­
Celoteh

Mengalah (lagi?)

Pada akhirnya aku kalah lagi. Aku memang tidak pernah sanggup untuk membenci. Marah lama-lama, selain pada diriku sendiri. Biarlah. Biar akhirnya aku mengibarkan bendera perdamaian. Biar aku yang lagi-lagi mengucap maaf. Biar aku yang lagi-lagi mengawali interaksi. Aku tidak mungkin membohongi diri sendiri. Aku tidak suka permusuhan, jadi apa itu salah? Namun, benarkah itu alasannya? Atau ternyata sebenarnya sejak awal aku memang tidak...

Continue Reading

Celoteh

Bicara (tentang) Jurusan : Kenapa (Bukan) "Kedokteran"?

Celoteh

Padahal

Pertama mengenalmu, aku sama sekali tak punya ide tentang apa yang ada di kepalamu. Kamu memang tak bisa ditebak, sulit dibaca, hampir mustahil dipahami. Tapi, bukan aku namanya kalau aku menyerah mengenalmu hanya karena kau menyulitkan. Perlahan aku mencoba memperhatikanmu, mengenalimu, mencari tahu kebiasaanmu, dan menelisik karaktermu. Tak mudah. Mencari tahu tentangmu memang tak akan mudah, aku yakin. Karena kau hampir-hampir sama saja...

Continue Reading

Celoteh

Pergulatan

Masih menyempatkan berpikir. Meskipun banyak ujian, banyak materi yang menunggu untuk dipelajari, banyak agenda yang harus dilakukan. Satu diantara ribuan lainnya, perlahan kukumpulkan agar satu itu setidaknya bisa menjadi beberapa ratus. Masih bisa melirik, walau tidak dengan mata sepenuhnya terbuka. Sudah bosan dengan terlalu banyak warna. Sudah terbiasa dengan perpaduan senada dan tak senada. Masih bisa terdengar sayup, meski aku sudah tidak begitu...

Continue Reading

Fiksi

Sebuah Kisah : "Kakak"

Celoteh

Dua Maret

Dua Maret bagimu mungkin bukan apa-apa. Tapi Dua Maret bagiku adalah sebuah sejarah. Tepat setahun yang lalu peperangan dimulai. Peperanganku, peperangan kami, peperangan kita. Dua Maret tahun lalu, ganjalanku terlepas perlahan. Beban berat di punggungku terangkat sebagian. Dua Maret tahun lalu, meski tanpa asupan makanan, aku punya energi untuk terus bergerak sepanjang hari tanpa henti. Dua Maret tahun lalu, tiga belas orang saling...

Continue Reading