Sepasang Mata Sendu

December 28, 2012


Perlahan,
kutatap sepasang mata sendu di hadapanku
mata itu balas menatapku, seakan mataku sama sendunya
seakan aku dan dia sama rapuhnya

Padahal tidak!
lihat saja, ia lebih menyedihkan dariku
dunia seakan memperlakukannya dengan sangat buruk
wajahnya lebih hitam karena sengatan matahari
rambutnya lebih kering terpanggang
kulitnya penuh luka
dan lihat, lihat
airmatanya mulai menetes
cengeng sekali ia, lemah


padahal kutau dia punya emak bapak
kenapa tak dia hampiri mereka?
minta makan dari mereka
minta sekolah
minta boneka atau mainan apa saja

oh, aku lupa
emak bapaknya juga tak beda
tak bisa makan
tak pernah sekolah
tak punya boneka atau mainan
maka terkadang ia yang menjadi boneka
ia yang menjadi mainan

hei, dia kan punya saudara kandung
kenapa tak dia perintah saudaranya
belikan makan
bayarkan sekolah
atau belikan boneka, mainan

ternyata saudaranya sudah mati
mati di tengah jalan
dipukuli preman
ditelan nasib yang tak peka pada penderitaan

landas apa kau hanya diam, hah?
aku tak sabar dan bertanya pada pemilik sepasang mata sendu itu
tapi ia ikut berteriak,
sama denganku

terakhir kutahu,
di depanku hanya ada sebuah cermin
pemilik sepasang mata sendu itu aku
gadis jalanan yang mengutuk keadaan
menginginkan perubahan
namun tak tahu darimana harus memulai

Written by Anna Kumala

You Might Also Like

0 comments