Laporan LAPAS : Ini Laporanku, mana Laporanmu?
August 22, 2012
Bukankah Kita Sama?
Laporan Kunjungan Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIB Anak Wanita Tangerang
Kamis, 9 Agustus 2012
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Uraian Singkat
Kunjungan ke Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIB Anak Wanita Tangerang 2012 ini merupakan kolaborasi
kegiatan OSIS di bulan Ramadhan yang bertajuk I-FUN 1433H dengan pembelajaran
sekolah mata pelajaran PKn, Fiqih, dan Sosiologi (untuk jurusan IPS).
Diharapkan dengan kunjungan ke
LAPAS ini, siswa-siswi MAN Insan Cendekia Serpong tidak hanya memahami teori
dan melihat banyak hal melalui sederetan tulisan dalam buku saja, tetapi juga
realita yang terjadi di masyarakat.
Selain itu, agar kita dapat
memahami bahayanya terbawa oleh lingkungan yang serba bebas dan tidak
terkontrol. Bahwa pada hakikatnya, kebebasan adalah sesuatu yang harus
dipertanggungjawabkan. Ketika kita tidak bisa bertanggungjawab, maka hak atas
kebebasan pun akan dicabut.
Acara Inti
Setelah shalat ashar, rombongan
MAN Insan Cendekia Serpong yang akan mengunjungi LAPAS, naik ke atas bus.
Karena sebelum ashar kami telah merapikan barang-barang yang ingin dibawa, maka
bus hanya tinggal melaju menuju lokasi.
Sore itu, tepatnya pukul 4 lebih
50 menit, kami tiba di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Anak dan Wanita
Tangerang. Kami disambut dengan baik oleh pihak LAPAS, dan dipersilahkan untuk
memasuki ruangan luas yang saya duga merupakan aula LAPAS.
Sebelum masuk, kami yang
perempuan di cap tangannya dengan cap yang tidak mudah luntur. Menurut
penjelasan dari pihak LAPAS, itu karena penghuni LAPAS tersebut keseluruhannya
perempuan, sehingga dikhawatirkan menyamar sebagai salah satu dari kami.
Setelah itu, dimulailah
serangkaian acara semi-formal yang dipandu oleh pembawa acara dari MAN Insan
Cendekia Serpong yaitu Bagus Dwi Kurniawan (XI IPA 1) dan Adimas Euro Kurnia
(XI IPA 2). Diawali dengan sambutan oleh ketua panitia I-FUN 1433 H, Saefullah
Thaher dan dilanjutkan dengan sambutan Ibu Kepala LAPAS serta Bapak Erwin
Supriatna sebagai perwakilan guru MAN Insan Cendekia Serpong.
Kesemua sambutan bertajuk sama.
Intinya adalah bahwa kehadiran kami disana adalah untuk saling berbagi. Karena,
pada dasarnya siswa-siswi MAN Insan Cendekia Serpong dan penghuni LAPAS itu
sama. Sama-sama tinggal di asrama, terikat peraturan, dan jauh dari keluarga.
Hanya saja yang membedakannya adalah, kami melakukan itu dengan kesediaan
penuh, sedangkan penghuni LAPAS tersebut tidak. Itu bukan pilihan bagi mereka.
Disana kemerdekaan dan kebebasan bergerak mereka dicabut sementara. Akibat dari
kebebasan yang tidak bertanggungjawab.
Ketika dibuka sesi tanya jawab,
sebagaimana lazimnya siswa-siswi Insan Cendekia yang gemar bertanya, ketika
pertama ditanya siapa yang ingin bertanya, langsung banyak tangan yang
terangkat ke atas. Tapi karena itulah, kami bisa mendapatkan banyak pelajaran
mengenai tempat ini dan orang-orang yang ada di dalamnya.
Ternyata penghuni LAPAS juga
memiliki berbagai kegiatan yang biasa kita sebut kegiatan ekstrakurikuler.
Diantaranya, tari saman, paduan suara, marawis, dan kerajinan tangan. Seluruh
122 orang disini, dibagi ke kelas-kelas ekstrakurikuler tertentu dengan
pertimbangan hobi dan keahlian. Dan untuk kelas kerajinan tangan, hasilnya
diperjualbelikan di LAPAS itu juga. Namun, tentunya hasilnya tidak bisa sama
terjangkaunya dengan yang diproduksi pabrik. Karena, bahan baku dibeli oleh
pihak LAPAS secara satuan, bukan kolektif.
Penghuni LAPAS ini diasramakan ke
dalam 4 pavling berbeda, sesuai dengan statusnya. Bahkan, mereka juga
mengenakan kaos dengan warna yang berbeda. Diantaranya :
·
Kaos warna putih, untuk
penghuni LAPAS yang berstatus tahanan dan masih di bawah usia 18 tahun;
· Kaos warna merah muda,
untuk penghuni LAPAS di bawah usia 18 tahun yang berstatus pidana, atau biasa
disebut anak pidana.
· Kaos warna merah, untuk
para wanita dewasa yang menjalani hukuman pidana yang panjang;
· Kaos warna kuning, untuk
para wanita dewasa yang menjalani masa pidana panjang, namun telah menjalani
lebih dari setengah atau dua per tiga dari keseluruhan masa pidana.
Pembedaan warna kaos ini dilakukan untuk memudahkan
mengecek kelengkapan penghuni LAPAS ketika sedang dilaksanakan apel.
Apel adalah kegiatan rutin yang
dilakukan oleh petugas LAPAS untuk mengecek kelengkapan penghuni LAPAS. Apel
biasanya dilaksanakan di aula besar dengan pembagian sesuai dengan pavling yang
dihuni.
Acara semi-formal ini ditutup
dengan hiburan dari tim saman MAN Insan Cendekia Serpong dan berbuka puasa
bersama, dilanjutkan dengan shalat Maghrib secara individual dikarenakan sarana
yang tidak memadai untuk melakukannya secara berjamaah banyak.
Berbagi Cerita dengan Penghuni
LAPAS
Lembaga Pemasyarakatan kelas IIB Anak Wanita Tangerang
Usai shalat Maghrib, kami makan malam
bersama penghuni LAPAS. Kami berkelompok bebas dan berbaur dengan mereka.
Penghuni LAPAS yang makan bersama aku dan teman-teman bernama Putri. Usianya
berkisar 25 tahun, dan ia mengenakan kaos kuning.
Kak Putri, begitu akrabnya saya
sapa, di pidana karena kasus narkoba dengan jenis sabu-sabu. Ia mengaku stres
saat cerai dengan suaminya sehingga mudah tergoda oleh teman kerjanya di salon.
Suatu hari, 4 bulan setelah ia menjadi seorang pemakai narkoba, ia tertangkap
polisi dan akhirnya diharuskan menjalani pidana selama 1 tahun 2 bulan.
Saya bertanya, apa yang akan ia
lakukan ketika telah bebas nanti dan masyarakat dalam keadaan mengucilkannya?
Lalu, Kak Putri menjawab bahwa dia akan menjadi orang baik. Mengenai
masyarakat, orang-orang lingkungan
rumahnya tidak tahu bahwa ia di pidana karena kasus narkoba. Sebab ia
tertangkap di lingkungan yang jauh dari rumah. Sehingga kapan saja ia kembali
ke rumah, lingkungannya tetap akan menerima.
Sebelumnya Kak Putri berada di LP
Cipinang, baru beberapa bulan ini ada di LAPAS kelas IIB anak wanita Tangerang.
Namun ia mengaku sangat nyaman, karena disini ia ditemani oleh petugas yang
baik dan penghuninya pun bersahabat.
Kak Putri mengaku bersyukur
karena tertangkap. Itu artinya Allah masih menyayanginya sehingga Ia tidak
diizinkan terperosok ke dalam lubang yang lebih dalam. Setahun terakhir ini,
dia menjadi seorang muallaf. Inilah satu lagi titik terang yang didapatkannya
karena tertangkap. Jika tidak pernah tertangkap, mungkin ia tak akan menemukan
cahaya Islam yang begitu terang dan menyejukkan.
Salah satu cara yang dilakukan
pihak LAPAS untuk kembali memasyarakatkan para narapidana ketika telah selesai
masa pidana mereka adalah, dengan menanamkan kerohanian yang dalam sesuai
dengan keyakinan mereka masing-masing. Karena, dengan agama seseorang akan
benar-benar beristiqomah di jalan yang lurus.
Selain Kak Putri, ada juga
tahanan usia dibawah 18 tahun yang tertangkap mencuri. Ia mengaku ditipu oleh
seorang wanita yang mengatakan bahwa jika ia tertangkap saat mencuri, maka ia
akan dilindungi. Namun nyatanya tidak.
Ya, inilah sisi lain dari negeri
kita. Dimana para narapidana telah mulai bertobat, mengingatkan pada
orang-orang yang bebas, jangan ikuti jejak mereka. Namun, para ‘calon’
narapidana senantiasa bermunculan.
Semoga kita dapat menjadi
orang-orang yang bertanggungjawab atas kebebasan yang masih kita nikmati hingga
saat ini. Dan semoga, kunjungan kami ke LAPAS membuka mata hati banyak orang
yang sebelumnya masih tertutup.
Dan untuk para penghuni LAPAS,
terima kasih karena telah mengajari kami hal yang berharga. Tetaplah semangat
menjadi orang yang lebih baik lagi. Suatu hari jika kita kembali berjumpa,
semoga kesemua dari kita adalah seorang baik yang sukses. Amin.
0 comments