#CeriteraKampusku (2): Aksi dan Pasar Murah

May 27, 2018

Ana TPB tidak memiliki pandangan mengenai aksi atau demo. Tidak menolak pada saat itu, tapi sesungguhnya tidak juga memilimi argumentasi kuat untuk mendukung. Aksi pertama yang saya fasilitasi pada saat itu saya lakukan bukan karena saya mau atau ingin atau merasa membutuhkan aksi, tapi karena lingkungan saya yang mengajak dan saya percaya pada mereka.

A little bit cheesy? Yeah, I admit. Emosional sekali alasan saya pada saat itu.

Rock the Senayan, aksi pelantikan Jokowi-JK, 20 Oktober 2014. Saya tidak menjadi peserta biasa. Saya yang mengoordinir pendaftaran dan mengerahkan TPB eksternal untuk menarik massa TPB 2014 sebanyak-banyaknya. Ketika ditanya kenapa harus aksi, jawaban yang saya berikan selalu berganti, tergantung jawaban mana yang akan tampak lebih keren dalam pandangan orang yang bertanya.

Saya mempromosikan RTS besar-besaran, bahkan sampai ditegur oleh loyalis angkatan Fakultas saya sendiri lantaran hari itu bertepatan dengan pertandingan TPB Cup Fakultas saya. Ditegur begitu, saya yang waktu itu tidak begitu peduli. Memangnya berapa ratus anak Fakultas yang mau ikut aksi? Tidak semua, saya rasa jadi tidak perlu merasa bersalah.

Di momen itu berhasil terkumpul sekitar 65 massa aksi dengan mayoritas pesertanya adalah TPB. Sebuah hal yang membanggakan sekaligus tanda tanya besar untuk saya pada saat itu. Saya bertanya-tanya: kemana lembaga-lembaga yang meramaikan bagan KM ITB? Kenapa justeru TPB yang bahkan saat itu belum masuk lembaga manapun karena belum selesai kaderisasi unit yang meramaikan aksi saat itu? Tapi pertanyaan saya soal itu tidak saya tanyakan. Ana TPB suka sekali diam karena merasa masih bodoh dan takut salah. Ana TPB masih suka berlindung di ketiak sospol dan eksternal, belum bisa punya pernyataan atau argumentasi sendiri.

Berlalulah RTS pada hari itu dan di hari-hari berikutnya terdapat dua lagi aksi turun ke jalan lainnya. Saya pada saat itu bukannya telah menemukan alasan kenapa saya harus aksi. Kawan-kawan Sospol yang lebih senior berusaha menjelaskan. Tapi ya ceteknya ilmu membuat saya tidak paham betul dengan penjelasan tersebut. Saya melibatkan diri dengan aksi-aksi tersebut karena merasa terbiasa dan merasa pengalaman itu akan memberi saya banyak pembelajaran. Di tahun-tahun berikutnya saya mensyukuri keterlibatan saya pada saat itu.

Yang terakhir bersama Kabinet Seru, saya berkesempatan mengurus bentukan aksi kreatif "Pasar Murah".

Pasar Murah muncul atas ide kawan-kawan Kementerian Sospol lantaran premium yang sebelumnya 6500 naik secara tiba-tiba menjadi 8500. Padahal, premium yang merupakan BBM subsidi juga merupakan bahan bakar untuk transport logistik sehingga kenaikan BBM sangat berpengaruh pada harga sembako. Masyarakat yang merasakan akibatnya dan paling terasa adalah untuk masyarakat menengah ke bawah. Gerakan yang dicetuskan akhirnya adalah membuat sebuah pasar murah untuk warga dengan sistem kupon, supaya warga bisa memperoleh sembako dengan harga sangat murah.

Pasar Murah dilaksanakan setelah periode UAS semester ganjil sehingga tidak banyak kawan-kawan Kementerian Sospol yang bisa membantu. Pada saat itu saya mengurus Pasar Murah hanya bertiga, bersama Bapak Menteri dan Ketua Pasar Murah: Faizal Ardianto alias Ical. Dibantu Ibu Menko: Fatimah "Timy" Zahrasodik dan kakak-kakak Ring 1 Kabinet Seru.

Meski perencanaan dikerjakan hanya dengan sedikit orang, tapi di hari H untungnya banyak kawan-kawan yang membantu. Kebanyakan adalah mereka yang sudah turun di RTS dan lagi-lagi banyaknya mereka adalah TPB. Beberapa kawan-kawan Kabinet Seru saat itu juga banyak membantu, apalagi Menteri Konservasi Relasi Masyarakat, Kak Memes (Ibrahim Ukrin) yang membuat saya salut dengan kedekatannya yang luar biasa dengan warga tamansari. Saat itu saya bertanya-tanya lagi: Ada apa sih dengan lembaga "keren" yang di bagan namanya HMJ yang katanya basis massa KM ITB? (waktu itu saya sudah tau hal ini dari beberapa kakak di Kabinet)

Beberapa orang berjaket himpunan yang datang ke lokasi hanya "menengok" tanpa mengulurkan tangan untuk membantu. Ana TPB pasa saat itu suuzon bukan main. Tapi diam saja dan bekerja, karena masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan sedikit tangan yang mengerjakan.

Pasar Murah yang dimulai sejak pagi di Lapangan Gelap Nyawang akhirnya selesai menjelang ashar. Semua akhirnya dapat terhandle dengan baik berkat bantuan banyak orang. Kami mengakhiri Pasar Murah dengan berfoto dan minum Es Kelapa Jeruk. Pertama kalinya saya mengenal Es Kelapa Jeruk Gelap Nyawang. Selain apa yang saya minum, saya juga mengingat jelas dengan siapa saya membelinya dan apa pesan mereka pada saya.

Adalah Bang Upi menteri saya dan Iqro Dewantoro yang pada saat itu adalah Sekjen KM ITB yang menemani saya pada saat itu dan berpesan pada saya. Pesan yang masih saya ingat sampai sekarang dan apabila saya tuliskan berarti saya akan selalu mengingatnya kembali saat saya membuka tulisan ini.

Na, apapun yang lo yakini bener, apapun yang ingin lo perjuangkan, lo harus mengingat usaha gue dan Iqro hari ini dan menjadikannya sebagai batas minimal. Lo harus berusaha lebih dari usaha kami berdua.

Kata-kata itu, dulu saya bingung maksudnya apa. Baru di tahun-tahun berikutnya saya mengerti dan merasakan sendiri. Tahun-tahun yang semoga bisa saya tuliskan lagi di #CeriteraKampusku berikutnya.

Kemudian, secara khusus untuk menutup tulisan ini, saya ingin berterima kasih kepada semua orang yang meramaikan hari-hari saya di masa awal kuliah. Kepada kawan-kawan Kementerian Sospol dan Kemenkoan Eksternal. Saya tidak memulai dari "tahu dan mengerti". Saya memulai dari "nyaman dan percaya". Bohong kalau saya bilang saya tidak terbawa. Pada saat itu Sospol untuk saya bukanlah sarana untuk bergerak, tapi karena saya Sospol, saya jadi tergerakkan.

Pada saat itu saya polos dan tidak mengerti apa-apa. Tapi terima kasih sudah selalu sabar membimbing dan mendidik saya. Kalian adalah bagian yang sangat penting dalam perjalanan saya di kampus tahun-tahun berikutnya.

Saya sangat bersyukur. Terima kasih.

Foto segera menyusul disertakan. Dalam Kementerian Sospol Kabinet Seru: Bang Upi, Aziz, Althof, Agam, Rora, Bagas, Mas Danang, Dian, Menyot, Guna, Zaim, Raihan, Galih, Bayu, Angger, Dina, Hesti, Ines, Izar, Noriz, Nungky, Teye, Vika, Kak Yasmin, Yoga, Kak Timy.

You Might Also Like

0 comments