Pendidikan Kini

September 14, 2017

Sudah lama saya ingin menulis tentang hal ini. Sudah lama saya gelisah.

Saya saat ini adalah seorang mahasiswa, seorang yang belajar di perguruan tinggi. Bahkan sebuah perguruan tinggi negeri yang cukup ternama di Indonesia. Tapi, entah mengapa saya mengalami ketidaknyamanan yang luar biasa.

Mungkin ini terkait pada siapa saya berguru. Mungkin juga terkait dengan siapa saya bertukar gagasan. Menyebabkan segala hal yang ada di hadapan saya begitu klise, begitu tinggi ego.

Kata UU No. 12 tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi, mahasiswa sedang dibentuk menjadi seorang Insan Akademis, seorang intelektual. Katanya mahasiswa adalah bagian dari civitas akademika yang turut menjalankan tridharma perguruan tinggi: pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat. Kata panitia waktu saya OSKM, dan kata panitia waktu saya osjur, mahasiswa punya peran sebagai iron stock, agent of change, guardian of value, dan social control.

Kata Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah proses pembudayaan. Kalau saya interpretasikan, pendidikan seharusnya menjadikan suatu bangsa lebih baik dari sebelumnya. Membebaskan bangsa dari kebodohan, mengentaskan kemiskinan.

Tan Malaka bilang, tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, serta memperhalus perasaan. Artinya, sungguh orang-orang berpendidikan akan menjadi sedemikian bijaksana untuk masyarakat bangsanya.

Bukankah dengan itu pendidikan menjadi sesuatu yang luar biasa menjanjikan?

Tapi nyatanya, sebagai seorang mahasiswa di institut ini, saya merasa tidak merasa sedang dibentuk menjadi seorang Insan Akademis. Saya merasa sedang dibentuk menjadi pekerja yang nggak boleh nanya kenapa, yang penting tahu bagaimana cara mengerjakan pekerjaan. Saya dikelilingi orang-orang yang protes ketika saya coba memperhatikan apa yang sedang terjadi dengan Indonesia, meskipun saya punya kapasitas untuk berkomentar.

Saya merasa dosen, pembicara seminar yang diadakan prodi, bahkan alumni, hampir semua mengarahkan kepada bagaimana caranya untuk bisa menjadi sukses dalam artian mapan secara materi. Hampir tidak ada yang bilang soal mengabdi atau keikhlasan. Berbeda sekali dengan apa yang diceritakan Bang Hokki tempo hari soal alumni institutku di zaman baheula.

Saya ingin sekali mendengar cerita seorang alumni institutku yang mengabdikan hidupnya untuk medidik masyarakat di wilayah 3T. Atau alumni institutku yang dengan penuh integritas beraksi diantara para elit memperjuangkan kebenaran demi masyarakat. Saya ingin mendengarnya bersama generasiku.

Agar generasiku mau berjuang bersama membebaskan bangsa ini dari kebodohan dan mengentaskan kemiskinan.
Bukan hanya menghindarkan diri dari kebodohan dan mencegah diri agar tidak miskin.

You Might Also Like

2 comments

  1. Assalamu'alaykum, Kak...
    Aku udh follow blog kakak sejak tiga tahunan yg lalu dan sbnrny mau nanya bnyk hal sm kakak...
    Maaf aku hrs anon, soalnya takut kakak nggak mau jwb kl menunjukkan identitas... Mohon dijwb ya kak ^^

    1. kak gmn sih caranya bisa terus nulis?
    2. aku kagum bgt sama cara pandang kakak soal kehidupan, kakak dpt ide dr mana aja?
    3. kakak mau nikah? umur brp kak? maunya yg kayak apa kak kl boleh milih?
    4. terakhir, apa yg kakak lakukan kl senggang?

    Dijawab ya kak! Kl boleh mau dibikinin pos khusus sih, hehe... Pst bnyk yg penasaran jg kan...

    Salam...

    ReplyDelete