AMI2016stories Bagian 6: Tiga Digit
April 14, 2016
...
Saya mungkin sudah pernah menyinggung di postingan sebelumnya tentang anggota berjumlah tiga digit. Total 102 anggota dari open recruitment, 6 deputi, dan kurang lebih 10 anggota dari close recruitment menjadikan ketakutan saya akan "mengarahkan mereka" menjadi lebih meriah. Ditambah lagi, secara "pekerjaan" jelas saya sangat membutuhkan mereka. Banyak sekali mata acara yang dinaungi oleh divisi saya.
Boleh jadi saya bilang di entri sebelumnya bahwa saya berusaha untuk yakin. Tapi sejujurnya saya sangat takut. Saya takut ditinggal sendirian, saya takut tidak bisa berbagi apa-apa, dan ketakutan lainnya yang sebenarnya menurut saya wajar dirasakan oleh seseorang yang berhadapan dengan kuantitas yang begitu "meriah".
Sebulan, dua bulan keberjalanan, saya belum merasa sedekat yang saya harapkan dengan teman-teman saya di Edufair. Sebenarnya saya merasa agak sedikit berdosa karena memberikan mereka tidak lebih dari "daftar pekerjaan" dan internalisasi saya serahkan kepada teman-teman deputi dengan harapan lingkaran yang lebih kecil akan menghasilkan ikatan yang lebih kuat. Seakan-akan saya benar-benar tidak ada usaha untuk lebih dekat dengan teman-teman yang lain.
Barulah pada kumpul akbar sebelum Ujian Akhir Semester ganjil, saya mengadakan kumpul divisi untuk pendekatan antara saya dengan teman-teman Edufair lainnya. Pemantiknya adlah sebuah pertanyaan sederhana, "Berapa mantan yang kamu miliki?" (mungkin Faizah ada kenangan khusus tentang yang satu ini?)
Sederhana, bukan?
Tapi komentar-komentar konyol yang terlontar saat ada yang menyebutkan angka yang cukup memukau atau menyebut kata "tidak punya mantan" dan pertanyaan-pertanyaan lugu seperti, "yang SMP dihitung nggak, kak?" yang kemudian menjadikan kita lebih dekat.
Bukankah tertawa bersama merupakan suatu metode?
Malam itu, sesi "banyak-banyakan mantan" di CC Timur akhirnya berakhir dengan satu orang keluar sebagai pemenang (tentunya bukan saya). Malam itu adalah pembukanya. Setelah malam itu, saya baru merasa dekat dengan mereka,
Ada satu indikator dekat untuk anggota divisi Edufair. Indikator ini saya dapatkan dari pengamatanberbulan-bulan: seorang anggota Edufair baru bisa dibilang "dekat" dengan yang lainnya jika dia sudah bisa membully Umar. Iya, 'kan?
Seiring berjalannya waktu, saya lalu makin merasa dekat dengan yang lainnya. Banyak sekali teman-teman edufair yang saya jadikan tempat belajar. Bukan hanya Jeje tempat saya belajar flashmob, tapi juga Atm, Maria Sita, Faizah, Kiem, Ricka, Nicco, Rendy, Feri, Tio, dan semua teman-teman lain yang saat ini belum bisa saya tuliskan satu per satu saat ini (mungkin nanti saat saya mengeditnya di kemudian hari).
Teman-teman semua mengajarkan saya bagaimana bekerja dan menggordinasikan sebuah tim. Teman-teman mengajarkan saya untuk bersabar dan bergerak bersama. Teman-teman mengajarkan saya bagaimana mengontrol naik turunnya emosi ini sebab di hadapan teman-teman saya tidak bisa marah, saya tidak bisa sedih, saya tidak bisa kecewa. Sebab saya berjanji pada diri saya, apapun yang terjadi, di hadapan teman-teman saya harus selalu tersenyum dan bersemangat.
Saya mungkin sudah pernah menyinggung di postingan sebelumnya tentang anggota berjumlah tiga digit. Total 102 anggota dari open recruitment, 6 deputi, dan kurang lebih 10 anggota dari close recruitment menjadikan ketakutan saya akan "mengarahkan mereka" menjadi lebih meriah. Ditambah lagi, secara "pekerjaan" jelas saya sangat membutuhkan mereka. Banyak sekali mata acara yang dinaungi oleh divisi saya.
Boleh jadi saya bilang di entri sebelumnya bahwa saya berusaha untuk yakin. Tapi sejujurnya saya sangat takut. Saya takut ditinggal sendirian, saya takut tidak bisa berbagi apa-apa, dan ketakutan lainnya yang sebenarnya menurut saya wajar dirasakan oleh seseorang yang berhadapan dengan kuantitas yang begitu "meriah".
Sebulan, dua bulan keberjalanan, saya belum merasa sedekat yang saya harapkan dengan teman-teman saya di Edufair. Sebenarnya saya merasa agak sedikit berdosa karena memberikan mereka tidak lebih dari "daftar pekerjaan" dan internalisasi saya serahkan kepada teman-teman deputi dengan harapan lingkaran yang lebih kecil akan menghasilkan ikatan yang lebih kuat. Seakan-akan saya benar-benar tidak ada usaha untuk lebih dekat dengan teman-teman yang lain.
Barulah pada kumpul akbar sebelum Ujian Akhir Semester ganjil, saya mengadakan kumpul divisi untuk pendekatan antara saya dengan teman-teman Edufair lainnya. Pemantiknya adlah sebuah pertanyaan sederhana, "Berapa mantan yang kamu miliki?" (mungkin Faizah ada kenangan khusus tentang yang satu ini?)
Sederhana, bukan?
Tapi komentar-komentar konyol yang terlontar saat ada yang menyebutkan angka yang cukup memukau atau menyebut kata "tidak punya mantan" dan pertanyaan-pertanyaan lugu seperti, "yang SMP dihitung nggak, kak?" yang kemudian menjadikan kita lebih dekat.
Bukankah tertawa bersama merupakan suatu metode?
Malam itu, sesi "banyak-banyakan mantan" di CC Timur akhirnya berakhir dengan satu orang keluar sebagai pemenang (tentunya bukan saya). Malam itu adalah pembukanya. Setelah malam itu, saya baru merasa dekat dengan mereka,
Ada satu indikator dekat untuk anggota divisi Edufair. Indikator ini saya dapatkan dari pengamatan
Seiring berjalannya waktu, saya lalu makin merasa dekat dengan yang lainnya. Banyak sekali teman-teman edufair yang saya jadikan tempat belajar. Bukan hanya Jeje tempat saya belajar flashmob, tapi juga Atm, Maria Sita, Faizah, Kiem, Ricka, Nicco, Rendy, Feri, Tio, dan semua teman-teman lain yang saat ini belum bisa saya tuliskan satu per satu saat ini (mungkin nanti saat saya mengeditnya di kemudian hari).
Teman-teman semua mengajarkan saya bagaimana bekerja dan menggordinasikan sebuah tim. Teman-teman mengajarkan saya untuk bersabar dan bergerak bersama. Teman-teman mengajarkan saya bagaimana mengontrol naik turunnya emosi ini sebab di hadapan teman-teman saya tidak bisa marah, saya tidak bisa sedih, saya tidak bisa kecewa. Sebab saya berjanji pada diri saya, apapun yang terjadi, di hadapan teman-teman saya harus selalu tersenyum dan bersemangat.
Terima kasih telah membiarkan saya belajar dari teman-teman. Terima kasih atas waktu tenaga dan fikiran. Saya tidak pernah menjanjikan apa-apa, tapi saya berharap teman-teman tidak merasa "tidak mendapatkan apa-apa". Ambil lah yang baik dan tinggalkan yang buruk. Sebab meskipun telah berusaha, toh saya tetap manusia yang pasti punya kesalahan. Kalian luar biasa :))
0 comments