Mahasiswa dan Keegoisan

August 12, 2015

Sore ini, setelah menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan di kampus seperti biasa aku mengecek ponsel kalau-kalau ada pesan yang masuk selama aku berkegiatan. Semuanya normal saja, kecuali satu. Ada yang kemudian berkembang menjadi menarik dari salah satu pesan yang masuk.

Andri, boleh nanya g?

Aku segera membalas pesan itu agar yang bersangkutan bisa mengajukan pertanyaannya. Lalu, tak lama kemudian pertanyaan darinya pun datang.

Menurutmu peran mahasiswa sebenernya apa sih ndri, apakah selalu di ranah pergerakan?

Aku berfikir sejenak dan mencoba menafsirkan pertanyaannya. Aku mencoba mengira-ngira, kata 'pergerakan' yang dia gunakan sebenarnya merujuk pada hal yang seperti apa. Apa mungkin pergerakan yang dia maksud disini adalah aksi atau yang dikenal dengan sebutan demo? Atau malah dia menggunakan kata 'pergerakan' untuk menjelaskan hal-hal yang lebih umum?
Lalu aku memutar ulang bincang-bincang terakhir di gedung cc barat bersama anak-anak sospol 14/15. Ketika itu, kami membahas tentang mahasiswa dan sebenarnya apa yang harusnya dilakukan oleh mahasiswa. Kami banyak membahas kajian-kajian dan hal-hal yang sudah kami lakukan sebelum hari itu, termasuk Pasar Murah yang mungkin bisa dianggap proyek besar kami. Perbincangan malam itu berakhir dengan kesimpulan bahwa seorang mahasiswa selain dia belajar, selain dia berkegiatan di dalam kampus, dia juga harus untuk memikirkan dan memperjuangkan kesejahteraan masyarakat.
Saat itu aku mengangguk setuju bukan karena aku paham mengapa, melainkan karena aku melihat betapa pentingnya peran mahasiswa di mata masyarakat: agent of change dan social control. Saat itu, aku hanya paham bahwa mahasiswa harus punya kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat karena pandangan yang umum di masyarakat mengenai peran mahasiswa memang sebegitu besarnya. Bagaimana tidak? Seorang mahasiswa yang notabene masih muda dan umumnya hanya sosok biasa memiliki peran sebagai agen perubahan dan kontrol sosial.
Selesai diskusi malam itu, aku menerima hal di atas sebagai alasan mengapa mahasiswa harus peduli terhadap kesejahteraan masyarakat. Tapi hari ini, setelah belajar lebih banyak hal mengenai mahasiswa dan perguruan tinggi, aku merasa alasan tersebut belumlah cukup untuk menjadi alasan keharusan atau kepatutan mahasiswa melakukan hal tersebut.
Ada alasan lain yang lebih kuat dan mengikat.

Menurut Drs. Moh. Hatta, tujuan perguruan tinggi adalah membentuk manusia susila dan demokrat yang:

  1. Memiliki keinsafan tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakatnya.
  2. Cakap dan mandiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan.
  3. Cakap memangku jabatan dan atau pekerjaan dalam masyarakat.

Mahasiswa adalah seseorang yang dididik di perguruan tinggi. Suatu lembaga yang menurut bapak pendidikan Indonesia bertujuan untuk membentuk profil seperti yang tercantum di atas.
Profil pertama yang diharapkan dari seseorang yang dididik perguruan tinggi adalah memiliki keinsafan atau kesadaran tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakatnya. Banyak paradigma di masyarakat yang mengatakan bahwa perguruan tinggi hanya untuk mendidik hardskill. Perguruan tinggi hanya untuk menambah pengetahuan di bidang keilmuan masing-masing. Oleh sebab itu, banyak orang yang lebih memilih untuk fokus terhadap kelas kuliahnya tanpa peduli dengan yang lainnya. Padahal nyatanya, tujuan yang pertama ditulis adalah yang berkaitan dengan masyarakat. Maka bukankah wajar jika dikatakan bahwa salah satu hal yang harus dilakukan mahasiswa adalah peduli akan kesejahteraan masyarakat dan memperjuangkannya? (Catatan: Dalam pernyataan tertulis kesadaran. Namun, seseorang yang sadar akan pentingnya kesejahteraan masyarakat tentu akan berjuang agar kesejahteraan tersebut dapat tercapai.)
Untuk sementara, bagiku alasan ini lebih kuat dan mengikat. Tapi, tidak menutup kemungkinan bahwa akan muncul alasan-alasan lain yang lebih tepat. Tidak masalah, asalkan aku tetap bertahan pada pendapat bahwa mahasiswa harus peduli dan berjuang untuk kesejahteraan rakyat.
Pernyataan Drs. Moh. Hatta tentang tujuan perguruan tinggi ini pada akhirnya kugunakan untuk menjawab pertanyaan temanku di awal.

Mahasiswa adalah seseorang yang dididik untuk menjadi seorang intelektual di kemudian hari..
Intelektual itu harus punya kesadaran bahwa dia bertanggungjawab atas kesejahteraan rakyatnya, mampu mengembangkan ilmu penetahuan, dan cakap memangku jabatan di masyarakat.. Pergerakan biasanya masuk di poin pertama atau keduanya.. Kalau pergerakan itu bersifat politis atau kemanusiaan dia masuk ke penjelasan pertama.. kalau pergerakan semacam riset atau inovasi sesuai keilmuan masuknya ke yang ketiga..

Dia lalu menjelaskan alasan dia menanyakan pertanyaan itu kepadaku.

Aku takut terlalu egois ndri.. di unit mungkin kita bergerak di ranah hobi. Tapi selama ini yg aku jalani g sesederhana itu.. banyak juga tuntutannya. Tapi y aku masih merasa kurang melebarkan sayap kayak temen2 yg lain.. andri contohnya

Aku lalu menjawab bahwa bergerak bisa ke arah mana saja.

Setiap orang ada ranahnya masing2 laah.. Pilihlah arah yang kira-kira sanggup kamu tempuh.. Jika kamu ingin cakupanmu luas, maka jangan terfokus pada satu saja.. Carilah wadah lain untukmu bergerak..

Lalu kamu yang membaca entri ini akhirnya sampai pada sesuatu yang kusebut sangat menarik dari pertanyaannya di awal tadi. Menarik karena seseorang yang kukenal dekat, seseorang yang tidak begitu akrab dengan kajian, seseorang yang kukira sederhana ternyata memikirkan sesuatu yang tidak pernah kuduga, Dia memikirkan tentang hak masyarakat yang ada pada dirinya sebagai mahasiswa.
Aku pun bertanya pada diriku sendiri, "Yang aku lakukan selama ini benarkah untuk masyarakat atau hanya untuk diriku sendiri? Benarkah demi kesejahteraan atau hanya untuk memuaskan keinginanku untuk bergerak karena aku memang tidak bisa tidak melakukannya?"
Jika kamu yang membaca entri ini juga adalah seorang mahasiswa, tidakkah satu pertanyaan besar muncul di benakmu?
Lantas, apakah aku egois?


(Percakapan dikutip langsung dari salah satu media sosial dan diedit seperlunya untuk keperluan publikasi tanpa mengubah makna) 

You Might Also Like

0 comments