar biasa pengertian Nadia Gissma, sekretaris luar biasa membanggakan yang berhasil notulensi melalui rekaman Nabilah Kushaflyki ditemani rekannya Rany Lindiana, Manajer Personalia saya yang jomblo tapi populer Anang Marjono, PJS yang saya pilih Alief Irham, Yudha, Azka, Helmi, Haura, Afi, Rany, Andi M. Karaka, Aufa, Destaya, Idham
Kepada
kawan-kawan Sospol yang mewarnai persiapan aksi:
Kurnia Sandi
Girsang, Hamnah, Izzudin, Miqdam, Ayu Nurhuda, Akmal Ramadham, Jaka Satria,
Yogi Arief Putra, Anisa Rahmi Taufiq, Annisa Fathadina, Chairin Chalila, Dian
Putri Retnosari, Gifari Biji, Humaira Putri, Lailatus Syifa, Sayid Reihan,
Zumrotun Nisa, Rifqi Febrian, Nida An Khofiya
Kepada
kawan-kawan Kabinet Suarasa yang turut aksi:
Syarifatul
Ulya, Anggi Ruth, Anisa Azizah, Fakhri Guniar, Lubbi Sabili Rusydi, Fadhil D.,
Cahya Amalinadhi, Dita Amallya, Ihsan Trisarjono, M. Bayu Pratama, Aditya
Purnomo Aji, Intan Dinny, Yusrina Sabila, Selvia Novianty, Verdina Bella Haqi
Kepada
kawan-kawan Kabinet Nyala yang turut mendukung:
Mahardhika
Zein, Ahmad Munjin, Ulwi, Tri Yanti, Adli Anshari, Luthfi M. Iqbal, Audhina Nur
Afifah
Kepada
kawan-kawan Kahim alian Kuncoro kebanggan:
Ikra Setya
Utama (IMMG ITB), Azis Sani (HIMATIKA ITB), Galih Norma Ramadhan (HMP “Pangripta
Loka” ITB), Malik Astar (HMFT ITB), Muhamad Fahmi (HMS ITB), Fadly Erwil
Prasetya (HMTM “Patra” ITB), Said Fariz Hibban (HMME “Atmosphaira” ITB),
Christopher Koesno (KMIL ITB), Ananda Rahmat Fatah (IMA-G ITB), Faris
Abdussalam (KMKL ITB), Naufal Afaf (HMF “Ars Praeparandi” ITB)
Kepada
kawan-kawan Senator:
Muthiah
Salsabila (HMTL ITB), Dwi Bintang Susetyo (HMTM “Patra” ITB), Ade Hilmy (HMM
ITB), Ahmad Bayu Satriyawan (HMF “Ars Praeparandi” ITB), Erza Fakhri Murtaza
(HMS ITB)
Kepada bos-bis
HMS ITB yang selalu mendukung:
Arya Bagus
Ristya Putra, Nur Fadiyah, Anindito Adi Wicaksono, Rizqi Ramadhan, Juniantoro
Suryanto, Abdul Kadir, Nadia Qamilla, Viviana Kartini Sari, Irma Dwi Amalia,
Rizka Indri Meutia, Anggita Mayasari, Desy Qonita Erira, Miranda Rivienna,
Sarah Nadia Avianto, seluruh anggota kuya-kuyi ribut yang selalu asik diajak berdiskusi
Kepada sahabat-sahabat saya Gilang Audi Pahlevi, Reynaldi Satrio Nugroho, Alfatehan Septianta, Anditha Nur Nina,
dan semua yang selalu mendukung selama persiapan Fauzan Makarim, Rio Pramudita,
Eva Maria Gustavini, Dhinny Dwi Putri, Aurum Dina, Alya Nadya, Najmiyatul L.
Haq, Maghfira Ramadhani, Ilfi Tanzila, Larasita, Muhammad Fajar, Nadia Dewani,
Darina Maulana
Kepada
adikku Ketua Wisuda Juli 2017 Ilma Maulhidya Herwandi, semoga semangat
perjuanganmu mampu ditularkan kepada tim yang kau miliki.
Kepada
presidenku, Ardhi Rasy Wardhana, dengan sejuta ekspektasinya yang selalu dan
selalu secara baik maupun tidak membuat saya harus terus dan terus belajar.
Kepada seluruh massa aksi 19 Mei 2017 dan semua orang yang terlibat dalam semua pembahasan dan persiapannya. Terima kasih karena telah membuktikan bahwa kita bisa tidak kalah romantisnya dengan gerakan-gerakan 1970an atau 1990an. Romantis dengan cara kita sendiri.
Dan
terakhir,
kepadamu,
siapapun dan dimanapun kamu berada, yang tidak pernah berhenti berjuang untuk
Tuhan, Bangsa, dan Almamater.
Jakarta, 13 Juni 2017
17.34 WIB
Menteri Inkubasi Kajian
Kemenkoan Sosial Politik Kabinet Suarasa KM ITB,
Andriana Kumalasari
Catatan
Kaki:
[1] Surat
Terbuka KM ITB: Pemerintah Serampangan Kelola Negara, 10 Januari 2017, dapat
diakses di bit.ly/suratterbukakmitb
[2] Buku Kajian
KM ITB “Konten Aksi Kebangkitan Nasional 2017”, dapat diakses di bit.ly/KajianKMITB-Harkitnas17
[3] Sikap KM
ITB dalam Aksi Kebangkitan Nasional, 19 Mei 2017, dapat diakses di
bit.ly/SikapKMITB-Harkitnas17
[4]
Dokumentasi oleh Kemenkoan Sospol dapat diakses di bit.ly/DokumAksi;
Dokumentasi
oleh Aditya Purnomo Aji dapat diakses di bit.ly/tautanserampangan;
Dokumentasi
oleh Syafira Pramesti dan Pak Dokter dapat diakses di bit.ly/aksi19mei2017
0 comments