Oke readers, gw ga akan basa basi atau copy paste tentang makna hari ibu. Gue ga mau hari yang spesial buat semua ibu di dunia ini gue ungkapin dengan ngutip pernyataan orang. Gue mau semua tulus, dari hati...
22 Desember 2010
Child's POV
(*POV : Point of View --> Sudut Pandang)
Aku menatap jam dinding yang masih berdetak. Sudah jam setengah lima. Namun, aku masih juga belum berani untuk memeluk Mama. Aku belum cukup berani untuk mengucapkan 'Aku cinta Mama'. Kenapa? Padahal begitu mudah aku berkata begitu pada sahabatku, pada orang yang kusuka. Kenapa kepada wanita yang paling berjasa dalam hidupku aku harus malu. Kenapa gengsiku sebegini tinggi? Kuintip sekali lagi keluar pintu kamarku. Mama sudah bangun rupanya. Telah berkutat di meja makan, menyiapkan makanan untuk aku dan keluargaku. Ingin aku mendekati Mama dan memeluknya lalu menangis di pelukannya. Namun, sisi lain diriku merasa bahwa itu berlebihan. Benarkah begitu? Tapi, aku benar benar ingin mengungkapkannya pada Mama. Entah berapa lama sudah aku mondar mandir dalam kamar, sampai kudengar langkah kaki mendekati kamarku. Aku kembali ke atas kasur dan pura pura masih terlelap.
Mom's POV
Kutatap lagi jam dinding di dapur. Jam setengah enam ya? Apa anak anakku sudah bangun?
Akupun bergegas ke kamar mereka untuk membangunkan mereka. Yang pertama kumasuki adalah kamar anak bungsuku. Dia masih sangat terlelap, jadi aku memutuskan untuk membiarkannya. Begitupun anak tengahku. Sedangkan, anak sulungku langsung bergegas ke kamar mandi.
Kutatap kalender besar di tengah ruangan. 22 Desember ya? Hari ibu? Dengan senyum mengembang, kuraih telepon di ruang tengah dan menelepon ibuku. Cukup lama aku mengobrol bahkan sampai menitikkan air mata. Aku bilang kalau hadiahku untuk ibu sudah kukirim lewat pos. Dan ibu bilang sudah sampai. Sambil masih menangis, aku tersenyum. Lalu, tepat ketika aku menutup telepon, aku mendengar sesuatu di belakangku.
Child's POV
Setelah keluar dari kamar mandi, samar samar aku mendengar pembicaraan Mama.
Jadi, Mama memberikan kado untuk Nenek, pikirku. Jadi Mama juga mengucapkan selamat hari ibu ke Nenek. Kenapa aku nggak?
Segera ku rapikan pakaian dan rambutku. Kucari apa yang telah kubeli, namun belum kuberikan. Lalu, aku menarik gitar kesayanganku.
Tepat ketika Mama menutup telepon, aku memainkan gitarku dan bernyanyi :
"Oh ibuku...
Engkaulah wanita
yang kucinta selama hidupku
Maafkanlah aku bila ada salah
pengorbananmu tanpa balas jasa...
Ya Allah,
ampuni dosanya
sayangilah dia
seperti dia menyayangiku
berikanlah dia kebahagiaan
di dunia juga di akhirat..."
selesai aku menyanyikan lagu itu, Mama memelukku erat. Kurasakan air mata Mama membasahi bajuku. Tapi, aku tak protes, karena aku pun menangis. Perlahan aku berbisik, "Aku cinta Mama." dan Mama membalas, "Mama juga cinta kamu".
Kami berpelukan lama tanpa suara. Ketika pelukan melonggar, aku mengambil kotak hadiah yang ada di saku celanaku. "Ini untuk Mama" ujarku sambil menyodorkan kotak itu. Mama mengambilnya, masih dengan air mata di pipinya.
Beliau membuka kotaknya, lalu terbelalak.
"ini untuk Mama?" tanyanya lembut.
"ya. Itu untuk Mama." sahutku.
Mama tersenyum, dan mengenakan cincin dariku.
"Maaf ya, Ma cuma 2 gram. Uangku..." tiba tiba Mama menempelkan telunjuknya di bibirku.
Aku menatap Mama. Mama balas menatapku. Ia berkata, "bahkan kamu tak perlu memberiku hadiah, anakku. Bagi Mama, adanya kamu disini adalah hadiah terindah untuk Mama. Setiap hari yang kamu jalani bersama Mama adalah hadiah. Setiap hari adalah Hari Ibu untuk Mama.
"Meskipun, terkadang kamu membantah Mama, mengingkari nasihat Mama, bahkan sampai membenci Mama. Mama mau kamu tau, Mama selalu mencintai kamu. Mama memahami kamu."
Aku menatap wajah Mama dan aku menangis lagi di pelukannya.
Mungkin memang agak ga jelas. Tapi inilah yang perlu kita tahu. Bahwa yang dibutuhkan ibu manapun bukanlah hadiah materiil dari anaknya, tapi sebuah rasa cinta yang nyata.
Selamat hari ibu untuk seluruh ibu di dunia. Tak ada satupun di dunia ini yang mampu menggantikan apa yang kau berikan. Hatimu yang mulia mampu meruntuhkan apapun, termasuk kerasnya hati manusia.
Detective's Greet B)
22 Desember 2010
Child's POV
(*POV : Point of View --> Sudut Pandang)
Aku menatap jam dinding yang masih berdetak. Sudah jam setengah lima. Namun, aku masih juga belum berani untuk memeluk Mama. Aku belum cukup berani untuk mengucapkan 'Aku cinta Mama'. Kenapa? Padahal begitu mudah aku berkata begitu pada sahabatku, pada orang yang kusuka. Kenapa kepada wanita yang paling berjasa dalam hidupku aku harus malu. Kenapa gengsiku sebegini tinggi? Kuintip sekali lagi keluar pintu kamarku. Mama sudah bangun rupanya. Telah berkutat di meja makan, menyiapkan makanan untuk aku dan keluargaku. Ingin aku mendekati Mama dan memeluknya lalu menangis di pelukannya. Namun, sisi lain diriku merasa bahwa itu berlebihan. Benarkah begitu? Tapi, aku benar benar ingin mengungkapkannya pada Mama. Entah berapa lama sudah aku mondar mandir dalam kamar, sampai kudengar langkah kaki mendekati kamarku. Aku kembali ke atas kasur dan pura pura masih terlelap.
Mom's POV
Kutatap lagi jam dinding di dapur. Jam setengah enam ya? Apa anak anakku sudah bangun?
Akupun bergegas ke kamar mereka untuk membangunkan mereka. Yang pertama kumasuki adalah kamar anak bungsuku. Dia masih sangat terlelap, jadi aku memutuskan untuk membiarkannya. Begitupun anak tengahku. Sedangkan, anak sulungku langsung bergegas ke kamar mandi.
Kutatap kalender besar di tengah ruangan. 22 Desember ya? Hari ibu? Dengan senyum mengembang, kuraih telepon di ruang tengah dan menelepon ibuku. Cukup lama aku mengobrol bahkan sampai menitikkan air mata. Aku bilang kalau hadiahku untuk ibu sudah kukirim lewat pos. Dan ibu bilang sudah sampai. Sambil masih menangis, aku tersenyum. Lalu, tepat ketika aku menutup telepon, aku mendengar sesuatu di belakangku.
Child's POV
Setelah keluar dari kamar mandi, samar samar aku mendengar pembicaraan Mama.
Jadi, Mama memberikan kado untuk Nenek, pikirku. Jadi Mama juga mengucapkan selamat hari ibu ke Nenek. Kenapa aku nggak?
Segera ku rapikan pakaian dan rambutku. Kucari apa yang telah kubeli, namun belum kuberikan. Lalu, aku menarik gitar kesayanganku.
Tepat ketika Mama menutup telepon, aku memainkan gitarku dan bernyanyi :
"Oh ibuku...
Engkaulah wanita
yang kucinta selama hidupku
Maafkanlah aku bila ada salah
pengorbananmu tanpa balas jasa...
Ya Allah,
ampuni dosanya
sayangilah dia
seperti dia menyayangiku
berikanlah dia kebahagiaan
di dunia juga di akhirat..."
selesai aku menyanyikan lagu itu, Mama memelukku erat. Kurasakan air mata Mama membasahi bajuku. Tapi, aku tak protes, karena aku pun menangis. Perlahan aku berbisik, "Aku cinta Mama." dan Mama membalas, "Mama juga cinta kamu".
Kami berpelukan lama tanpa suara. Ketika pelukan melonggar, aku mengambil kotak hadiah yang ada di saku celanaku. "Ini untuk Mama" ujarku sambil menyodorkan kotak itu. Mama mengambilnya, masih dengan air mata di pipinya.
Beliau membuka kotaknya, lalu terbelalak.
"ini untuk Mama?" tanyanya lembut.
"ya. Itu untuk Mama." sahutku.
Mama tersenyum, dan mengenakan cincin dariku.
"Maaf ya, Ma cuma 2 gram. Uangku..." tiba tiba Mama menempelkan telunjuknya di bibirku.
Aku menatap Mama. Mama balas menatapku. Ia berkata, "bahkan kamu tak perlu memberiku hadiah, anakku. Bagi Mama, adanya kamu disini adalah hadiah terindah untuk Mama. Setiap hari yang kamu jalani bersama Mama adalah hadiah. Setiap hari adalah Hari Ibu untuk Mama.
"Meskipun, terkadang kamu membantah Mama, mengingkari nasihat Mama, bahkan sampai membenci Mama. Mama mau kamu tau, Mama selalu mencintai kamu. Mama memahami kamu."
Aku menatap wajah Mama dan aku menangis lagi di pelukannya.
Mungkin memang agak ga jelas. Tapi inilah yang perlu kita tahu. Bahwa yang dibutuhkan ibu manapun bukanlah hadiah materiil dari anaknya, tapi sebuah rasa cinta yang nyata.
Selamat hari ibu untuk seluruh ibu di dunia. Tak ada satupun di dunia ini yang mampu menggantikan apa yang kau berikan. Hatimu yang mulia mampu meruntuhkan apapun, termasuk kerasnya hati manusia.
Detective's Greet B)