Minggu Pagi, Permainan, dan Sebuah Pertanyaan
April 11, 2016
Ini cerita tentang magnivic dan quality time yang kami lakukan minggu pagi lalu.
Berdasarkan kesepakatan tempo hari, kami akan mengadakan kumpul minggu pagi untuk sekadar berjalan-jalan di area Car Free Day Dago atau berkumpul di kampus untuk mengobrol ringan.
Meski malamnya saya hanya tidur satu sampai dua jam, sebab sangat rindu, saya berangkat menuju kampus pagi itu. Belum sarapan tentunya, berharap bisa sarapan bersama juga.
Saya tiba di kampus dan bertemu teman-teman. Yah, karena ITB Magnivic memang minim personel perempuan, lagi-lagi saya menjadi satu-satunya perempuan pada saat sampai. Teman saya yang lain rupanya berhalangan hadir. Di pertengahan baru datang seorang teman perempuan bernamaCupi Nurida Luthfiyani.
Sesuai perkiraan saya, jalan-jalannya memang sangat sebentar. Sisa waktu kami habiskan dengan bermain di dalam area kampus. Apa yang kami mainkan? Sederhana saja sebenarnya: kartu. Dengan pertanyaan "berbahaya" untuk satu orang yang kalah bermain.
Kami bermain beberapa putaran. Dan sesuai dugaan, di putaran kedua saya kalah.
Hahaha
Dan sebenarnya poin inilah yang ingin saya ceritakan. Tentang apa yang mereka tanyakan. Jadi, pertanyaannya adalah:
"Na, tipe laki-laki ideal kamu seperti apa? Dan kalau ada laki-laki seperti itu yang melamar kamu sekarang dan ini adalah the only one chance kamu bakal jawab apa?"
Dan saya tertegun.
Dari sekian banyak pertanyaan, ternyata teman-teman saya pagi itu yang kebanyakan adalah laki-laki memilih pertanyaan yang normalnya saya dengar dari teman perempuan. Lucu. Karena sebenarnya, jika mereka yang bertanya tanpa harus lewat permainan seperti itu saya akan menjawabnya. Yang harus mereka lakukan adalah berani untuk bertanya.
Bingung juga mau menjawab seperti apa. Sebab saya juga tidak yakin apa mereka benar-benar ingin tahu atau ini semua hanya untuk mengisi slot pertanyaan. Setelah menarik nafas panjang dan menyusun kata-kata agar tidak berbahaya, saya mejawab.
Dengan lancar tentu saja dan agak panjang lebar. Walaupun saya bisa menjawabnya lebih singkatdengan hanya menyebutkan satu kata. Setelah saya menjawab, mereka mengangguk dengan tatapan berlagak serius. Saya sendiri susah membaca sebenarnya mereka kenapa.
Permainan kemudian berlanjut. Namun sebenarnya saya masih berfikir sepanjang permainan. Benarkah jawaban yang saya berikan benar-benar jawaban yang sesuai dengan diri saya? Atau hanya supaya terlihat keren saja? Sebab bukankah kita tidak pernah akan tahu jodoh seperti apa yang akan kita peroleh? Dan bukankah kita hanya bisa meminta satu kriteria padaNya?
"Jodoh yang terbaik menurutNya."
Siapapun orangnya, bagaimanapun rupanya, seperti apapun sikapnya. Bukankah jika menurutNya itu yang terbaik maka kita tak akan menolak?
Berdasarkan kesepakatan tempo hari, kami akan mengadakan kumpul minggu pagi untuk sekadar berjalan-jalan di area Car Free Day Dago atau berkumpul di kampus untuk mengobrol ringan.
Meski malamnya saya hanya tidur satu sampai dua jam, sebab sangat rindu, saya berangkat menuju kampus pagi itu. Belum sarapan tentunya, berharap bisa sarapan bersama juga.
Saya tiba di kampus dan bertemu teman-teman. Yah, karena ITB Magnivic memang minim personel perempuan, lagi-lagi saya menjadi satu-satunya perempuan pada saat sampai. Teman saya yang lain rupanya berhalangan hadir. Di pertengahan baru datang seorang teman perempuan bernama
Sesuai perkiraan saya, jalan-jalannya memang sangat sebentar. Sisa waktu kami habiskan dengan bermain di dalam area kampus. Apa yang kami mainkan? Sederhana saja sebenarnya: kartu. Dengan pertanyaan "berbahaya" untuk satu orang yang kalah bermain.
Kami bermain beberapa putaran. Dan sesuai dugaan, di putaran kedua saya kalah.
Hahaha
Dan sebenarnya poin inilah yang ingin saya ceritakan. Tentang apa yang mereka tanyakan. Jadi, pertanyaannya adalah:
"Na, tipe laki-laki ideal kamu seperti apa? Dan kalau ada laki-laki seperti itu yang melamar kamu sekarang dan ini adalah the only one chance kamu bakal jawab apa?"
Dan saya tertegun.
Dari sekian banyak pertanyaan, ternyata teman-teman saya pagi itu yang kebanyakan adalah laki-laki memilih pertanyaan yang normalnya saya dengar dari teman perempuan. Lucu. Karena sebenarnya, jika mereka yang bertanya tanpa harus lewat permainan seperti itu saya akan menjawabnya. Yang harus mereka lakukan adalah berani untuk bertanya.
Bingung juga mau menjawab seperti apa. Sebab saya juga tidak yakin apa mereka benar-benar ingin tahu atau ini semua hanya untuk mengisi slot pertanyaan. Setelah menarik nafas panjang dan menyusun kata-kata agar tidak berbahaya, saya mejawab.
Dengan lancar tentu saja dan agak panjang lebar. Walaupun saya bisa menjawabnya lebih singkat
Permainan kemudian berlanjut. Namun sebenarnya saya masih berfikir sepanjang permainan. Benarkah jawaban yang saya berikan benar-benar jawaban yang sesuai dengan diri saya? Atau hanya supaya terlihat keren saja? Sebab bukankah kita tidak pernah akan tahu jodoh seperti apa yang akan kita peroleh? Dan bukankah kita hanya bisa meminta satu kriteria padaNya?
"Jodoh yang terbaik menurutNya."
Siapapun orangnya, bagaimanapun rupanya, seperti apapun sikapnya. Bukankah jika menurutNya itu yang terbaik maka kita tak akan menolak?
0 comments